Sabtu, 04 Juli 2020

Sinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 4

Kegaduhan yang disebabkan Gi Do tersebar oleh media. Menyebabkan orang-orang menuntut ayah Gi Do membatalkan pencalonannya. Perawat Park bertanya apa yang akan dilakukan oleh Dokter Oh sebagai direktur rumah sakit karena sudah menculik Gi Do dan menyebabkan semua ini. Entahlah, kata Dokter Oh cuek.

Tiga jam sebelumnya, Gi Do akhirnya berhasil diamankan. Mun Yeong bertanya pada Kang Tae apa yang akan mereka lakukan sekarang. Kang Tae berjalan pergi. Mun Yeong menghentikannya. Bukankah Kang Tae ingin bersenang-senang?

“Kapan aku mengatakannya? Tadi aku hanya berbicara pada diriku sendiri,” bantah Kang Tae.

 Mun Yeong berkata Kang Tae harus memujinya karena sudah melakukan hal benar, yaitu menculik Gi Do. Buktinya Kang Tae juga tidak menghentikan Gi Do dan membiarkannya berbuat semaunya. Itu artinya ia sudah melakukan hal yang benar. Pandangan Kang Tae mengatakan sebaliknya

“Bukan? Kalau begitu kenapa kau tidak menghentikannya?”

“Bagaimana bisa aku menghentikannya menari dan menyanyi saat ia hebat dalam melakukannya,” kata Kang Tae.

Sorang staf ayah Gi Do memarahi mereka dan mengancam akan terjadi sesuatu jika pencalonan ayah Gi Do bermasalah. Mun Yeong seperti biasa tidak takut dan balik menantangnya. Orang itu hendak menamparnya, tapi Kang Tae dengan cepat menangkap tangannya dan memelintirnya, lalu mendorongnya. Orang itu pergi dengan kesal. Oooo...Mun Yeong berdecak kagum atas keberanian Kang Tae.

Ju Ri memanggil Kang Tae dan memberitahunya kalau Gi Do ingin berbicara padanya. Kang Tae menyuruh Mun Yeong menunggu dan tidak pergi ke mana-mana. Lalu ia pergi menemui Gi Do.

Gi Do tersenyum pada Kang Tae dan berkata hari ini semua keinginannya tercapai. Hari ini adalah hari terbaik dalam hidupnya.

“Jadi jangan marah padanya karena mengantarku ke sini, ya?”

Ju Ri memberitahu keluarga Gi Do kalau salah satu dari mereka harus ikut mereka ke rumah sakit. Mereka semua protes keras. Untuk apa mereka pergi ke rumah sakit jiwa? Tapi akhirnya ibu Gi Do bersedia ikut.

Gi Do tersenyum melihat ibunya dan berkata ia sudah merasa jauh lebih baik. Tapi belum selesai ia berbicara, ibunya menamparnya.

“Apa kau senang sekarang karena sudah mempermalukan seluruh keluarga kita? Apa kau puas sudah mencoreng  ayahmu yang kaubenci bertahun-tahun lamanya? Kenapa kau harus dilahirkan begitu bodoh dan diperlakukan seperti itu?” Ibu Gi Do menangis sedih sekaligus frustrasi. “Kenapa kau selalu bertingkah hanya untuk menyakiti hati Ibu? Kenapa kau tidak bisa diam saja? Kenapa kau harus melewati batas dan membuat kekacauan? Kenapa?”

Ibu Gi Do memukuli Gi Do dengan kesal. Lalu ia menyadari banyak yang memperhatikannya. Ia menenangkan dirinya lalu pergi. Semua orang terdiam.

Gi Do memegang pipinya dan berkata ibunya tahu bagaimana menampar dengan keras. Ibunya tidak pernah peduli padanya karena selalu sibuk mengurus saudara-saudaranya.

“Tapi aku baru menyadari sesuatu setelah aku ditampar. Kak,” kata Gi Do pada Kang Tae, “Ibuku tidak membenciku. Ia sangat menyayangiku.”

Bagaimana kau tahu, tanya Kang Tae. Gi Do berkata Kang Tae akan tahu jika Kang Tae yang dipukul. Entah kenapa, ketika seseorang menamparmu dengan rasa sayang, itu tidak akan membuatmu marah.

Kang Tae teringat ketika kecil ia pernah dipukuli ibunya karena menyuruh kakaknya pulang duluan dan kakaknya pulang dengan wajah babak belur. Ibunya berkata seharusnya Kang Tae bersama kakaknya seharian. Bertanya apa yang dilakukan Kang Tae saat kakaknya dipukuli. Ibunya sengaja membuat Kang Tae belajar bela diri demi bisa melindungi kakaknya, tapi bagaimana bisa Kang Tae membiarkan kakaknya pulang dengan wajah seperti itu? Kang Tae menahan tangis dan sedih sambil memegang erat sabuk bela dirinya (sepertinya sabuk kelulusan tingkat).

Juga ketika hujan dan mereka jalan bertiga di bawah satu payung, ibunya menjaga Sang Tae agar tidak kehujanan. Sementara Kang Tae berjalan sendirian di samping ibunya. Hingga akhirnya Kang Tae berhenti berjalan dan kehujanan tanpa disadari oleh ibunya sama sekali.

