Jumat, 31 Juli 2020

Sinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 10

Seperti yang diduga, Sang Tae hanya mengingat perkataan Kang Tae yang menyakitkan dan juga bagaimana ia jatuh ke dalam air. Dan terutama bagaimana Kang Tae lari meninggalkannya dalam air. Ia tidak ingat bagaimana Kang Tae kembali untuk menyelamatkannya.

Sementara Mun Yeong menangis melihat bagaimana Sang Tae berteriak-teriak seperti tukang cukur dalam kisah Telinga Raja Keledai. Kang Tae menangis dan terus mengatakan kalau itu tidak benar.

Sang Tae akhirnya diberi obat penenang dan dirawat di kamar isolasi. Dokter Oh menyarankan agar Kang Tae membiarkannya dulu di sana untuk sementara waktu. Perawat Park menyarankan agar Kang Tae pergi ke luar menghirup udara segar.

Kang Tae menurut dan berjalan pergi. Mun Yeong yang sejak tadi memperhatikan, mengikuti Kang Tae tanpa mengatakan apapun.

Tapi Kang Tae berjalan dan terus berjalan seakan tidak akan berhenti. Mun Yeong tak tahan lagi dan berteriak Kang Tae mau ke mana. Kakinya sudah sakit. Kang Tae tidak merespon dan terus berjalan. Bahkan ketika Mun Yeong terjatuh pun ia tidak menoleh atau berhenti.

“Sudah kubilang jangan membelakangiku!” serunya.

Ia melemparkan salah satu sepatunya hingga mengenai punggung Kang Tae. Barulah Kang Tae berhenti dan menoleh. Mun Yeong meminta maaf dan berkata itu salah Kang Tae karena bahunya terlalu lebar. Ia berkata ia lapar dan mengajak Kang Tae makan siang.

“Go Mun Yeong, berhentilah mengikutiku,” kata Kang Tae.

Mun Yeong menghentikan Kang Tae yang hendak berjalan lagi. Ia mengingatkan kalau mereka seharusnya bersama.

“Pulanglah. Aku perlu bersama kakakku,” kata Kang Tae letih.

Mun Yeong berkata Kang Tae tidak melakukan kesalahan apapun. Hari itu Sang Tae hanya kurang beruntung hingga jatuh ke dalam air.  Kang Tae memang pengecut tapi tidak berniat jahat. Meski lari, pada akhirnya kembali untuk menyelamatkan Sang Tae.

“Kau tidak bersalah.”

“Aku melarikan diri karena aku benar-benar ingin kakakku mati. Kakakku tahu itu. Kau juga,” Kang Tae mengingatkan. Mun Yeong pernah menyebutnya sebagai seorang yang munafik. Jadi ia tidak mungkin tidak bersalah.

“Apa kau selamanya akan mengorbankan seluruh hidupmu untuk menebus dosamu?” tanya Mun Yeong.

“Kenapa kau menyelamatkanku dari sungai itu hari itu? Kau seharusnya meninggalkanku untuk mati. Jika aku mati hari itu, aku tidak akan hidup dengan cara seperti ini.”

Kang Tae berbalik dan berjalan pergi.

Orang-orang jadi membicarakan peristiwa tadi dan berbicara jelek tentang Kang Tae sebagai seorang yang kejam. Mereka menganggap perkataan Sang Tae itu benar. Jung Tae kesal. Ia mengambil alat pemadam kebakaran dan menyemprot semua orang yang berbicara buruk tentang Kang Tae, termasuk beberapa staf.

Chan Yong, Byul, dan Dokter Kwon terduduk lemas di ruang perawat. Jung Tae menyemprot mereka dengan mengatakan kalau mereka yang menyebabkan kekacauan itu. Mereka setuju untuk lebih hati-hati berbicara mulai sekarang. Bahkan lebih baik tidak membicarakan Kang Tae sama sekali.

Ju Ri menyerahkan catatan konseling Park Ok Ran pada perawat Park dan bertanya mengapa ia tiba-tiba tertarik padanya. Perawat Park berkata akhir-akhir ini Park OK Ran mengalami perubahan mood yang parah dan ekspresi perasaan/emosinya tidak seperti biasanya. Ia ingin melihat apakah ada penyebab khusus.

Lalu ia memanggil Park Ok Ran untuk konseling. Ia bertanya apa Park Ok Ran bisa beradaptasi di rumah sakit. Bukannya menjawab Park Ok Ran malah bertanya apa Kang Tae benar-benar mencoba membunuh Sang Tae. Perawat Park terdiam lalu tertawa dan berkata tidak mungkin. Ia percaya ada kesalahpahaman di antara kedua kakak beradik itu.

Tapi Park Ok Ran tertawa sinis mendengarnya dan berkata, “Perawat Park, menurutmu kenapa Othello membunuh istrinya? Karena kesalahpahaman.”

Ju Ri menemui Sang Tae yang terus bersembunyi di balik selimut di kamar isolasi. Ia berkata ia akan memindahkannya ke kamar biasa jika sudah ada kamar kosong. Dan jika Sang Tae ingin pulang...Sang Tae langsung menolak. Ia tidak mau pulang. Ju Ri tidak mendesaknya dan membiarkannya.

Sementara itu Jae Su dan Direktur Lee bertengkar karena yang satu mengkhawatirkan Kang Tae, yang satu mengkhawatirkan Mun Yeong. Sementara Seung Jae mengkhawatirkan Sang Tae. Direktur Lee khawatir kapan Mun Yeong akan menulis bukunya jika terlibat pertengkaran dengan Mun bersaudara.

Jae Su kesal karena Direktur Lee hanya memikirkan uang padahal ia mengkhawatirkan Kang Tae yang entah hidup atau mati karena tidak bisa dihubungi sampai sekarang. Keduanya sibuk memperdebatkan siapa yang salah. Mun Yeong yang mengajak jalan-jalan atau Kang Tae yang ikut menginap. Keduanya hampir berkelahi jika saja ibu Ju Ri tidak muncul dari dapur dengan membawa pisau.

“Ayo makan,” ujarnya.

Ketiganya langsung menurut membereskan meja makan.Sementara ibu Ju Ri khawatir Kang Tae dan Sang Tae tidak makan.

Kang Tae mondar-mandir di depan kamar Sang Tae. Ia mengulurkan tangannya untuk membuka pintu, tapi tidak jadi. Ia hanya terus melihat dari jendela kamar.

Chan Yong dan Ju Ri melihatnya saat sedang patroli. Chan Yong bertanya kenapa Kang Tae diam saja di sana dan tidak masuk. Ju Ri berkata saat seseorang menderita autis, mereka menutup diri terhadap dunia. Kang Tae sedang menunggu Sang Tae membuka pintu lebih dulu.

Kang Tae terus berdiam di sana semalaman. Dokter Oh memberitahu Sang Tae kalau Kang Tae seperti hantu yang terjebak, tidak bisa mendekat tapi juga tidak bisa pergi. Lalu ia berkata pada Sang Tae yang masih berdiam di balik selimut.

“Aku yakin pasti sangat panas di situ (di balik selimut). Kau hampir gila, kan? Tunggu dulu, berapa lama sampai Pangeran Sado meninggal dalam peti beras itu? Aku tidak ingat ia meninggal karena kelaparan atau kepanasan. Kalian berdua benar-benar keras kepala.”

Dokter Oh berkata ia akan membawa Kang Tae ke atas ke kantornya, jadi Sang Tae bisa keluar dari selimut dan mendapat udara segar, bahkan bisa ke kamar mandi.

Sang Tae melihat Kang Tae pergi bersama Dokter Oh, barulah ia keluar dari kamar. Dokter Oh bertanya apakah Kang Tae pernah mencoba lomba tiga kaki (dua orang dengan salah satu kaki terikat sama-sama berlari ke garis finish). Ia pernah mencobanya di acara sekolah anaknya dan ia selalu yang jatuh duluan, jadi mereka tidak pernah sampai garis finish.

“Kau dan kakakmu seperti sedang mengikuti lomba itu.” Mencoba berlari sama-sama dengan salah satu kaki saling terikat.

“Apa menurut Dokter kami saling menghalangi?” tanya Kang Tae.

“Tidak. Kalian saling bergantung satu sama lain. Selama yang satu tetap kuat saat yang satu jatuh, kalian tidak akan pernah jatuh bersama. Berusahalah yang terbaik untuk tetap kuat. Siapa tahu? Suatu hari nanti kakakmu yang yang menyelamatkanmu.”

Kang Tae berkata ia kira Sang Tae sudah melupakan semua peristiwa hari itu karena tidak pernah membicarakannya.  Dokter Oh berkata Kang Tae hanya ingin mempercayai demikian.

“Kebanyakan penderita autisme memiliki ingatan yang sangat baik. Mereka hanya berusaha menghindari emosi mereka atau mengekspresikannya sedikit berbeda dari kita. Kau tidak boleh menghindarinya. Hadapi saja. Kembalilah bekerja.”

Dokter Oh berkata mantan suami Ah Reum sudah membatalkan tuntutannya setelah diancam sedikit. Dan Kang Tae sudah diskors selama beberapa hari jadi itu sudah cukup. Ia membutuhkan Kang Tae karena perawat satu lagi tak bisa diandalkan.

Jung Tae menggigit jari Chan Yong karena mencekokinya minum obat. Tapi ia langsung berhenti begitu melihat Kang Tae dalam seragam perawatnya. 

Kang Tae mengobati jari Chan Yong mengeluh Jung Tae tidak mau minum obat. Kang Tae berkata tetap saja tidak boleh dipaksa. Chan Yong berkata Jung Tae sengaja melakukannya. Untuk apa ia melakukannya, tanya Kang Tae. Chan Yong keceplosan berbicara kalau Jung Tae menyalahkannya sebagai biang masalah, karena telah memberitahu semua orang kalau Kang Tae akan menikah dengan Mun Yeong.

“Seharusnya aku menjahit mulutmu, bukan tanganmu,” kata Kang Tae.

Jae Su menemui Kang Tae di rumah sakit. Ia berkata ia baru tahu rasanya cinta bertepuk sebelah tangan. Ia khawatir saat Kang Tae tidak mengangkat teleponnya hingga ia sangat marah, tapi tidak bisa marah setelah bertemu.

“Sudah kuperingatkan, bukan? Agar kau menjauh dari Go Mun Yeong. Aku terus menerus mengingatkanmu pada luka yang ia berikan padamu.”

 “Jae Su...aku sudah bangun dari mimpiku. Aku seharusnya fokus pada kakakku. Tapi aku berani memimpikan hal yang tidak mungkin. Aku seharusnya tahu diri. Aku memimpikan impian yang mustahil,” kata Kang Tae sedih, mengingat kebersamaannya dengan Mun Yeong kemarin.

Jae Su juga menjenguk Sang Tae sambil membawa pizza kesukaannya. Sang Tae memejamkan mata pura-pura tidur. Jae Su berkata ia harus kembali ke restoran karena ia tidak punya pekerja paruh waktu. Ia akan senang jika ia kembali menemukan kotak pizza itu sudah kosong.

 menemui Kang Tae karena ia terus mengabaikan teleponnya. Ia melihat wajah Kang Tae yang pucat dan lesu. Seperti jujube (sejenis kurma) kering. Karena Kang Tae lama tidak pulang, ia membawakan pakaian dalam. Kang Tae menyuruh Mun Yeong ikut dengannya keluar. Byul dan Chan Yong beranggapan keduanya memang memiliki hubungan.

Sang Tae memakan pizza nya dengan lahap. Ia mendengar suara pintu dibuka dan ada benda jatuh. Ia melihat ke dekat pintu ada buku ke-9 novel Pembunuhan Penyihir Dari Barat, karya Do Hui Jae. Di tengahnya ada selipan kertas bertulis:” Adik membunuh kakaknya.”

 Perawat Park melihat Sang Tae sedang membaca buku. Hmm...apakah ia yang menaruh buku tersebut? Atau Park Ok Ran? Karena Perawat Park melihat Park Ok Ran sedang mengamati lukisan Sang Tae.

Mun Yeong berkata setelah ia memikirkannya, peristiwa kemarin adalah hal yang baik. Sudah waktunya Kang Tae berhenti bermain jadi sandera. Ia tidak ingin Kang Tae menghabiskan seluruh hidupnya dengan merawat Sang Tae.

“Aku tahu kau ingin hidup denganku. Kau ingin aku di pelukanmu dan bersenang-senang denganku.”

“Tidak,” kata Kang Tae.

Mun Yeong berkata Kang Tae bisa berbohong di mulut, tapi mata tidak bisa berbohong. Kang Tae berkata ia sudah bangun dari mimpinya.

“Ini adalah salahku, aku seharusnya fokus pada kakakku. Dia seharusnya segalanya bagiku.Tapi aku teralihkan olehmu. Aku seharus tidak pernah menghentikanmu pada hari kita bertemu kembali. Aku seharusnya menghindarimu ketika kau mulai membicarakan takdir. Apa yang kita miliki adalah hubungan buruk.”

Mun Yeong menyuruh Kang Tae berhenti pura-pura. Bukankah Kang Tae bilang ia membuatnya tersenyum?

“Kumohon tolong aku. Menjauhlah dari hidupku.”

“Kau berjanji tidak akan meninggalkanku,” kata Mun Yeong.

Kang Tae berkata itu hanya omong kosong. Itu adalah pertama kalinya ia bersenang-senang hingga ia terlalu bersemangat dan mengatakan apapun.

“Kakakku sudah cukup. Aku sudah mengalami masa sulit bertahan dengannya, jadi kumohon..kumohon berhentilah mengganggu hidupku yang menyedihkan dan enyahlah.”

Mun Yeong berkata Kang Tae berbohong. Sama seperti ketika malam itu Kang Tae mengatakan ia terdengar seperti tidak menginginkan Kang Tae pergi meski mengusirnya. Sekarang ia juga mendengar hal yang sama,  Kang Tae tidak ingin ia meninggalkannya.

Ia memegang tangan Kang Tae dengan lembut dan dengan sedih memintanya untuk tidak pergi. Tidak, Kang Tae menarik tangannya.

“Tidak. Kau seperti petasan bagiku. Hanya peristiwa sekali saja. Aku sudah bersenang-senang kadi waktunya bagimu untuk pergi dari hidupku.”

Kang Tae pergi meninggalkan Mun Yeong yang mulai menangis. Ia memegang dadanya yang terasa sakit.

“Aku bukan petasan!! Aku adalah bom!! Aku tidak akan menghilang begitu aku meledak. Aku akan meledak dan membunuh semuanya!” teriaknya sambil menangis.

Kang Tae berjalan pergi dengan menahan tangisnya. Mun Yeong kembali ke rumahnya yang kembali sepi.

Kang Tae masuk ke kamar kakaknya saat kakaknya sedang tidur. Ia memegang tangannya dan menempelkannya ke pipinya. Lalu ia menangis. Mun Yeong duduk sendirian di kamar Kang Tae dan Sang Tae.

Direktur Lee menawarkan untuk mengantar Ju Ri bekerja. Awalnya Ju Ri menolak tapi Direktur Lee berkata ia memiliki waktu senggang sebelum pekerjaan berikutnya. Ia akan pergi ke Seoul untuk menghadiri seminar para penerbit buku. Ia bergurau harus menunjukkan kalau ia masih hidup.

Tapi tiba-tiba wiper mobil menyala, pemanas menyala sendiri. Ju Ri khawatir akan terjadi sesuatu pada mobil itu. Tentu saja tidak akan ada masalah, kata Direktur Lee. Dan mobil pun mogok.

Akhirnya Ju Ri naik taksi. Sementara Direktur Lee kesal karena ini kesempatannya berdua saja dengan Ju Ri. Belum lagi dompetnya ketinggalan di mobil yang sedang diderek. Ia berlari mengejar sambil berteriak-teriak. Ju Ri melihatnya dan mau tak mau tertawa.

Sang Tae terbelalak melihat sesuatu muncul di kamarnya. Ibu? Seekor dinosaurus hijau besar muncul.

“Itu ibu Dooly! Brachiosaurus!” kata Sang Tae senang.

Perawat Park membawakannya sebagai hadiah. Lalu Sang Tae asyik memperlihatkan buku dinosaurusnya pada Perawat Park sambil menjelaskan mana Dooly dan ibu Dooly. Dooly adalah ceratosaurus, sementara ibunya brachiosaurus.

“Tunggu dulu. Mereka kan ibu dan anak, kenapa bisa beda spesies?” tanya Perawat Park.

“Benar, ada rahasia dibalik kelahiran Dooly. Ibu Dooly adalah ibu tiri. Maksudku, palsu. Ibu palsu. Ibu kandung Dooly kehilangan telurnya sebelum Dooly sempat menetas. Brachiosaurus menemukan telur itu dan mengeraminya, dan membesarkannya sendiri. Itu adalah perkiraan yang dibuat para penggemar kartun itu sepertiku.”

“Jadi ia ibu yang baik meski ia ibu palsu,” kata Perawat Park.

“Benar, semua yang palsu itu buruk tapi semua ibu itu baik.”

Perawat Park bertanya apa ibu Sang Tae juga ibu yang baik. Sang Tae terdiam beberapa saat, lalu ia berkata, “Ibu adalah ibu yang baik untukku tapi buruk untuk Kang Tae.”

Perawat Park tersenyum.

Ibu Ju Ri menyiapkan makan siang untuk Kang Tae dan menyuruhnya makan. Dengan terus menunduk, Kang Tae berterimakasih dan makan pelan-pelan.

“Orang bilang kau harus baik pada orang yang kaubenci,” Ibu Ju Ri memisahkan ikan dari durinya dan menaruhnya di mangkuk Kang Tae. “Aku sepenuhnya setuju dengan perkataan itu. Aku benci padamu. Karena itu aku memasak sebanyak ini untukmu. Kau menolak puteriku dan sekarang kasmaran dengan gadis lain. Bagaimana bisa aku tidak membencimu?”

Ibu Ju Ri berkata ia terus menerus bertanya-tanya apakah ia perlu menyuruh Kang Tae dan Sang Tae pindah. Tidak melihat mereka pasti akan membantu Ju Ri melupakan Kang Tae dan move on.

“Apa Ibu ingin kami pindah?” tanya Kang Tae pasrah dan merasa bersalah.

“Aku tidak akan bisa tidur nyenyak jika mengusir kalian, jadi tidak. Aku akan membawa Sang Tae pulang hari ini, jadi fokuslah menenangkan dirimu.”

Kang Tae terharu. Dengan menahan tangis ia berterimakasih.

“Kau tidak perlu berterimakasih. Jika kau tidak bisa menjadi menantuku, kau bisa lahir kembali menjadi puteraku di kehidupan berikutnya. Kau bisa menjadi anak yang baik sepanjang hidupmu untuk membalasku.”

Tangis Kang Tae mulai tak tertahan.

“Aku tidak ingin dilahirkan kembali.” Uff....

“Jangan begitu sulit. Makanlah,” kata ibu Ju Ri.

Sang Tae pulang membawa ibu Dooly dengan gembira. Kang Tae melihatnya dari jauh. Ju Ri mendekatinya dan bertanya apakah Kang Tae pulang malam ini.

“Pulanglah untuk makan malam dan berbaikanlah dengan kak Sang Tae. Ia makan banyak dan aku melihatnya bicara panjang lebar dengan Perawat Park. Itu berarti ia tidak marah lagi, bukan? Kau tahu, ada satu hal yang kita selalu katakan pada pasien: Jika kau ingin membuat orang di sekelilingmu bahagia, kau harus menemukan kebahagiaan lebih dulu,” kata Ju Ri.

Ia berkata menjadi egois tidaklah selalu buruk. Kang Tae boleh memikirkan hanya kebahagiaannya sendiri ketika keadaan sangat menekan.

“Kalau begitu apa aku bisa meminta tolong yang egois?” tanya Kang Tae.

Mun Yeong belum menyerah. Ia berfoto dengan kaset-kaset Dooly dan mengancam akan membuang semuanya jika Kang Tae tidak pulang. Lalu ia memanaskan kepalanya dengan pengering rambut dan mengukur temperaturnya, lalu mengirim fotonya seolah-olah ia demam. Ia meminta Kang Tae membawakan obat.

Tiba-tiba terdengar suara di pintu. Ia mengira  Kang Tae membawakan makanan. Ternyata Ju Ri yang datang. Ia mengangkat sekantung makanan yang ia temukan di tangga depan. Makanan itu ditinggalkan Seung Jae yang sempat menunggu seharian.

Ju Ri diminta tolong oleh Kang Tae untuk membawakan barang-barang Sang Tae karena untuk sementara mereka akan tinggal di rumahnya.

“Rumah? Jadi ini bukan rumahnya,” kata Mun Yeong getir.

Sang Tae mencoret tulisan: adik membunuh kakaknya, yang tadi ditemukannya di dalam buku novel. Ketika ia mendengar kedatangan Kang Tae, ia langsung bersembunyi dalam lemari.

Kang Tae masuk dan menyadari kakaknya masih marah padanya. Ia duduk di depan lemari dan memohon agar kakaknya memaafkannya.

“Untuk apa?” tanya Sang Tae. Minta maaf untuk apa?