Suatu malam pada peringatan hari kematian ayahnya, ibunya tidak tidur dan dalam keadaan setengah mabuk berbicara pada ayahnya bahwa ia akan berumur panjang untuk bisa melihat Sang Tae dewasa. Ia akan meninggal satu hari setelah Sang Tae meninggal. Kang Tae terbangun malam itu dan memanggil ibunya.

Ibunya memeluknya dengan penuh kasih sayang. Kang Tae sangat senang dan memeluk ibunya erat-erat. Ibunya berkata Kang Tae harus berada di sisi kakaknya sampai hari ia meninggal. Ibunya akan membesarkan kakaknya, sementara Kang Tae bertugas menjaga dan melindunginya. Kang Tae mengangguk.

“Karena itulah Ibu melahirkanmu.”

Mendengar itu Kang Tae sedih dan melepaskan pelukannya.

Kembali ke masa sekarang. Gi Do telah dibawa pergi oleh mobil rumah sakit. Ju Ri mengajak Kang Tae pergi tapi Kang Tae berkata ia akan pergi bersama Mun Yeong. Kenapa, tanya Ju Ri berusaha tak memperlihatkan kekecewaannya. Kang Tae tidak bisa membiarkan Mun Yeong mengemudi sendirian. Ju Ri melihat keduanya pergi dengan kesal. 

Dalam perjalanan, Mun Yeong berkata ia tahu Kang Tae sebenarnya cemburu pada Gi Do ketika Gi do bersenang-senang. Aku bisa melihat ekspresi : ‘aku ingin menghentikan semuanya dan bersenang-senang sepertinya’ di wajahmu. Beritahu aku jika kau sudah siap. Aku akan menculikmu dan membiarkanmu memiliki seluruh waktu dalam hidupmu. Pasti luar biasa.”

Lupakan, kata Kang Tae. Mun Yeong berkata pokoknya setiap saat Kang tae ingin melarikan diri, ia akan lari bersamanya saat itu juga ke manapun juga.

Kang Tae tak mengatakan apa-apa lagi dan terpesona dengan hujan kelopak bunga sepanjang perjalanan. Tapi tiba-tiba Mun Yeong berkata ia benci kelopak bunga yang jatuh satu per satu, lalu menutup jendela.

“Aku suka bunga magnolia. Seluruh bunga langsung jatuh tanpa ragu. Aku suka itu,” tambahnya.

Kang Tae tertawa. Ia berkata Mun Yeong memang memiliki cara sendiri dalam membandingkan dan magnolia sepertinya cocok untuk Mun Yeong. Mun Yeong bertanya apa bunga favorit Kang Tae. Aku tidak suka bunga, jawab Kang Tae.

“Aku tidak suka saat musim semi datang.”

“Kenapa?” tanya Mun Yeong bingung.

“Karena itulah saat aku harus pergi lagi,” gumam Kang Tae pelan.

Mun Yeong tak bisa mendengar jawabannya itu.

Direktur Lee mendapat berita buruk kalau buku terbaru Mun Yeong, Zombie Kid, disetujui pelarangan penjualannya. Ia memutuskan untuk menyusul Mun Yeong.

Kang Tae dan Mun Yeong berhenti sejenak untuk makan siang. Kang Tae membelikan ramyun cup untuk Mun Yeong dan Mun Yeong sama sekali tidak terkesan. Kang Tae berkata ia harus buru-buru. Karena harus mengangkat telepon, ia menyuruh Mun Yeong makan duluan dan pergi ke luar.

Mun Yeong menggerutu Kang Tae bahkan tidak membelikan kimchi. Benar-benar hemat. Aku tidak peduli ia miskin tapi aku benci orang pelit, katanya.

Ternyata Direktur Lee yang menelepon Kang Tae. Ia bertanya apakah semua baik-baik saja. Kang Tae bingung. Direktur Lee lega belum ada yang terjadi. Ia bertanya apakah Mun Yeong pernah mengatakan kalau Kang Tae indah dan ingin memilikinya.

“Tentu saja pernah. Aku yakin,” sambungnya,.

“Memang kenapa kalau iya?” tanya Kang Tae.

“Baik, dengarkan aku baiik-baik. Ketika ia mengatakan ingin sesuatu, itu artinya ia lapar. Dengan kata lain ia mengatakan akan memakanmu hidup-hidup. Maksudku adalah kau dan aku berada dalam situasi darurat. Bukunya dilarang dijual jadi ia seharusnya tidak menghabiskan waktu bersamamu. Ia harus menulis buku berikutnya. Bagaimanapun aku akan ke sana dan melakukan apapun untuk membawanya kembali. Jadi tetaplah hidup...maksudku, bertahanlah sampai saat itu. Good luck.”

Kang Tae kembali ke dalam dan mulai makan. Mun Yeong bertanya siapa yang menelepon. Rumah sakit, Kang Tae berbohong. Mun Yeong bertanya apa mereka menyuruh Kang Tae cepat datang, apa mereka akan memecatnya (Mun Yeong)?  Kang Tae tak menjawab. Mun Yeong menyindir kalau Kang Tae pintar mengacuhkan orang.

“Kudengar buku barumu dilarang untuk dijual. Apa karena apa yang kaulakukan untuk kakakku waktu itu?” tanya Kang Tae.

“Mereka tidak akan melakukan itu hanya karena aku berkata kasar dan menarik rambut orang. Mereka berpikir gambar dan ceritanya terlalu mengerikan. Para idiot itu tidak bisa membaca pesan sesungguhnya yang tersembunyi di balik tulisan,” kata Mun Yeong kesal.

Apa pesannya, tanya Kang Tae. Mun Yeong tersenyum dan berkata Kang Tae sebaiknya membacanya. Ia ingin dengar pendapatnya. Kang Tae berkata ia sudah terlalu tua untuk membaca dongeng (kata siapa woy...ahjumma gini juga masih suka baca dongeng ;p).  Mun Yeong berkata Kang Tae berada pada usia yang tepat. Kang Tae bertanya berapa usia Mun Yeong. Mun Yeong tersenyum dan berkata ia hanya anak kecil.

“Tapi kau lebih kecil dariku.”

“Kenapa aku seperti anak kecil?” kata Kang Tae lelah.

“Karena aku bisa melihat kau ingin disayang,” kata Mun Yeong sambil membelai rambut Kang Tae. Jlebb banget....

Kang Tae terdiam. Ia masihlah seperti dirinya dulu ketika anak-anak yang merindukan kasih sayang ibunya.

Dokter Oh mengadakan rapat darurat bersama para staf mengenai peristiwa hari itu. Melihat kepribadian ayah Gi Do, ia pasti akan mengamuk jika disuruh mengundurkan diri. Apa yang sebaiknya mereka lakukan?

“Bersiaplah untuk dituntut,” kata Dokter Oh santai.

Lagi? Kuasa hukum mereka terkejut tapi tak bisa membantah.

Dokter Kwon bertanya kenapa Dokter Oh tidak memecat Mun Yeong. Dia kan sudah menculik pasien. Tapi Dokter Oh berkata itu bukan penculikan karena Gi Do dengan sukarela masuk mobilnya. Byul berpendapat mereka tetap harus memecatnya karena Mun Yeong tidak menepati janji untuk mengajak ayahnya jalan-jalan dan malah berkata tidak pernah berjanji seperti itu.

Ju Ri membenarkan saat Byul menanyakan pendapatnya. Dokter Oh tahu kalau Ju Ri kenal dengan Mun Yeong. Staf lain terkejut, sejak kapan mereka saling mengenal. Ju Ri menjelaskan kalau mereka sempat kenal waktu masih kecil.

“Kalau begitu kalian berteman,” kata Dokter Oh. Ia bertanya apa yang sebaiknya mereka lakukan pada Mun Yeong.

Ju Ri berkata mereka sebaiknya memecat Mun Yeong karena ia tidak cocok berada di tempat ini. Dan staf lain tampaknya setuju. Tapi keputusan Dokter Oh adalah mereka melihat dulu kondisi Gi Do baru memutuskan. Toh mereka tidak terburu-buru.

Kang Tae dan Mun Yeong melanjutkan perjalanan. Merasa canggung, Kang Tae hendak menyalakan radio tapi Mun Yeong melarangnya. Ia tidak mau mendengar orang lain berbicara. Ia ingin mendengar Kang Tae yang berbicara. Memangnya tidak ada yang ingin dikatakannya?

“Kenapa kau tidak membawa ayahmu jalan-jalan? Kau sudah berjanji pada direktur rumah sakit.”

“Janji? Hal seperti itu tidak berguna. Aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan jadi tidak kubutuhkan lagi. Ia menderita demensia. Jiwanya sudah mati, tubuhnya hanya cangkang kosong. Kenapa aku harus menghabiskan waktu untuk hal seperti itu? Lebih baik ia mati saja.”

Kang Tae terkejut dengan perkataan Mun Yeong yang mengerikan itu. Ganti Mun Yeong bertanya bagaimana orangtua Kang Tae meninggal. Kang Tae bertanya bagaimana Mun Yeong bisa tahu, Mun Yeong menjelaskan kalau ia sudah menyelidiki latar belakang Kang Tae.

“Sama seperti kita mengecek asal dan tanggal kadaluarsa benda yang kita beli. Jadi tidak masalah.”

“Benda? Apa manusia seperti produk bagimu?” tanya Kang Tae tak percaya.

Apa bedanya? Sergah Mun Yeong. Anak-anak membuang orangtua mereka ketika mereka tua dan sakit-sakitan. Orangtua lebih menyayangi anak yang membuat mereka bahagia dan mengabaikan  anak yang bodoh dan tidak berguna. Bukankah itu yang terjadi pada Gi Do?

Kang Tae menyuruh Mun Yeong menghentikan mobil. Mun Yeong terkejut kenapa tiba-tiba Kang Tae menyuruhnya berhenti. Kang Tae memutar kendali mobil hingga Mun Yeong terpaksa menghentikan mobilnya. Lalu Kang Tae turun dengan marah. Mun Yeong tak mengerti mengapa Kang Tae tiba-tiba marah.