“Untuk melarikan diri ketika kakak jatuh ke air. Dan untuk mengatakan aku berharap kakak mati. Itu adalah hal yang sangat kejam untuk diucapkan. Juga...” Kang Tae meminta maaf atas kejadian itu untuk pertama kalinya dengan sungguh-sungguh. Ia menangis meminta maaf karena sering kali berharap memiliki kakak yang normal seperti anak lainnya. “Untuk semuanya...untuk semuanya aku meminta maaf...”

Ia terus menangis sambill meminta maaf. Sang Tae akhirnya keluar. Ia ragu melihat Kang Tae terus menangis.

“Aku minta maaf, jangan tinggalkan aku,” Kang Tae memohon,” Jangan tinggalkan aku, kak.”

Sang Tae lalu memeluk Kang Tae. Seingatku untuk pertama kalinya Sang Tae yang lebih dulu memeluk adiknya. Biasanya Kang Tae yang memeluk kakaknya.

“Jangan tinggalkan aku,” kata Sang Tae sambil menepuk punggung adiknya.

Tangis Kang Tae makin keras di pelukan kakaknya.

“Jangan tinggalkan aku. Jangan menangis,” kata Sang Tae.

Ju Ri telah selesai membereskan pakaian Sang Tae. Ia menemukan Mun Yeong duduk sendirian di meja makan. Ia mengira Miun Yeong belum makan. Tapi Mun Yeong menoleh dengan mulut penuh oleh makanan. Ia berkata ia tidak punya makanan tapi punya minuman keras.

Ju Ri duduk untuk minum bersama Mun Yeong. Mun Yeong bertanya apa Ju Ri tidak lagi takut padanya.

“Masih. Aku masih takut padamu, dan benci padamu. Aku juga cemburu.”

Mun Yeong menatap Ju Ri. Biasanya Ju Ri tidak mau mengakui kalau Kang Tae dekat dengan Mun Yeong. Tapi sekarang ia mengaku cemburu, artinya ia mengakui Kang Tae menyukai Mun Yeong.

“Aku adalah kakakmu,” kata Sang Tae.

“Benar, dan aku adikmu,” kata Kang Tae.

“Mun Kang Tae milik Mun Sang Tae.”

“Iya, aku milik kakak,” kata Kang Tae setelah terdiam sejenak.

“Aku menyukaimu.”

Sang Tae menoleh pada ibu Dooly dan berkata ia sangat menyukainya meski mereka baru pertama bertemu. Kang Tae tersenyum dan berkata ia juga menyukai Sang Tae. Baikan deh^^

Ju Ri sudah mabuk. Ia berteriak sambil berdiri kalau ia ingin menampar Mun Yeong. Mun Yeong pelan-pelan hendak meraih botol kosong kalau-kalau Ju Ri benar-benar menamparnya. Ju Ri berkata Mun Yeong adalah gadis terjahat di seluruh dunia. Mun Yeong menarik tangannya karena tahu Ju Ri tak berbahaya.

“Ketika kita kecil, kau mengganggu teman-temanku dan membuatku dikucilkan. Lalu kau mencuri pria yang kusukai. Apa kau senang melihatku ditinggal sendirian? Kau mengambil satu-satunya yang kuinginkan meski tahu aku tidak punya apa-apa. Kau senang sekarang? Dasar jahat!!”

Mun Yeong malah tersenyum mendengar curhat Ju Ri dan berkata Ju Ri cute.

“Iya benar, aku sangat cute. Aku se-cute ini kenapa Kang Tae hanya menyukaimu?”

“Karena aku cantik?” jawab Mun Yeong.

Plakk! Ju Ri memukul kepala Mun Yeong. Lalu ia jatuh terduduk di kursi dan tertidur.

Direktur Lee menjemput Ju Ri dan menemukan Ju Ri tertidur di meja makan. Ia bertanya apa Mun Yeong memukulnya.

“Hampir, tapi ia keburu pingsan sebelum aku melakukannya,” kata Mun Yeong.

Direktur Lee melihat Ju Ri dan hendak menggendongnya.

“Apa kau menyukainya?” tanya Mun Yeong.

“Iya.”

Mun Yeong bertanya siapa yang lebih disukai Direktur Lee, dia atau Ju Ri. Direktur Lee berkata ia menyukai mereka berdua dengan cara berbeda. Tapi Mun Yeong bertanya siapa yang pertama dan siapa yang kedua.

“Mun Yeong, ketika kau membicarakan orang, kau seharusnya tidak menomori mereka seperti itu. Kau bisa menghargai dan menyayani mereka dengan cara berbeda. Pikirkan mengenai berbagai macam warna kuning. Kuning tua, kuning mustard, kuning pucat. Bahkan warna yang sama bisa memiliki nama berbeda tergantung kromanya. Begitu juga dengan emosi manusia. Seperti rasa suka, sayang, benci, cinta, pertemanan, dan nafsu. Mereka seperti pelangi.”

“Tapi ketika semua dicampur, mereka menjadi hitam kelam,” kata Mun Yeong.

Direktur Lee mengerti Mun Yeong mungkin sudah terbiasa tinggal bersama Kang Tae dan Sang Tae. Ia bertanya bagaimana perasaannya sekarang setelah kembali sendiri. Aku bosan, jawab Mun Yeong datar.

“Aku merasa kesal tiba-tiba dan merasa lebih dingin di malam hari. Aku juga lebih sering merasa lapar.’

“Hanya ada satu cara menjelaskan semua itu. Apa kau tahu apa itu? Kau merindukannya.”

Kang Tae melihat foto-fotonya bersama Mun Yeong saat mereka berjalan-jalan kemarin. Ia tidka bisa tidur dan termenung sendirian.

“Aku merindukannya.... aku merindukannya...” kata Mun Yeong berulang-ulang setelah Direktur Lee dan Ju Ri pergi. Air matanya menggenang.

Pagi harinya Ju Ri terbangun dan berharap ia tidak melakukan kesalahan apapun semalam. Seung Jae berkata Ju Ri dua kali muntah di mobil Direktur Lee tapi itu bukan masalah besar.

Ju Ri melihat Kang Tae sedang menunggu bis. Wajah Kang Tae sangat pucat dan tak bersemangat. Mereka naik bis bersama. Kang Tae menanyakan keadaan Ju Ri setelah mabuk semalam. Ju Ri malah bingung kenapa Kang Tae tiba-tiba berbicara kasual padanya, padahal biasanya formal.

Kilas balik semalam setelah Direktur Lee dan Ju Ri pulang. Kang Tae sudah menunggu mereka karena menunggu barang-barang yang dibawa Ju Ri. Direktur Lee membantu Ju Ri keluar dari mobil sementara Kang Tae mengambil barang-barangnya.

Tiba-tiba Ju Ri memaki Kang Tae dan berkata Kang Tae sengaja mengirimnya ke rumah Mun Yeong agar ia dan Mun Yeong berbaikan. Juga karena khawatir Mun Yeong kesepian sendirian di sana.

“Itukah sebabnya kau mengirimku ke sana? Dasar brengsek. Apa kau tidak tahu aku punya perasaan padamu? Tahu tidaaaak?” teriak Ju Ri.

Direktur Lee cepat-cepat menutup mulut Ju Ri.

“Kau bilang tidak apa-apa bersikap egois kalau keadaan terlalu menekan,” kata Kang Tae.

Ju Ri menggigit tangan Direktur Lee.

“Apa kau menganggap aku tukang memaksa?” tanya Ju Ri.

Kang Tae bertanya  kenapa Ju Ri terus berbicara kasual dengannya. Ju Ri berkata ia dan Mun Yeong berteman jadi kenapa Kang Tae membedakan cara berbicara dengan mereka berdua.

“Bicara kasual saja denganku. Menurut saja padaku!” seru Ju Ri.

Baiklah, kata Kang Tae singkat.

Ju Ri pura-pura tidur mengingat kejadian semalam. Terimakasih, kata Kang Tae. Ju Ri bertanya dengan formal apa Kang Tae tidak enak badan. Kang Tae berkata ia hanya lelah. Lalu ia tertidur.

Chan Yong juga melihat Kang Tae tidak seperti biasanya dan memegang dahinya. Kang Tae demam. Kang Tae lagi-lagi mengabaikan telepon Mun Yeong.

Ia memarahi Direktur Lee yang meneleponnya karena ternyata bukan Kang Tae.  Direktur Lee ingin mengajak Mun Yeong makan enak hari ini karena hari ini adalah hari “itu”.

Perawat Park bertanya pada Kang Tae apakah Sang Tae menyukai ibu Dooly. Ia yang menghadiahkannya pada Sang Tae. Kang Tae berterimakasih karena Perawat Park sudah menjaga Sang Tae.

“Apa kau tahu kalau ibu Dooly bukanlah ibu kandungnya?” tanya Perawat Park.

“Kakak sangat memilih kepada siapa ia akan menceritakan hal tersebut,” Kang Tae tersenyum.

Perawat Park senang karena ia sudah cukup dekat dengan Sang Tae. Ia bertanya apakah Kang Tae kalau Sang Tae dekat dengan Park Ok Ran.  Tidak, kata Kang Tae bingung. Ia bertanya kenapa Perawat Park menanyakannya. Perawat Park berkata ia hanya penasaran dan ingin Kang Tae lebih mengawasi Park Ok Ran karena kondisinya agak tidak stabil.

“Aku merasa ia secara sengaja berusaha memprovokasi pasien lain.”

Ayah Mun Yeong sedang duduk sendirian di taman ketika ia kembali mendengar senandung lagu “Oh My Darling Clementine”. Ia mencari darimana arah suara itu dan melihat Park Ok Ran yang sedang duduk membelakanginya. Ia menghampiri wanita itu.

Kang Tae melihatnya.

Ayah Mun Yeong melihat Park Ok Ran membaca buku Do Hui Jae. Park Ok Ran menoleh. Ayah Mun Yeong bertanya apakah Ok Ran yang tadi bersenandung.

Park Ok Ran mendekati ayah Mun Yeong lalu berbisik, “Kenapa? Apa kau akan membunuhku lagi?”

Ayah Mun Yeong mencekik Park Ok Ran.

“Kenapa kau seperti ini?” Park Ok Ran berusaha meminta tolong.

“Kau tidak bisa membodohiku lagi, monster!”

Kang Tae menarik ayah Mun Yeong menjauh dan berusaha menenangkannya. Ayah Mun Yeong berteriak ia harus membunuhnya jika tidak ia yang akan mati. Park Ok Ran yang dibawa para perawat menoleh dan tersenyum sinis.

“Aku harus membunuhnya! Aku harus membunuh wanita itu! Hari itu seharusnya aku juga membunuh Mun Yeong! Semua monster harus dibunuh!”

“Tidak!” kata Kang Tae. Ia berkata Mun Yeong bukan monster.

“Jika kau tidak membunuhnya, kau akan mati,” kata ayah Mun Yeong.