“Aku lupa untuk sesaat kalau kau berbeda dari yang lain. Sepertinya tanpa sadar aku berharap sesuatu darimu,” kata Kang Tae.

“Memangnya apa yang kau harapkan dariku?” tanya Mun Yeong.

Tapi Kang Tae menggeleng dan berkata harapan itu tidak ada lagi. Ia berjalan pergi.

“Aku mencintaimu,” kata Mun Yeong tiba-tiba.

Ia tersenyum saat melihat Kang Tae berhenti. Tapi Kang Tae tidak menoleh. Ia mencoba lagi. Aku mencintaimu, Kang Tae-sshi. Kang Tae berjalan pergi. Mun Yeong bingung dan dengan panik terus berkata kalau ia mencintai Kang Tae. Ngegas banget pengakuan cintanya XD

Ia mengemudi kembali ke rumahnya. Benar-benar tak mengerti mengapa tiba-tiba Kang Tae meledak padahal tadinya mereka baik-baik saja. Apa yang membuatnya marah?

Kang Tae tidak ke rumah sakit. Ia pergi menjemput kakaknya di sekolah kejuruan kota itu. Tapi Sang Tae keluar dengan tidak bersemangat. Hari ini ia diajari membuat selai dan ia merasa itu membosankan setengah mati. Kang Tae meminta maaf karena tidak bisa menemukan sekolah seni di daerah itu. Sang Tae berkata ia akan menggambar di tembok rumah sakit.

“Aku akan menggambar, mendapat uang, menyapu taman dan menemukan uang. Itu yang disebut sekali tepuk dua lalat.”

Kang Tae bergurau apa kakaknya yang akan menghidupinya sekarang. Maka ia bisa berhenti dan bersenang-senang.

“Jangan..jangan khawatir. Percayalah pada kakak. Aku adalah kakakmu. Aku adalah kakakmu jadi kau bisa bergantung padaku,” kata Sang Tae.

Kang Tae tersenyum dan mengajak kakaknya membeli peralatan yang diperlukan untuk menggambar di rumah sakit.

Mun Yeong tiba di rumah. Mobil direktur Lee terparkir di halaman. Direktur Lee tertidur saat menunggu Mun Yeong. Kenapa kau ke sini, tanya Mun Yeong.

Mereka masuk ke rumah dan Direktur Lee berkata rumah itu sangat suram. Bagaimana bisa ada orang tinggal di rumah itu, apalagi muncul dengan ide tulisan? Ia mengajak Mun Yeong kembali ke Seoul dan menulis buku baru.

Tapi Mun Yeong berkata baru beberapa hari mereka mengumumkan kalau ia menghilang. Bagaimana bisa ia tiba-tiba kembali. Direktur Lee berkata ia lupa kalau Mun Yeong juga selebritis. Jika tidak menunjukkan wajah ke depan publik, maka mereka akan mudah melupakan Mun Yeong. Mun Yeong tidak peduli. Ia ingin bersenang-senang di kota ini.

Direktur Lee mencoba kembali membujuknya. Mun Yeong kan bisa bersenang-senang di Seoul. Dan lagi Mun Yeong seharusnya tidak ke rumah ini.

“Kau tahu kenapa. Di sini adalah tempat ibumu....” Direktur Lee tak berani melanjutkan kata-katanya.

“Kalau begitu kenapa kau tidak pindah saja ke sini bersamaku?” tanya Mun Yeong.

Direktur Lee langsung pamit.

Ketika Mun Yeong sedang menyisir rambutnya, ia teringat perkataan Kang Tae bahwa ia lupa kalau Mun Yeong berbeda dari yang lainnya. Ia terdiam teringat ibunya biasa menyisiri rambutnya lalu berkata,

“Kau berbeda dari orang lain. Kau sangat spesial. Kau adalah karya terbesarku. Diriku yang lain. Aku mencintaimu, puteriku.”

Lalu Mun Yeong kecil yang berada di depan pintu terkunci lantai satu rumah itu. Ia memegang kuncinya, sementara di dalam ibunya terkapar basah kuyup...oleh air? Atau darah? Apakah ibunya meninggal? Dibunuh? Bunuh diri?

Direktur Lee kebetulan makan malam di kedai pizza Jae Su. Ju Ri juga hendak makan di sana. Direktur Lee langsung terpesona begitu melihat Ju Ri. Ia mencuri dengan Ju Ri memesan bir. Jae Su ingin menemani Ju Ri minum tapi Ju Ri menolak dengan halus.

Direktur Lee memanfaatkan kesempatan untuk mengajak Ju Ri minum bersama karena ia juga sendirian. Ju Ri menolak dengan sopan. Ya iyalah..serem kalau orang asing tiba-tiba ngajak makan minum bareng >,<

Ju Ri memikirkan jawabannya tadi pada Dokter Oh. Bahwa mereka sebaiknya memecat Mun Yeong. Ia menyesal karena sudah bersikap begitu dangkal. Tapi ia tetap berpendapat Mun Yeong seharusnya tidak ada di sini.