Pada Perawat Park, Park Ok Ran berbohong kalau ayah Mun Yeong tiba-tiba saja menghampirinya dan mencekiknya. Tanpa alasan.

“Ia menyebutku monster. Monster. Orang gila itu, apa aku seharusnya membunuhnya saja?” gumamnya.

Sementara Kang Tae yang melihat semuanya mengatakan pada Dokter Oh kalau Park Ok Ran memprovokasi ayah Mun Yeong dengan menyenandungkan lagu Clementine. Lalu ayah Mun Yeong menyebutnya monster dan mencekiknya.

“Tapi orang yang biasanya ia sebut monster adalah istrinya, Do Hui Jae.”

Kang Tae bertanya apa mungkin ayah Mun Yeong salah mengenali Ok Ran sebagai istrinya.

“Entah ia tahu banyak tentang Doi Hui Jae, atau...Park Ok Ran benar-benar Do Hui Jae,” kata Dokter Oh.

Ibu Ju Ri terkejut melihat Mun Yeong duduk di depan rumahnya.  Mun Yeong berkata ibu Ju Ri pernah menawarinya makan. Ibu Ju Ri tersenyum dan bertanya Mun Yeong ingin makan apa.

Ia menyajikan sup rumput laut dan mengucapkan selamat ulang tahun pada Mun Yeong. Mun Yeong meminta sup rumput laut jadi hari ini pasti ulang tahunnya. Anggap sup itu hadiah ulang tahunnya.

Mun Yeong mencicipinya  dan berkata rasanya tidak buruk. Melihat Mun Yeong hanya diam, ibu Ju Ri masuk ke dalam.  Diam-diam ia melihat Mun Yeong makan dengan lahap dan tersenyum senang.

Direktur Lee dan Seung Jae yang baru pulang terkejut melihat Mun Yeong. Seung Jae mengucapkan selamat ulang tahun.

Direktur Lee menemui Mun Yeong yang duduk sendirian di luar. Mun Yeong menyalakan rokok terakhirnya. Tapi Direktur Lee membuangnya. Ia memberikan hadiah kalung untuk Mun Yeong. Mun Yeong langsung mengenakannya. Liontinnya berbentuk setengah hati.

“Hati kita disatukan bersama. Sempurna, bukan? Kau menulis buku, aku menjualnya.”

Mun Yeong bertanya apa ini cara Direktur Lee mendorongnya untuk menulis buku berikutnya. Ia berpikir sebentar lalu berkata ia harus cepat bergerak jika Direktur Lee mendorongnya. Ia naik ke atas menuju rumah Kang Tae dan Sang Tae. Ia melarang Direktur Lee ikut naik.

“Oppa, Mun Sang Tae!! Buka pintunya, sahabat! Ini aku, buka pintunya!” Mun Yeong menggedor pintu.

Sang Tae tidak mau membuka pintu. Mun Yeong berkata ia akan mendobrak pintu. Sang Tae berpikir untuk menelepon polisi. Mun Yeong berkata ia membawa gergaji listrik dan ia tidak main-main. Terdengar suara gergaji dinyalakan.

Sang Tae panik. Mun Yeong berkata ia akan menghitung 1 sampai 3. 1...2...3!

Sang Tae melesat keluar. Ia menoleh dan melihat Mun Yeong bersandar santai. Suara gergaji tadi hanya efek suara dari ponsel. Mun Yeong mengembalikan Mang Tae pada Sang Tae.

“Dibandingkan dengan Mang Tae, bolehkah aku memiliki Sang Tae? Aku ingin Sang Tae,” Mun Yeong tersenyum.

Sang Tae berkata senyum Mun Yeong palsu. Mun Yeong berkata ia sungguh-sungguh. Ia merasa bosan tanpa sahabatnya dan ia datang menjemput.  Tapi Sang Tae tak percaya dan berkata Mun Yeong berbohong.

Mun Yeong berkata hari ini hari ulang tahunnya. Ia ingin ditemani Sang Tae sebagai hadiah ulang tahunnya. Bohong, kata Kang Tae berkali-kali.

“Kakak ini pendeteksi kebohongan atau apa?” kata Mun Yeong kesal.

Sang Tae marah dan masuk ke dalam rumah sambil terus mengatakan kalau Mun Yeong bohong. Ia bahkan membanting Mang Tae ke lantai. Ia berkata hanya orang jahat yang berbohong. Ia berakta Mun Yeong bohong padanya tentang jalan-jalan sendirian.

“Sahabat tidak saling merahasiakan. Tapi mereka berdua pergi bersenang-senang tanpa aku,” kata Sang Tae.

Ia merobek gambarnya, meremasnya, lalu melemparnya keluar jendela. Ia berkata ia tidak perlu lagi mobil camping. Mun Yeong memungut gambar tersebut dan bersandar di jendela yang tertutup.

“Oppa, orang yang benar-benar jahat adalah orang yang tidak percaya apapun yang dikatakan orang lain. Kakak tahu dongeng Anak yang Berteriak Serigala, bukan? Anak gembala itu selalu berbohong. Anak itu berbohong pada warga desa berulang kali kalau ada serigala muncul. Apa kakak tahu kenapa anak itu terus menipu para warga desa?”

“Sudah pasti karena bosan,” jawab Sang Tae.

“Salah. Karena ia kesepian. Ia melakukannya karena ia kesepian seorang diri di  pegunungan.”

Kang Tae meminum obat penurun demam dan bersiap pulang. Ia baru melihat pesan dari Mun Yeong dan pesan terakhirnya adalah hari ini adalah yang sangat penting bagi Mun Yeong.

Mun Yeong pulang dan melihat gambar yang tadi dibuang Sang Tae. Itu adalah gambar tiga orang bepergian dengan mobil camping.

Kang Tae melihat Chan Yong sedang mengompres kepalanya. Park Ok Ran memukulnya dengan batu. Tadi Ok Ran berkata ia menjatuhkan sesuatu yang penting di taman dan memintanya membantu mencari. Tapi ketika mereka keluar, tiba-tiba Ok Ran mengambil batu dan memukulnya di kepala. Chan Yong sempat pingsan dan baru sadarkan diri.

“Di mana Park Ok Ran?” tanya Kang Tae.

Ju Ri dan Perawat Park tidak menemukannya. Sepertinya ia berhasil kabur. Perawat Park menyuruh Byul menelepon polisi. Kang Tae bertanya apa Park Ok Ran mengatakan sesuatu.

“Ia mengatakan hari ini adalah hari yang sangat penting baginya. Aku mendengarnya bergumam mengenai menemui seseorang hari ini.”

Kang Tae langsung teringat pesan terakhir Mun Yeong yang mengatakan hari ini hari yang sangat penting untuknya.

Kang Tae langsung lari keluar. Ia teringat percakapannya dengan Dokter Oh. Bagaimana jika Do Hui Jae masih hidup? Waktu itu Dokter Oh berkata pasti ia akan  kembali untuk mencari suami dan puterinya.

“Anak gembala berbohong karena ia sangat kesepian. Tapi ketika seekor serigala benar-benar muncul, tidak ada yang datang menolongnya. Kalau saja ada satu orang percaya padanya dan datang untuk menolongnya, anak itu tidak akan mati.”

Mun Yeong mendengar suara ketukan di pintu dan membukanya. Park Ok Ran tersenyum dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun.

“Go Mun Yeong....Mun Yeong-ah,” panggil Kang Tae dalam hati.


Komentar:

Menurutku tidak adil Kang Tae menyalahkan Mun Yeong karena sudah menyelamatkannya. Itu adalah pilihan yang dibuat Mun Yeong terlepas apa motifnya. Dan jalan hidup yang dijalani Kang Tae saat ini adalah pilihannya sendiri. Ia bertahan hidup dan menjaga kakaknya adalah pilihannya sendiri, bukan karena Mun  Yeong.

Ia memilih melarikan diri ketika akan dipisahkan dengan Sang Tae setelah kematian ibu mereka. Begitu ia memutuskan untuk melakukan itu, ia sendiri sadar kalau itu artinya ia bertanggungjawab penuh atas kakaknya. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan Mun Yeong.

Aku mengerti sangat tidak mudah bagi Kang Tae sejak kecil harus menjadi ibu, sekaligus ayah, dan kakak bagi kakaknya sendiri. Menafkahi, menjaga, dan bertumbuh sendiri. Pasti sangat sulit dan kesepian. Dipaksa tumbuh dewasa dan bertanggungjawab sebelum waktunya. Sangat melelahkan, membuat frustrasi, dan menyesakkan. Apalagi Kang Tae melakukannya sebagai penebusan rasa bersalah karena sudah pernah mengatakan hal kejam pada kakaknya, bahkan pernah menginginkan kematiannya.

Ia harus menghadapi rasa bersalahnya dengan mengakui kesalahannya dan meminta maaf sungguh-sungguh pada kakaknya. Aku senang ketika Sang Tae bertanya minta maaf untuk apa. Dan Kang Tae dengan jelas mengatakan hal-hal apa yang membuatnya bersalah pada kakaknya. Kurasa dengan Sang Tae memaafkannya, beban rasa bersalah itu terangkat.

Sekarang Kang Tae memilih bersama kakaknya bukan karena perasaan bersalah lagi. Tapi karena ia benar-benar menyayangi kakaknya. Dan Sang Tae juga tidak lagi memiliki ganjalan pada adiknya.

Mun Yeong sendiri menanggung akibat dari sikap egoisnya memaksa Kang Tae selalu bersamanya dan tinggal dengannya tanpa Sang Tae. Ia tidak memahami arti ikatan adik kakak, persahabatan, bahkan mungkin cinta. Ketika ia mengatakan Jung Tae bodoh karena memilih berpisah sementara dengan Ah Reum, itu sudah menunjukkan ia tidak begitu memahami.

Ia hanya tahu ia suka dan ia harus memiliki. Tapi cinta tidak sesederhana itu. Cinta berarti menginginkan orang yang kita cintai bahagia. Apa Mun Yeong bisa membahagiakan Kang Tae tanpa Sang Tae? Ia terlalu percaya diri dengan mengira Kang Tae mau bersamanya hanya karena mau jalan-jalan sehari bersamanya. Menginap pun karena ancaman dan paksaan.

Tapi Mun Yeong memang harus belajar juga untuk menghadapi arti kehilangan. Ia bukan hanya kehilangan Kang Tae, tapi juga Sang Tae. Seharusnya ketika melihat gambar Sang Tae, ia menyadari kesalahannya. Baginya Sang Tae mungkin hanya kakak Kang Tae yang cute. Tapi bagi Sang Tae, ternyata Mun Yeong lebih dari itu.