“Dia tidak boleh ada di sini. Tidak selamanya. Aku akan membawanya ke Seoul denganku bagaimanapun juga,” Direktur Lee berbicara sendiri.

Mereka seakan saling melengkapi kalimat masing-masing hingga Jae Su terpikir kalau mereka membicarakan orang yang sama.

Sang Tae bersemangat membeli alat-alat menggambar. Tapi ia lebih terpesona dengan sekotak mainan dinosaurus, yang di matanya tampak glowing shimmering splendid...

Sementara Kang Tae tenggelam dalam lamunan teringat pengakuan cinta Mun Yeong.

“Sangat cantik. Aku menginginkannya,” kata Sang Tae sambil menatap kotak itu. Kang Tae menoleh pada kakaknya dan teringat perkataan Mun Yeong.

“Karena kau cantik. Mun Kang Tae, karena aku menginginkanmu. Karena aku tidak bisa berhenti menginginkanmu. Keitka aku melihat sesuatu yang cantik, aku menginginkannya. Dan aku harus mendapatkan apa yang aku inginkan.”

Sang Tae mengambil kotak itu dan membawanya ke kasir. Kang Tae membelikan semuanya.

Kwon Man Su, ayah Gi Do, bersama para pengawalnya menerobos masuk rumah sakit OK. Orang-orang khawatir sekaligus ingin tahu apa yang akan terjadi. Perawat Park berusaha menghentikan rombongan seperti preman tersebut tapi mereka tidak peduli. Perawat Park menelepon Dokter Oh untuk memperingatkan kedatangan mereka.

Kwon Man Su menyuruh Dokter Oh memanggil Mun Yeong dan Kang Tae. Mereka adalah orang-orang yang sudah merusak reputasinya dan mereka semua harus berlutut di hadapannya.

Cha Yong memberitahu Kang Tae kalau ia berada dalam masalah besar. Byul dan Ju Ri mempertimbangkan untuk menelepon Mun Yeong. Mun Yeong pasti akan menolak datang (hmmm.sebaliknya sih kayanya^^). Ju Ri memutuskan untuk menelepon tapi Kang Tae melarang Ju Ri untuk menelepon Mun Yeong. Ia akan masuk sendiri.

“Jadi kita tidak akan menelepon,” tanya Byul.

“Dia bilang jangan meneleponnya. Aku yakin ia akan mengurusnya,” kata Ju Ri dengan nada kesal.

Byul ikut kesal karena ia yang kena pelampiasan kekesalan Ju Ri.

Ayah Gi Do bertanya di mana Mun Yeong ketika Kang Tae hanya masuk ruangan Dokter Oh sendirian. Kang Tae berkata Mun Yeong tidak akan datang karena tidak perlu ada di sini. Ayah Gi Do berkata Mun Yeong adalah pelakunya jadi kenapa tidak ada di sini.

“Putera Anda kabur dari rumah sakit atas kehendaknya sendiri. Tidak ada yang membawanya ke sana melawan keinginannya.”

“Si Idiot itu tidak sehat. Ia mendadak membuka seluruh pakaiannya dan buang air kecil tanpa melihat tempat. Ia menghabiskan puluhan juta won dalam semalam. Dia gila!!” kata Ayah Gi Do marah. “Aku mengurungnya di sini supaya ia tidak berkeliaran. Aku tak percaya kalian membiarkannya pergi ke tempat kampanyeku!”

Ia lalu menuduh mereka sengaja membuat Gi Do kabur karena dalam kampanyenya ia berkata akan menutup rumah sakit ini. Mereka sengaja menghancurkan dirinya. Dokter Oh berkata kondisi Gi Do sangat membaik setelah insiden. Bahkan cukup baik untuk bisa segera dipulangkan. Ia menjelaskan kalau mengeluarkan emosi yang terpendam saat  menjadi pusat perhatian bisa menjadi cara perawatan.

“Apa kau gila?! Siapa yang akan mengawasi si bodoh itu kalau kalian mengeluarkannya? Aku tidak peduli. Ada banyak rumah sakit jiwa di negara ini. Aku akan terus memindahkannya dan ia bisa terkurung selamanya.”

Dokter Oh marah dan berkata Kwon Man Su tidak bisa melakukan itu pada puteranya sendiri. Tapi Kwon Man Su berkata ia tidak perlu punya anak yang benar-benar tak berguna. Astagaaa...aku aja kesel dengernya ~,~

“Tidak berguna?” tanya Kang Tae. “Apa anak-anak harus berguna bagi orang tuanya?”

 “Kita semua datang ke dunia ini karena orangtua memerlukan kita. Tanyakan orangtuamu apakah mereka akan memerlukanmu jika kau tidak berguna!” Kwan Man Su mendorong-dorong Kang Tae dengan jarinya.

“Kalau begitu kalian seharusnya tidak melahirkannya!” bentak Kang Tae marah.

Plak!! Kwon Man Su menampar Kang Tae. Ia berkata Kang Tae hanya perawat rendahan. Dokter Oh terkejut dan marah melihat Kang Tae diperlakukan seperti itu.

Kang Tae berusaha menenangkan kemarahannya dengan membasahi wajahnya. Di dinding kamar mandi tertulis: tersenyum bisa membuatmu bahagia. Tapi Kang Tae tak bisa tersenyum saat ini.

Sang Tae tiba di rumah sakit. Dengan ponselnya, ia memfoto semua hal yang menarik untuknya. Dan ia juga memfoto pemandangan di luar rumah sakit untuk dijadikan gambar.

Seorang pasien, Park Ok Ran, meminta Sang Tae mengambil fotonya lalu mulai berpose. Sang Tae hendak memfotonya tapi tiba-tiba seekor kupu-kupu hinggap di tangannya. Sang Tae berteriak histeris dan panik melarikan diri. Apa dia tidak suka poseku, Ok Ran bertanya-tanya bingung.

Perawat Park menerobos masuk kantor Dokter Oh dengan kesal. Ia bertanya apa Dokter Oh akan membiarkan Kwon Man Su berlaku seenaknya. Dokter Oh membenarkan. Ia lalu memperlihatkan sebuah video.

Video rekaman CCTV saat Kwon Man Su menampar Kang Tae. Ia akan menggunakan video itu untuk memeras Kwon Man Su dengan mengancam akan menyebarkan video itu pada media dan siapa tahu bisa mendapat uang sumbangan juga. Dan lagi Gi Do sebenarnya membaik setelah insiden itu. Jadi insiden itu sebenarnya tidak bermasalah. Ia hanya perlu menghukum orang yang sudah menampar perawat mereka. Perawat Park merasa menyesal telah marah-marah tadi pada Dokter Oh.

Sang Tae sudah tenang dan ia sedang mengamati tembok sambil membayangkan di mana ia akan menggambar pemandangan langit, laut, rumah sakit dan lainnya. Mun Yeong yang baru datang penasaran dengan apa yang dilihat Sang Tae tapi ia tidak melihat apa-apa selain tembok kosong.

“Apa ini? Apa sesuatu yang hanya bisa dilihat orang baik?” katanya.

Mendengar suara Mun Yeong, Sang Tae menoleh. Ia terkejut melihat idolanya tersenyum manis padanya.

“Akhirnya kita bertemu, Sang Tae oppa.”

Sang Tae nampak sangat senang sekaligus gugup bertemu Mun Yeong.

Ju Ri memanggil Sang Tae saat melihatnya di lobi. Tapi senyumnya lenyap ketika melihatnya sedang berselfie ria bersama Mun Yeong. Ia menghampiri mereka dan bertanya apakah Mun Yeong datang karena ada yang meneleponnya dari rumah sakit. Hari ini bukan jadwal mengajar Mun Yeong.

Mun Yeong berkata ia datang untuk mengajak ayahnya jalan-jalan. Ia datang untuk menenangkan orang marah karena ia tidak menepati janjinya. Kalau sekarang ia sedang melayani fansnya, alias Sang Tae. Mun Yeong berkata Sang Tae sangat lucu.

“Gadis-gadis suka pria lucu,” celoteh Sang Tae.

Kang Tae telah siap pergi setelah shiftnya selesai. Ia menelepon kakaknya dan bertanya ia ada di mana. Sang Tae ada di taman bersama Mun Yeong. Ia baru saja membuat sketsa Mun Yeong. Mun Yeong memuji gambarnya. Pelan-pelan Sang Tae mengulurkan tangannya.

“Sepuluh ribu won.”

“Tadi katanya gratis,” Mun Yeong melempar buku sketsa ke meja.

“Apa kau memesan pizza?  Kau tidak memesan pizza.” Kalau pesan pizza baru gratis XD

Mun Yeong berkata Sang Tae sangat lucu. Ia juga melihat boneka dinosaurusnya. Dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh rambutnya. Tapi Kang Tae keburu datang dan menarik tangan Mun Yeong menjauh.

“Jangan sentuh rambutnya.”

Mun Yeong bertanya apa Kang Tae masih marah. Ia datang untuk mengajak ayahnya jalan-jalan. Karena itu kan Kang Tae marah?

Kang Tae menyuruh kakaknya menunggu di lobi tapi Sang Tae ingin tetap di sini bersama Mun Yeong. Kesal, Kang Tae membentak kakaknya sampai semua orang kaget. Mun Yeong melihat pipi Kang Tae yang merah karena tamparan tadi. Ia bertanya siapa yang menamparnya.

Kang Tae menarik Mun Yeong untuk berbicara di tempat yang lebih sepi. Mun Yeong mencecarnya siapa yang sudah memukulnya. Ia akan beri pelajaran pada orang yang sudah menampar Kang Tae. Ia yakin Kang Tae hanya pasrah saja menerima semuanya seperti pecundang.

“Kenapa kau marah? Kenapa kau sangat kesal?” tanya Kang Tae.

“Karena seseorang menamparmu.”

“Terus kenapa? Apa itu menyakitkan hatimu? Atau membuatmu sedih? Emosi apa yang kaurasakan sekarang? Kau tidak tahu. Emosi apa yang membuatmu kesal kau bahkan tidak tahu. Kau kosong di dalam. Kau hanya berisik. Seperti kaleng kosong. Jadi kau sebaiknya tidak bersikap seakan kau tahu mengerti semuanya tentang diriku di saat kau tidak tahu apa-apa Jangan mengkhayal. Kau tidak akan mengerti diriku sampai kau mati.”