Sang Tae ingin membeli mobil camping karena tahu adiknya tidak suka berpindah-pindah. Jadi mobil camping adalah jalan keluar yang tepat karena rumah mereka bisa ikut pindah kapanpun mereka mau. Dan Sang Tae menggambar Mun Yeong di sana. Artinya ia sudah menerima Mun Yeong sebagai orang yang dekat dengannya. Orang yang akan ikut pindah-pindah bersama mereka. Orang yang serumah dengan mereka.

Ia tidak menggambar Ju Ri, atau ibu Ju Ri, bahkan Jae Su yang sudah dikenal jauh lebih lama. Tapi ia menggambar Mun Yeong. Seharusnya Mun Yeong menyadari kalau bagi Sang Tae kebohongannya sama menyakitkannya dengan kebohongan Kang Tae.

Dan aku senang karena karakter-karakter lain seperti Direktur Lee, Ju Ri, ibu Ju Ri, bisa memberikan nasihat yang baik bagi ketiga tokoh utama kita. Ketika kita terlalu terpaku pada masalah kita, mungkin nasihat dari orang ketiga yang mengamati dari luar bisa menjadi bahan pertimbangan yang baik.


Rabu, 29 Juli 2020

Sinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 9

Keceriaan Kang Tae tidak berlangsung lama. Ia termenung saat sudah dalam perjalanan dengan Mun Yeong. Dan Mun Yeong bisa melihat kalau Kang Tae mulai bertanya-tanya mengenai apa yang sudah ia lakukan tadi. Tidak, kilah Kang Tae.

“Sebaiknya kau tidak melakukannya. Kau mengesankan dengan memukul pria tadi dan mengajakku pergi. Jangan bilang kalau kau mulai menyesalinya.”

“Tidak, tentu saja tidak,” kata Kang Tae dengan tawa terpaksa.

Mun Yeong mengajak Kang Tae pergi ke Serengeti di Afrika. Aku tidak punya paspor, kata Kang Tae polos. Apa kau dari luar angkasa, tanya Mun Yeong kaget. Akhirnya ia mengusulkan ke Jeju. Tapi Kang Tae tidak mau karena tidak bisa kembali hari ini. Mun Yeong mulai kesal karena ia ingin menginap. Kang Tae berkata mereka harus mengajak Sang Tae kalau menginap.

Bertambah kesal, Mun Yeong menekan pedal gas dalam-dalam dan mengebut menuju tumbukan batu di ujung pantai. Kang Tae mulai panik. Mun Yeong bertanya Kang Tae mau pergi seharian atau menginap dengannya. Menginap dengannya atau mati dengannya?

“Go Mun Yeong!!!” teriak Kang Tae saat mereka hampir menabrak tumpukan batu.

Mobil berhenti tepat di depan tumpukan batu. Untung Kang Tae tidak mengompol seperti Gi Do. Ia marah dan bertanya kenapa Mun Yeong mempertaruhkan nyawa hanya untuk main-main. Aku tidak main-main, kata Mun Yeong.

Kang Tae meminta setidaknya Mun Yeong menghitung tiga kali sebelum melakukan hal spontan. Mun Yeong bertanya balik apakah Kang Tae menghitung sampai tiga lebih dulu sebelum meninju mantan suami Ah Reum. Kang Tae tak bisa menjawab.

“Keluar,” kata Mun Yeong, “Jika aku bersamamu, aku akan ingin menabrak sesuatu (saking kesalnya).”

Kang Tae keluar dari mobil Mun Yeong. Mun Yeong melempar tas Kang Tae keluar lalu pergi. Kang Tae memungut tasnya sambil tersenyum geli. Mun Yeong marah-marah dalam mobil mengira Kang Tae sedang mempermainkannya.

Kang Tae akhirnya pergi ke tempat Jae Su. Melihat Kang Tae makan pizza dengan lahap, Jae Su berkata Kang Tae sangat aneh akhir-akhir ini. Kang Tae biasanya jarang makan dan berhenti bekerja seakan-akan hobinya. Tapi hari ini ia memukul seseorang dan diskors tapi masih memiliki nafsu makan.

“Teman, kau pasti sakit pikiran. Ayo kita pergi periksa.”

“Kau juga berpikir aku sedikit aneh?”

“bukan sedikit, tapi sangat.”

Kang Tae bertanya ada apa dengan dirinya. Jae Su berkata Kang Tae tertular virus kegilaan. Pada hari Mun Yeong melukai tangan Kang Tae dengan pisau, virus kegilaannya masuk dalam pembuluh darah Kang Tae dan mengacaukan otaknya.

“Wah kau hampir meyakinkanku,” kata Kang Tae pura-pura kagum.

“Aku hampir berpikir untuk menulis novel,” sahut Jae Su.

Kang Tae berkata ia ingin bersenang-senang. Kenapa tidak, kata Jae Su senang. Ia mengajak Kang Tae jalan-jalan naik Alberto nya. Kang Tae ingin jalan-jalan ke mana?

“Serengeti,” jawab Kang Tae.

Sang Tae makan siang bersama Dokter Oh dan ibu Ju Ri. Mereka membicarakan peristiwa tadi. Ibu Ju Ri berkata Kang Tae bukan orang seperti itu. Ia adalah orang yang sangat sabar. Ia tidak percaya Kang Tae bisa memukul seseorang.

“Itu sama saja dengan kentut. Jika kau menahannya 99 kali dan mengeluarkannya, bisa-bisa membunuh orang,” kata Dokter Oh.

“Kau tidak sopan,” sahut Sang Tae, “Jangan bicarakan kentut waktu makan.”

Dokter Oh meminta maaf. Tapi kenapa Kang Tae bisa memukul orang, tanya ibu Ju Ri.

“Dulu aku juga memukul para pria yang mengganggumu. Dia mungkin marah dengan alasan yang sama,” kata Dokter Oh. Whaaa XD

Dokter Oh menjelaskan pada Sang Tae kalau ia pernah menaksir ibu Ju Ri waktu mereka masih muda. Tapi ia ditolak 3 kali. Itu cukup mengejurkan, kata Sang Tae. Bagaimana cara ibu Ju Ri menolak Dokter Oh?

“Aku tidak suka padamu! Aku benar-benar tidak suka padamu! Begitulah caraku menolaknya. Oppa ini sangat tidak biasa sejak masih muda. Kemungkinannya 50-50 antara ia seorang jenius atau idiot. Jadi aku menolaknya.”

“Kau menyesalinya, kan?” seloroh Dokter Oh.

“Astaga, bagaimana kau tahu? Aku sangat menyesalinya,” sindir ibu Ju Ri.

“Lihat kan, ia masih menyukaiku.”

“Jangan mengkhayal,” kata Sang Tae. Pffft..

 Dokter Oh tidak sempat menyelesaikan makannya karena ia dipanggil ke lobi. Rupanya keluarga Ah Reum memaksa mengeluarkan Ah Reum dari rumah sakit setelah insiden tadi. Mereka marah karena mantan  suami Ah Reum bisa menemukan Ah Reum di sini. Kakak Ah Reum ingin membawa Ah Reum ke Amerika agar bisa dirawat di sana. Ah Reum menolak ikut. Tentu saja karena Jung Tae. Tapi ngomong-ngomong di mana Jung Tae??

Para staf berusaha menenangkan keluarga Ah Reum. Mereka berpendapat belum waktunya Ah Reum keluar dan beralasan ada prosedur untuk mengeluarkan pasien. Mereka berharap Dokter Oh sebagai direktur rumah sakit bisa menangani ini. Tapi Dokter Oh kalah galak, ia mengatakan mereka boleh keluar kalau sudah bayar.

Setelah Ah Reum dan keluarganya pergi, Perawat Park protes pada Dokter Oh karena membiarkan Ah Reum pergi sebelum waktunya. Tapi Dokter Oh berkata tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan jika keluarganya tidak mengijinkannya tinggal. Iya juga sih...

Sun Hae dan Pil Wong mengajak Jung Tae ke kamar cuci dan memberitahukannya kabar sedih itu. Jung Tae langsung hendak menyusul Ah Reum tapi Pil Wong menutup mulutnya dan berkata Jung Tae tidak boleh membuat orang lain tahu kalau ia dan Ah Reum berpacaran. Ia menasihati agar Jung Tae menahan diri sebaik-baiknya. Ia akan membantu mencarikan jalan.

Tiba-tiba Sun Hae, si mantan dukun, bergidik dan berkata besok seseorang yang muncul dari Barat akan membantu Jung Tae. Hantu dari Barat? Bukan hantu tapi manusia, kata Sun Hae. Hehe...udah bisa nebak sih siapa :p

Jae Su curhat, atau lebih tepatnya menggosip tentang Direktur Lee pada Kang Tae. Kang Tae tertawa mendengarnya. Ia berkata Jae Su boleh tinggal di kamar mereka jika tidak tahan sekamar dengan Direktur Lee. Ia juga ingin meminta tolong pada Jae Su.

“Mengenai kakakku. Besok bisakah kau...”

“Tentu.”

Kang Tae bingung karena ia belum selesai bicara. Jae Su berkata apapun itu ia akan membantu Kang Tae. Itu yang disebut kesetiaan.

Sang Tae sedang menonton kartu favoritnya. Dooly. Suaranya menggema di seluruh rumah. Mun Yeong muncul dan berkata ia benci Dooly dan teman-temannya. Mereka bersikap semau mereka di rumah yang bukan rumah mereka.

“Aku suka Ko Gil Dong.”

“Ko Gil Dong?” Sang Tae terkejut. Ko Gil Dong adalah karakter yang sering merasa tergangu dengan kehadiran Dooly dan kadang memukulnya. Anak Ko Gil Dong yang membawa pulang Dooly dan menganggapnya hewan peliharaan.

Mun Yeong menyukai Ko Gil Dong karena ia menganggap Ko Gil Dong adalah orang baik yang membiarkan Dooly dan teman-temannya tinggal di rumahnya meski mereka terkadang membuar masalah.

“Aku menyukainya. A...aku juga suja Gil Dong,” kata Sang Tae.

Giliran Mun Yeong yang kaget. Sang Tae memperlihatkan boneka dinonya dan berkata namanya Teary (air mata) tapi nama sebenarnya Ko Gil Dong. Ia suka Ko Gil Dong karena ia yang mengurus Dooly dan teman-temannya.  Ia adalah wali mereka dan memberi mereka tempat untuk tidur, memberi mereka makan, dan melindungi mereka.

“Sebagai info, aku adalah wali Kang Tae dan seorang wali harus bertanggungjawab dan bisa dipercaya. Aku adalah orang dewasa dan kakaknya.”

“Wah, kita benar-benar cocok, Oppa. Kita seperti teman baik,” Mun Yeong mengajak tos.

Sang Tae tertegun. Teman baik? Ia nampak sangat gembira.