Mun Yeong hanya diam dengan wajah sedih. Seseorang sepertinya memperhatikan mereka.


Kang Tae mencari Sang Tae di lobi tapi Sang Tae bersembunyi di dapur rumah sakit. Ibu Ju Ri, yang adalah pegawai dapur rumah sakit, berusaha membujuk Sang Tae untuk keluar. Tapi Sang Tae masih terus mengingat wajah kesal Kang Tae saat membentaknya tadi. Ia menganggap Kang Tae membencinya.

Ibu Ju Ri akhirnya menemui Kang Tae sambil membawakan tas Sang Tae dan menyuruhnya pulang duluan. Ia yang akan membawa Sang Tae pulang nanti. Ia meminta Kang Tae untuk tidak khawatir. Kang Tae menurut.

Ju Ri membawa Go Dae Hwan ke taman di mana Mun Yeong menunggu. Untuk awal-awal ia akan menemani kalau-kalau terjadi sesuatu. Mun Yeong melihat ayahnya yang terus menatap tanah dan bertanya apakah ingatan ayahnya benar-benar sudah terhapus semua. Tidak berpura-pura?

“Tolong jangan memprovokasinya,” kata Ju Ri.

Cha Yong dan Perawat Park memperhatikan dari jauh. Mun Yeong mendekati ayahnya dan berbisik pelan.

“Apa Ayah benar-benar lupa aku orang seperti apa?”

Ia menatap ayahnya penuh harap. Tapi ayahnya menatapnya dan berkata, “Kenapa....kenapa kau....masih hidup?”

Ia meraih Mun Yeong lalu tiba-tiba mencekiknya. “Mati! Mati kau, monster! Matilah!!”

Para perawat menghambur dan menolong ayah Mun Yeong. Mun Yeong tergeletak di tanah seorang diri. Air mata mengalir. Ia lalu tertawa. Tertawa sambil menangis.

Seseorang melihat Mun Yeong berjalan pergi dari rumah sakit. “Salahmu sendiri. Kau seharusnya tidak datang ke sini,” gumamnya. Lalu ia tertawa. Hmmm...siapakah dia?

Mun Yeong berjalan keluar dari rumah sakit tanpa mempedulikan siapapun. Kang Tae akhirnya pulang sendirian naik bis. Ia melihat Mun Yeong berjalan sendirian menyusuri jalan. Ia menghela nafas panjang.

Setiba di rumah, ia membersihkan rumah dan lain-lain. Namun ia terus teringat pada Mun Yeong dan perkataannya saat mereka terakhir bertemu tadi. Sepertinya ia mulai menyesali perkataannya yang terlalu menyakitkan.

Lelah berjalan, Mun Yeong duduk di pinggir jalan lalu melepas sepatunya. Ia melihat seekor semut di atas batu dan berusaha menghalanginya dengan sepatunya. Semut itu terus menghindar. Teringat perkataan Kang Tae, ia berkata Kang Tae juga tidak akan bisa mengerti dirinya sampai ia mati.

 Kang Tae membereskan barang-barang kakaknya dan menemukan buku Zombie Kid. Buku terbaru Mun Yeong yang sudah ditandatangani dan sekarang dilarang penjualannya. Ia mulai membaca buku itu.

Seorang bayi laki-laki dilahirkan di sebuah desa kecil. Kulitnya pucat dan matanya besar. Saat membesarkan anaknya, secara alami ibunya menyadari kalau anaknya tidak memiliki perasaan apapun. Ia hanya memiliki keinginan untuk makan, seperti zombie.

Jadi ibunya mengurungnya di ruang bawah tanah agar warga desa tidak melihatnya. Dan setiap malam ia mencuri ternak tetangga untuk memberi makan anaknya. Begitulah caranya membesarkan anaknya dengan diam-diam. Satu malam ia mencuri ayam, esok harinya mencuri seekor babi. Tahun-tahun berlalu seperti itu.

Suatu hari terjadi wabah. Semua binatang yang tersisa mati dan juga banyak orang meninggal. Mereka yang bertahan dari wabah pergi meninggalkan desa. Tapi ibu itu tidak bisa meninggalkan puteranya sendirian. Dan untuk memenuhi rasa lapar puteranya, ia memotong satu kakinya padanya dan memberikannya padanya. Setelah itu tangannya. Ia memberikan semua anggota tubuhnya.

Ketika yang tersisa hanya tubuh bagian atasnya, ia memeluk puteranya untuk terakhir kali. Untuk membiarkan puteranya memakan apa yang tersisa dari dirinya. Dengan kedua tangannya, anak laki-laki itu memegang erat tubuh ibunya dan berbicara untuk pertama kalinya dalam hidupnya.

“Ibu....Ibu sangat hangat....”

Apa yang benar-benar diinginkan anak laki-laki itu? Memuaskan rasa laparnya? Atau merasakan kehangatan ibunya?

Kang Tae mulai menangis. Ia teringat ketika ibunya meninggalkannya kehujanan, sebenarnya ibunya sudah memanggilnya untuk mendekat. Ketika ibunya menyelimuti kakaknya yang tak terselimuti dengan benar, ia ada di belakang ibunya mengenakan selimut. Apa ibunya tidak menyayangi Kang Tae? Sayang. Tapi apa rasa sayang itu seperti yang dibutuhkan oleh Kang Tae? Kang Tae ingin ibunya merangkulnya saat hujan, mendekapnya saat dingin.

Sama juga dengan Mun Yeong. Ibunya terobsesi dengannya. Ayahnya ingin membunuhnya. Entah keduanya dengan alasan apa, tapi setiap anak memiliki keinginan yang sama. Disayangi orangtuanya.

Jae Su pulang kehujanan. Ia menemukan Kang Tae duduk sendirian dalam gelap. Ia pulang karena Ju Ri memintanya memeriksa keadaan Kang Tae. Ia dengar Kang Tae ditampar lagi dan ini membuatnya kesal. Apa Kang Tae sengaja melakukannya?

“Ngomong-ngomong kudengar ayah Go Mun Yeong mencekiknya dan menyebabkan kehebohan.”

Kang Tae terkejut dan bertanya kapan dan Jae Su tahu dari mana. Jae Su berkata ia mendengarnya dari beberapa pasien saat ia mampir mengantarkan pesanan.

“Ia pasti sangat  membenci puterinya hingga mencekiknya seperti itu. Ayahnya sudah jelas tidak waras,” kata Jae Su.

Kang Tae ingat Mun Yeong tadi berjalan sendirian. Ia bangkit berdiri dan meminjam motor Jae Su. Di tengah hujan deras ia mencari Mun Yeong. Mun Yeong masih terus berjalan sambil menenteng sepatunya. Tidak mempedulikan hujan dan tubuhnya yang basah kuyup.

Kang Tae menemukannya. Mun Yeong tersenyum. Lampu mercusuar menyorot mereka, seakan menunjukkan jalan. Kang Tae melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Mun Yeong. Mun Yeong menjatuhkan dirinya pada pelukan Kang Tae.


Komentar:

Episode kali ini berpusat pada hubungan orangtua dan anak. Dimulai dari Gi Do yang akhirnya menyadari ibunya menyayanginya setelah ibunya menamparnya dan menangis memarahinya. Selama ini Gi Do mencari perhatian karena ia merasa tidak diperhatikan. Ia tidak merasa disayangi oleh orangtua maupun saudara-saudaranya. Tapi tamparan dan tangisan ibunya sudah cukup membuatnya percaya kalau ibunya menyayanginya. Apa yang lebih mengerikan daripada dimarahi? Diabaikan.

Kang Tae juga merasa ibunya hanya menyayangi kakaknya. Apalagi ibunya jelas-jelas mengatakan kalau ia melahirkan Kang Tae dengan tujuan agar ada yang menjaga kakaknya. Karena itu ia marah ketika ayah Gi Do mengatakan untuk apa memiliki anak tidak berguna. Apa anak dilahirkan hanya untuk memenuhi tujuan orangtuanya? Apa dirinya, tidak pantas untuk disayangi jika tidak memenuhi tujuan orangtuanya? Tapi kurasa dari buku Mun Yeong ia menyadari kalau ibunya sebenarnya menyayanginya, hanya dengan cara berbeda dari yang ia harapkan.

Sementara Mun Yeong jauh lebih pelik. Perlakuan kedua orangtuanya bertolak belakang. Tapi ayah Mun Yeong sangat senang ketika puterinya lahir sampai membuatkan rumah semewah itu. Apa yang membuatnya berubah drastis sampai-sampai ingin melenyapkan puterinya sendiri? Padahal Mun Yeong sepertinya masih berharap ayahnya yang demensia bisa menerimanya. Harapannya hancur ketika ayahnya, bahkan dalam kondisi seperti itu, menginginkan kematiannya. Ia tertawa menertawakan dirinya yang masih sempat berharap ayahnya benar-benar lupa.

Menurutku buku-buku Mun Yeong sedikit demi sedikit menjelaskan cara berpikir Mun Yeong dan siapa dirinya. Sangat mungkin zombie kid terinspirasi dari dirinya sendiri. Begitu juga cerita The Boy Who Fed On Nightmare. Karena Mun Yeong juga selama ini mengalami mimpi buruk. Kuharap di episode-episode berikutnya ada dongeng dari Mun Yeong lagi.

Siapa wanita yang diam-diam tertawa melihat Mun Yeong pergi? Dari suaranya sepertinya bukan Byul, Ju Ri, maupun perawat Park. Lebih seperti suara seorang wanita yang sudah cukup berumur. Salah satu pasien?

2 komentar:

  1. Aku curiga ibu Mun Young dibunuh suaminya ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau menurut referensi cerita bluebeard yang diucapkan di preview ep 6 sih ada kemungkinan ya...sejauh ini mun yeong mengambil dongeng dari sisi sebaliknya dan belum ada cerita mengenai hubungan ayah dan ibu mun yeong, jadi segalanya masih sangat mungkin

      Hapus

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)