Iya teman baik, kata Mun Yeong tersenyum. Senyumnya lenyap begitu mendengar suara Kang Tae. Ia tak bicara apa-apa dan berjalan keluar kamar tanpa melirik sedikitpun pada Kang Tae. Kang Tae memegang tangannya dan mengajak bicara.

Kang Tae bertanya apa mereka tidak jadi pergi besok. Mun Yeong masih kesal kalau mereka hanya bepergian satu hari. Tapi Kang Tae berkata satu hari sudah lebih dari cukup baginya. Itu adalah hari yang diimpikannya seumur hidupnya. Mun Yeong kesal tapi tak bisa membantah.

“Jadi besok kita pergi?” tanya Kang Tae.

“Terkadang kau seperti penjinak, bukan perawat. Aku merasa kau sedang menjinakkanku.’

“Kurasa sebaliknya. Aku terus melakukan hal yang tidak biasanya kulakukan karenamu. Tadi (saat memukul) aku tidak bisa mendengar atau melihat apapun. Aku pasti sudah tidak waras. Aku tidak bisa menahan kemarahanku.”

“Tidak, aku tidak gila. Kau mengagumkan,” puji Mun Yeomg.

Kang Tae menoleh dan mereka bertatapan. Pelan-pelan Kang Tae mendekat. Ketika bibir mereka hampir bersentuhan tiba-tiba terdengar pekikan rusa musuh bebuyutan Mun Yeong. Atau jangan-jangan reinkarnasi ibu Mun Yeong?? *sakingterlalubanyaknyateori*

Batal deh kissnya. Dengan kikuk Kang Tae bertanya apa mereka pergi besok pagi. Tentu saja, kata Mun Yeong datar. Setelah Kang Tae masuk ke dalam, Mun Yeong melotot marah ke arah suara rusa tadi.

“Aku ingin mematahkan leher rusa itu,” ujarnya geram. Eh disahutin sama rusanya. “Diam kau, rusa bodoh!!”

Ju Ri tidak bisa tidur dan hendak menyelinap keluar. Seung Jae terbangun dan mengikutinya ke atap untuk minum bersama. Ju Ri bertanya apa Seung Jae pernah merasakan jatuh cinta bertepuk sebelah tangan.

“Tidak, aku tidak akan melakukan hal sebodoh itu. Sungguh membuang-buang waktu,” jawab Seung Jae. Setelahnya ia sadar dan merasa bersalah.

Ju Ri tidak marah. Ia membenarkan kalau itu buang-buang waktu. Seung Jae berkata Ju Ri pantas mendapatkan yang lebih baik.

“Kau tahu siapa yang aku sukai?” tanya Ju Ri. Udah dibilangin semua juga tau >,<

“Mun Kang Tae. Aku memang lambat dalam pekerjaan tapi sangat peka dalam masalah percintaan. Mari kita jujur dan realistis. Kau jauh lebih baik darinya. Ia mungkin tampan tapi ia benar-benar tidap punya....” Seung Jae tak berani meneruskan.

“Kau benar. Ia tidak memiliki apa-apa untuk ditawarkan. Aku pikir aku bisa menjadi orang yang mengisi kehidupannya yang kosong,” kata Ju Ri. Ia berkata ia pasti sudah mabuk dan mengajak Seung Jae masuk setelah minuman mereka habis.

Seung Jae berkata secara pribadi ia berpendapat Ju Ri cocok bersama pria yang lebih tua dengan kepribadian ceria, berpikiran luas dan berkarakter pengusaha. Seperti Direktur Lee misalnya?^^ Ia menepuk Ju Ri dan berkata ia akan menemukannya suatu hari nanti.

Mereka sama sekali tak menyadari kalau Direktur Lee diam-diam mendengar percakapan mereka. Dengan senang ia berkata tidak sia-sia ia mempekerjakan Seung Jae.

Malam itu Kang Tae dan Mun Yeong sama-sama sulit tidur gara-gara batal kiss.

Dokter Oh mengajar menyanyi di kelas terapi musik. Semua bernyanyi riang kecuali ayah Mun Yeong dan Park Ok Ran. Park Ok Ran sesekali melirik ayah Mun Yeong.

Kang Tae memberitahu kakaknya kalau hari ini ia ada urusan jadi ia akan pulang terlambat. Ia meminta kakaknya menunggu di rumah Jae Su dan malam harinya ia akan menjemputnya. Tapi Sang Tae sedang gembira karena ia memiliki sahabat.

“Nona Go dan aku adalah sahabat sekarang. Kami adalah sahabat dan teman terbaik. Artinya kami benar-benar dekat. Sahabatmu adalah Jae Su. Sahabatku adalah Nona Go. Aku juga punya sahabat sekarang. Sahabat...sahabat...” Sang Tae terus berceloteh.

Kang Tae terdiam mendengarnya.

Dokter Oh mengajak ayah Mun Yeong jalan-jalan di taman. Ayah Mun Yeong sudah tidak perlu mengenakan kursi roda. Dokter Oh bertanya apakah ayah Mun Yeong tidak merindukan puterinya. Ia dengar kelas dongengnya sangat menyenangkan. Ia juga ingin melihatnya kapan-kapan.

“Dia hanya seperti wanita itu...” kata ayah Mun Yeong.

“Wanita itu?”

“Semua terpedaya oleh wanita itu. Wajahnya seperti malaikat  tapi di dalamnya hidup iblis.”

Dokter Oh berkata semua orang memiliki sisi baik dan buruk. Tapi ayah Mun Yeong berkata wanita itu monster dan membunuh seseorang.

“Di mana monster itu?” tanya Dokter Oh.

“Ia sudah mati. Aku membunuhnya,” tiba-tiba ayah Mun Yeong memegangi kepalanya kesakitan. “Aku yakin aku sudah membunuhnya. Tapi ia kembali. Ia kembali untuk membunuhku. Ia akan  membunuhku.”

Dokter Oh memegang tangan ayah Mun Yeong untuk menenangkannya.

Perawat Park hendak membaca buku novel ibu Mun Yeong bagian yang sudah ditandai. Park Ok Ran merebutnya sebelum ia sempat membaca. Perawat Park berkata Park Ok Ran tidak boleh masuk ruang perawat. Park Ok Ran bertanya kenapa perawat Park membaca buku itu padahal ia belum selesai membacanya.

Perawat Park melihat jarinya tergores kertas karena Park Ok Ran merebut buku dengan keras. Park Ok Ran berkata itu akibat mengambil barang orang lain. Ia benci jika orang melakukan itu. Lalu ia keluar membawa buku itu.

Ju Ri masuk dan menanyakan keadaannya. Perawat Park berkata ia tidak apa-apa. Ia tadi melihat Jung Tae keluar rumah sakit hari ini. Padahal hari ini kan giliran Pil Wong. Ju Ri berkata memang begitu seharusnya, tapi Dokter Oh mengijinkan Jung Tae yang keluar hari ini. Perawat Park merasa ada kesepakatan di balik perubahan jadwal ini.

Kang Tae sudah siap jalan-jalan. Ia bertanya apa Mun Yeong  sudah siap. Mun Yeong keluar dengan pakaian agak seksi plus topi selebar payung. Kang Tae bengong dan bertanya apa Mun Yeong hendak tampil di sirkus.

“Apa kau sedang dalam pelarian?” balas Mun Yeong, melihat pakaian kasual Kang Tae.

“Maksudku tidak bisa kau mengenakan pakaian yang nyaman?”

“Aku merasa nyaman tak pakai baju,” sahut Mun Yeong.

Maksudnya yang normal, kata Kang Tae. Mun Yeong kesal dan berkata ia tidak ingin terlihat normal.  Ia menggeledah isi tas besar Kang Tae yang kebanyakan merupakan cemilan bahkan kotak P3K lengkap.

“Apa kita sedang mengungsi?” tanyanya.

Kang Tae agak malu dan berkata mereka mungkin saja kelaparan dan mungkin saja membutuhkan kotak P3K itu.

“Jangan membuatnya terlalu kelihatan kalau ini pertama kalinya kau jalan-jalan. Kau cukup mengurusku,” kata Mun Yeong.

Ponsel Kang Tae bergetar. Mun Yeong melarangnya angkat telepon tapi Kang Tae tetap mengangkatnya, bahkan menemuinya.

Dokter Oh mengajak Kang Tae bertemu. Melihat Kang Tae memeriksa jam, ia bertanya apa Kang Tae ada janji lain.

“Kencan dengan Penulis Ko?” tanyanya sambil tersenyum.

Kang Tae bengong. Dokter Oh tertawa dan berkata ia sudah bilang kalau ia pintar membaca pikiran orang. Kang Tae berkata ia ingin menanyakan sesuatu.

“Apa latar belakang psikologis orang yang senang mengenakan pakaian terlalu berlebihan dan terlalu modis? Kurasa karena ingin pamer, bukan?”

“Sebaliknya. Mereka ingin melindungi diri mereka sendiri. Mereka berpikir mereka terlalu lemah hingga menggunakan pakaian sebagai perlindungan. Semacam perisai. Jadi kau harus melindunginya dengan baik.  Aku membicarakan Nona Go.”

Karena Kang Tae pergi, Mun Yeong mengadakan rapat dulu dengan Sang Tae. Ia bertanya  wanita seperti apa yang biasa bergaul dengan Kang Tae.

“Perawat, pasien, guru-guru di sekolahku, para ahjumma pemilik rumah,...”

Mun Yeong berkata bukan wanita seperti itu. Melainkan wanita yang Kang Tae sukai.

“Kang Tae tidak suka wanita,” jawab Sang Tae.

Mun Yeong terkejut. Kang Tae suka pria?

“Dia suka padaku,” jawab Sang Tae. “Aku adalah orang paling favoritnya di seluruh dunia. Kang Tae hanya bermain denganku.”

Pantas saja ia tidak tahu cara bersenang-senang, gumam Mun Yeong. Ia akan memastikan Kang Tae bersenang-senang. Mendengar itu Sang Tae mengingatkan kalau ia sudah memberikan Mang Tae. Mun Yeong boleh bermain bersama Mang Tae. Kang Tae akan main dengannya dan ia juga akan main dengan sahabatnya.

“Aku tidak boleh bermain bersama Kang Tae?” tanya Mun Yeong.

“Tidak, Kang Tae hanya bermain denganku. Ia adalah adikku.”

Mun Yeong bertanya apa Sang Tae juga menyayangi. Sang Tae berkata ia sangat menyayangi Kang Tae. Kang Tae memiliki mata yang indah. Paling indah, menurutnya.

“Apa Oppa juga pernah membencinya?”

Sang Tae terdiam. Sepertinya pernah, Mun Yeong melihat penuh selidik. Ia bertanya kapan Sang Tae membenci Kang Tae. Sang Tae tidak menjawab dan nampak kikuk.

“Apa Oppa tahu dongeng tentang Telinga Raja Keledai? (sempat disebut di episode 3)”

Sang Tae tahu dongeng itu. Tentang orang yang berteriak di hutan bambu (versi lain, di dalam lubang) untuk membeberkan rahasia telinga raja karena ia harus merahasiakannya dari semua orang. Ia meneriakkan di tempat itu karena mengira orang tidak akan ada yang mendengar, dan ia tetap bisa mengungkapkan rahasianya.

 “Benar. Jika kau menyimpan rahasia untuk dirimu sendiri, kau akan tertekan. Kau harus menceritakannya pada orang lain untuk meredakan stress. Jadi kapan Oppa paling membenci Kang Tae?”

Sepertinya Mun Yeong ingin menggunakan info ini agar Sang Tae marah pada Kang Tae dan Kang Tae jadi diberikan padanya. Tapi saat itu Jae Su menelepon dan Sang Tae memilih mengangkat telepon daripada memberitahu rahasianya.

Kang Tae dan Mun Yeong akhirnya bepergian. Mun Yeong bersenandung riang sementara Kang Tae masih memikirkan percakapannya dengan Dokter Oh tadi. Dokter Oh berkata mungkin saja Kang Tae benar. Bahwa ibu Mun Yeong bukanlah seseorang yang dirindukan melainkan seseorang yang masih ditakuti. Tapi itu baru dugaan karena mereka tidak bisa mempercayai semua ucapan seorang pasien demensia. Namun mereka juga tidak bisa seluruhnya menutup kemungknan itu.

“Bagaimana jika penulis Do Hui Jae sebenarnya belum meninggal?” tanya Kang Tae. Bagaimana jika ia hanya menghilang?

“Maka kita tahu satu hal yang pasti. Ia pasti akan kembali untuk menemui puteri dan suaminya. Mari kita berharap aku khawatir berlebihan, tapi untuk jaga-jaga aku ingin memintamu melindungi Penulis Go dan ada untuknya.”

Tidak seperti biasanya, Mun Yeong memutar musik di mobil. Ia berkata Sang Tae sangat perhitungan. Tidak akan memberi sesuatu secara gratis.

“Bukankah itu sebabnya kalian jadi sahabat? Karena kalian berdua mirip.”

Mun Yeong tersenyum.

Jae Su mengantar Sang Tae pulang ke rumah Ju Ri. Ia berkata ibu Ju Ri akan mengadakan pesta samgyeopsal malam ini untuk Sang Tae. Sang Tae bertanya kenapa Jae Su terus mengikutinya. Untuk bermain bersama Sang Tae. No thank you, jawab Sang Tae. Pekerja paruh waktu seperti apa yang ingin bermain bersama bosnya di rumah bosnya. Haha bener juga sih...

Mereka naik ke atap dan bingung melihat ember besar di sana. Tiba-tiba Direktur Lee keluar dari dalam ember. Ia sedang berendam. Ia berkata ia sedang menikmati liburannya. Biasanya ia pergi ke hotel luar negeri tiap musim panas dan tidak melakukan apapun selain membaca buku selama sebulan. Ia mengajak Sang Tae ikut tapi Sang Tae menolak keras. Ia benci air (karena pernah hampir tenggelam dulu).

Kang Tae mengajak Mun Yeong ke gunung. Mun Yeong bengong melihat jembatan gantung panjang yang dilihatnya membentang menyeberangi ngarai lebar. Apa mereka akan bungee jumping? Kang Tae ingin menyeberangi jembatan itu. Tapi Mun Yeong tidak mau. Ia takut.

Kang Tae tertawa karena baru kali ini mendengar kata ”takut” dari Mun Yeong. Mun Yeong kesal, memangnya menyenangkan menyeberangi jembatan bodoh itu? Kang Tae berkata ia hanya ingin naik ke pundak dan melihat pemandangan luas. Ia tidak bisa ke sana bersama kakaknya. Karena ia telah melihatnya sekarang, sudah cukup baginya. Ia mengajak Mun Yeong turun.

Tapi mendengar Kang Tae tidak bisa ke sana bersama Sang Tae, Mun Yeong berubah pikiran. Ia akan menyeberang asal Kang Tae menggendongnya di punggung. Kang Tae memilih menyeberang sendiri dan menyuruh Mun Yeong menunggu. Ia berjalan sambil tertawa mendengar Mun Yeong berteriak-teriak memanggilnya.

Demi Kang Tae, jembatan goyang pun kuseberangi..mungkin begitu pikir Mun Yeong. Ia mulai berjalan sambil marah-marah sekaligus takut karena jembatan itu bergoyang. Karena itu namanya jembatan goyang, kata Kang Tae. Ia menyarankan agar Mun Yeong menyanyi. Mun Yeong dengan polosnya menurut. Ia bernyanyi dengan suara gemetar sekaligus bernada marah.

“Hentikan,” kata Kang Tae. “Kau terdengar menakutkan.”

“Apa kau mau mati?” sembur Mun Yeong.

Akhirnya mereka tiba di seberang dengan selamat. Mun Yeong menyuruh Kang Tae berpose dan ia akan memotret sebagai kenang-kenangan. Awalnya Kang Tae menolak, tapi kemudian ia berpose canggung. Mun Yeong ikut berfoto dengannya agar Kang Tae tidak malu.

Seseorang menelepon Kang Tae. Kang Tae dan Mun Yeong pergi menemui orang itu. Ternyata Jung Tae yang menelepon. Ia sedang bersama Ah Reum. Keduanya tertawa tak menyangka Kang Tae datang berdua dengan Mun Yeong. Tapi Kang Tae tidak nampak senang dan bertanya apa yang sedang terjadi. Jung Tae menjelaskan kalau Pil Wong meminta pada Dokter Oh agar Jung Tae yang diijinkan pergi menginap di luar rumah sakit menggantikannya. Dokter Oh mengijinkan.

Lalu ia pergi ke rumah Ah Reum. Dan mereka melarikan diri dengan taksi dan pergi sejauh mungkin. Karena sangat jauh, seluruh uangnya habis untuk biaya taksi. Mereka tidak bisa membayar biaya kamar penginapan. Kang Tae bertanya bagaimana mereka bisa mengetahui nomor teleponnya.

Jung Tae menunjukkan daftar nomor telepon darurat yang dicuri Sun Hae dari meja staf rumah sakit. Dari semua orang dalam daftar itu, ia merasa paling dekat dengan Kang Tae. Kang Tae mengingatkan kalau staf dilarang bersama dengan pasien di luar rumah sakit. Jung Tae tahu itu, ia hanya ingin Kang Tae meminjamkan uang agar mereka bisa membayar kamar.

Ia akan menginap semalam dan kembali ke rumah sakit besok. Tentu saja Kang Tae melarang. Tapi Mun Yeong tersenyum penuh arti dan diam-diam pergi meninggalkan mereka .

Jung Tae protes kenapa mereka tidak boleh menginap. Bisa dibilang ini kesalahan Kang Tae juga. Karena mereka tidak bisa berpacaran sebagai sesama pasien, maka ia menahan diri sekuat mungkin. Tapi ketika mantan suami Ah Reum menampar Mun Yeong, Kang Tae yang tidak bisa menahan diri hingga Ah Reum dipulangkan. Mereka harus berpisah besok tapi Kang Tae tidak bisa membayarkan mereka?

Ah Reum mulai menangis dan berkata sungguh kejam. Mun Yeong kembali dan berkata Kang Tae harus minta maaf pada mereka karena sepertinya itu kesalahan Kang Tae.  Ia telah membayar kamar di samping kamar Jung Tae dan Ah Reum.

Kang Tae membawa Mun Yeong keluar dan mengingatkan kalau mereka tidak bisa menginap. Memangnya kau Cinderella, tanya Mun Yeong. Kang Tae berkata Mun Yeong bisa menginap sendiri.

“Aku yakin mereka akan melarikan diri besok. Wanita itu akan segera pindah ke Amerika. Dan si pria harus kembali ke rumah sakit jiwa besok. Lihat saja mereka.Apa mereka bisa dipisahkan? Rasionalitasmu tidak akan pernah bisa menang dari keinginanmu. Apa kau akan membiarkan pasien melarikan diri? Tidak bertanggungjawab. Atau kau akan memisahkan mereka meski tahu betapa mereka saling mencintai? Sungguh kejam.”

Kang Tae mulai berpikir. Mun Yeong berkata mereka bisa menginap malam ini dan besok Kang Tae bisa mengantar Jung Tae kembali ke rumah sakit.

“Aku sedang diskors, jadi aku tidak mau bekerja,” kata Kang Tae. Ia berjalan pergi pura-pura tak peduli. Tapi akhirnya ia menyerah. Mun Yeong tersenyum puas.

Di Rumah Ju Ri, semua berkumpul untuk makan malam. Ibu Ju Ri berkata akan lebih baik kalau Kang Tae juga bisa bergabung bersama mereka. Jae Su dan Sang Tae berkata Kang Tae pergi untuk bertemu seseorang. Sekarang kan dia punya banyak waktu luang karena diskors.

Seung Jae bertanya apakah Seung Tae senang bekerja dengan Mun Yeong. Sang Tae berkata mereka akan bekerja nanti. Sekarang mereka bersahabat dan sahabat tidak saling merahasiakan. Ibu Ju Ri senang mendengarnya dan berkata Sang Tae seharusnya mengajak Mun Yeon ke sini kalau begitu. Tapi Sang Tae berkata Mun Yeong tidak mau karena hendak pergi bersenang-senang sendiri. Padahal ia akan senang pergi bersama Mun Yeong.

Direktur Lee merasa aneh karena tidak biasanya Mun Yeong mau keluar di hari sepanas ini. Seung Jae dengan polos berkata mungkin Kang Tae dan Mun Yeong pergi bersama. Seketika itu juga suasana berubah dan semua orang terdiam. Jae Su dan Direktur Lee cepat-cepat bergurau kalau Seung Jae benar-benar kreatif dan bisa jadi penulis.

Ju Ri menawarkan diri untuk membeli bir untuk semuanya. Direktur Lee cepat-cepat keluar untuk menemaninya. Ju Ri berkata Kang Tae dan Mun Yeong mungkin sedang bersama saat ini. Tidak tahu dan siapa peduli, kata Direktur Lee.  Baginya yang terpenting ia bersama Ju Ri sekarang. Ju Ri berkata ia mulai mengerti mengapa Mun Yeong menempel pada Direktur Lee begitu lama.

“Itu pujian, bukan? Tapi sebenarnya, akulah yang menempel padanya..”

“Kenapa?” tanya Ju Ri tak mengerti.

“Karena ia tidak bisa ditinggalkan sendirian. Ia sangat kesepian. Tapi ia tidak mau seorangpun tahu jadi ia menghalau semua orang menjauh darinya. Dia orang yang rumit.”

Ju Ri berkata bisa dibilang Mun Yeong dan Kang Tae mirip. Apa karena itu mereka berdua tertarik satu sama lain?

“Ju Ri, tak terhitung banyaknya alasan kita jatuh cinta. Contohnya, kau mungkin suka karena betapa cantiknya mereka ketika mereka menangis. Atau kau jatuh hati karena mereka mabuk dan memakimu. Atau mungkin karena mereka secara tidak terduga menamparmu.”

Ju Ri tertawa malu. Direktur Lee berkata Kang Tae juga pasti memiliki alasan kenapa ia menyukai Mun Yeong. Bijak juga nih si direktur....dan Ju Ri nampaknya mulai mengerti mengapa rasa suka tidak bisa dipaksakan.

Mun Yeong melihat Kang Tae masih duduk termenung dan belum menelepon Sang Tae. Apa perlu ia yang meneleponnya? Kang Tae mencegahnya dan berkata ia akan menelepon sekarang.

Sang Tae sedang menggambar ketika Kang Tae menelepon. Sang Tae bertanya apa yang sedang Kang Tae lakukan sekarang. Dengan gugup Kang Tae berkata ia sedang berbicara di telepon dengan Sang Tae. Kapan kau kembali, tanya Sang Tae. Kang Tae berkata ia akan pulang sangat terlambat, mungkin subuh. Ia meminta kakaknya tidak menunggunya dan tidur duluan. Jika Sang Tae bosan atau tidak bisa tidur, ia bisa meneleponnya. Sang Tae berkata Kang Tae juga bisa meneleponnya jika merasa bosan. Hmmm...kenapa harus bohong dari awal sih...

Melihat ekspresi Kang Tae, Mun Yeong berkata ia pernah melihatnya di drama. Ekspresi seorang pria yang berselingkuh dari istrinya. Ia tidak mau jadi selingkuhan, ia ingin jadi istri yang setia.

“Tapi keduanya tidak bisa jadi sahabat, bukan?” tanya Kang Tae.

Ia berkata kakaknya sangat senang bisa bersahabat dengan Mun Yeong. Mun Yeong berkata ia juga menyukai Sang Tae. Ia cute.

“Ada sesuatu yang diharapkan ibuku selama hidupnya. Melihat kakak memiliki teman. Seorang teman yang benar-benar memahaminya. Satu saja.”

Mun Yeong menghela nafas panjang dan berkata ia memiliki seorang teman seperti itu dulu. Seorang teman yang mengerti dirinya. Dan bisa ditebak itu adalah Ju Ri.

Ketika kecil, Ju Ri sering dan diejek dibully teman-temannya. Tapi sebaliknya, mereka takut pada Mun Yeong. Lalu Ju Ri mengajak Mun Yeong berteman. Mun Yeong senang karena ia tidak lagi merasa bosan. Dan Ju Ri senang karena teman-teman sekelas tidak membullynya lagi.

Tapi Ju Ri tidak ingin berteman hanya dengan satu orang. Ia ingin menjadi teman semua orang. Dan Mun Yeong tidak menyukainya. Jadi Mun Yeong mengganggu anak-anak lain, berharap Ju Ri hanya akan berteman dengannya jika ia kesepian lagi. Tapi ia salah.  Ju Ri jadi takut padanya dan tidak mau lagi berteman dengannya.

“Teman yang benar-benar memahamimu itu tidak ada,” kata Mun Yeong.

“Kau seharusnya berbaikan dengannya,” kata Kang Tae.

Mun Yeong tidak mau. Ia sudah memiliki sahabat sekarang dan ia juga memiliki Kang Tae. Ia melihat wajah Kang Tae memerah dan memegangnya. Kang Tae menepisnya dan terjatuh karena melompat mundur.

Jung Tae mencicipi minuman buah pemberian pemilik penginapan tapi langsung mengeluarkannya lagi karena mengandung alkohol. Ah Reum melarang Jung Tae meminumnya.

Sementara Kang Tae di kamar sebelah sudah meminumnya tanpa tahu itu mengandung alkohol dan mulai mabuk. Mun Yeong mengambil ponsel Kang Tae dan diam-diam mematikannya. Kang Tae menyuruh Mun Yeong bertukar kamar dengan Jung Tae. Jadi Mun Yeong sekamar dengan Ah Reum, dan Jun Tae dengannya.

“Mereka akan berpisah besok, jadi biarkan saja mereka,” kata Mun Yeong.

Melihat Mun Yeong menatapnya tiba-tiba Kang Tae tertawa. Mun Yeong berkata Kang Tae selalu tersenyum bodoh seperti itu ketika mabuk. Kang Tae dengan jujur mengakui kalau ia merasa senang ketika bersama Mun Yeong dan itu membuatnya terus tersenyum.

“Tidak bisa begini,” kata Mun Yeong. Lalu ia “menyerang” Kang Tae. Kang Tae sibuk menghindar.

Sementara itu di kamar sebelah, Ah Reum dan Jung Tae asyik menikmati langit malam. Siapa yang lebih cinta, tanya Ah Reum. Orang yang lebih sabar, kata Jung Tae.

“Karena cinta adalah mengenai kesabaran.”

Kang Tae berhasil memegangi Mun Yeong. Mun Yeong berkata ia akan tidur jadi Kang Tae bisa melepaskannya. Tapi begitu Kang Tae lengah, ia langsung bergerak. Kang Tae mendekapnya erat-erat dan memohon agar Mun Yeong  diam dan tidur saja.

“Kudengar kita bisa tidur nyenyak jika seseorang mengusap-usap rambut kita.”

Kang Tae pelan-pelan mengusap rambut Mun Yeong.

Setelah Mun Yeong tertidur pulas, Kang Tae memperhatikannya dari sudut kamar dan berkata, “Sudah kubilang aku tidak bisa menahan diriku lagi. Kurasa aku tidak bisa melarikan diri lagi.”

Sang Tae semalaman tertidur di meja dan ia mengigau mimpi buruk tentang ibunya yang meninggalkannya. Ia menelepon Kang Tae tapi tidak terhubung.

Mun Yeong bangun  sendirian di kamar. Ia cepat-cepat keluar mencari Kang Tae. Apakah ia sudah pergi meninggalkan Mun Yeong? Kang Tae kembali dengan tangan di balik punggungnya. Mun Yeong lega melihatnya dan bertanya ia dari mana.

“Mengambil yang tidak bisa kuberikan padamu waktu itu.”

Ia mengulurkan sebuket bunga liar dan berkata jangan menginjaknya lagi kali ini. Mun Yeong menerimanya dengan bahagia dan berkata bunga-bunga itu cantik.

“Begitu juga kau.”

Kang Tae mencium Mun Yeong. Keduanya tersenyum bahagia.

Mereka kembali ke penginapan tapi pemilik penginapan berkata pasangan lainnya telah pergi lebih dulu pada subuh hari. Kang Tae bingung karena sepatu mereka masih di depan kamar. Tiba-tiba seseorang memanggill Kang Tae. Jung Tae, sendirian.

Mereka sebenarnya sudah melarikan diri dengan uang pemberian Mun Yeong. Tapi Jung Tae tiba-tiba berhenti dan berkata melarikan diri seperti ini dirasanya tidak tepat. Melarikan diri seperti itu hanya mengubah cinta mereka menjadi seseuatu yang dangkal tak berarti dan merupakan sikap pengecut.

“Apa maksudmu?” kata Ah Reum panik.

Jung Tae berkata ia masih gila alkohol. Bahkan semalam ia berjuang menahan diri. Jika Ah Reum tidak bersamanya, ia pasti sudah mabuk habis-habisan. Ia belum sembuh benar untuk bisa menjaga Ah Reum dan bertanggung jawab atas kebahagiaannya.

“Kita bisa berusaha yang terbaik bersama,” kata Ah Reum menangis tersedu-sedu.

“Tidak, aku harus melaluinya seorang diri. Aku akan melaluinya.  Aku berjanji akan benar-benar sembuh dan menemuimu. Jadi kumohon tunggu aku. Aku tidak akan lama,” Jung Tae memeluknya.

Kang Tae dan Mun Yeong mengantar Jung Tae ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan Jung Tae terus menangis. Setelah Jung Tae turun dari mobil, Mun Yeong berkata ia tidak mengerti mengapa Jung Tae melepas Ah Reum jika mencintainya. Apa ia bodoh?

“Karena ia sangat mencintainya. Terkadang itulah mengapa kau harus melepaskan seseorang.”

“Mereka putus karena mereka saling mencintai? Benar-benar omong kosong. Aku tidak akan pernah melepaskanmu.”

“Jangan terlalu yakin. Kau tidak pernah tahu apa yang akan terjadi,” kata Kang Tae.

Lalu ia turun untuk menemui Sang Tae sementara Mun Yeong menunggu di mobil.

Jung Tae menceritakan apa yang terjadi pada Pil Wong. Bahwa Kang Tae dan Mun Yeong datang bersama. Berkata mereka ia dan Ah Reum memiliki kenangan indah. Mereka merasa Mun Yeong dan Kang Tae berpacaran.

“Pasti menyenangkan jika ada dua pernikahan,” kata Pil Wong.

Chan Yong menguping percakapan mereka. Dan sepertinya ia akan memberitahu semua orang.

Sang Tae bertanya kenapa Kang Tae tidak mengangkat telepon. Kang Tae baru sadar ponselnya mati. Sang Tae berkata ia menelepon 17 kali. Apa ada yang terjadi, tanya Kang Tae khawatir.

“Kau dari mana saja?”

“Sudah kubilang aku pergi ke Seoul untuk menemui seseorang.”

Sendirian, tanya Sang Tae. Sendirian, Kang Tae berbohong lagi. Ia hendak membantu Sang Tae mengambil air tapi Sang Tae mau mengambilnya sendiri karena itu tugasnya.

Benar saja, Chan Yong pergi ke ruang perawat dan sepertinya memberitahu Perawat Park dan Byul. Lalu di toilet, ia memberitahu Dokter Kwon. Karena Dokter Kwon psikiater pasti bisa menjaga rahasia bukan.

“Apa yang kukatakan ini hanya antara kita ya. Mun Kang Tae dan Go Mun Yeong akan segera menikah. Jung Tae melihat mereka bepergian bersama dan mereka bahkan menginap di kamar yang sama. Sudah jelas...”

Sang Tae keluar dari toilet paling ujung. Ia tidak mengatakan apapun, tapi jelas pasti ia mendengarnya.

Perawat Park dan Kang Tae melihat gambar terakhir yang dibuat Sang Tae. Gambar tentang tiga orang bepergian dengan camping car. Perawat Park bertanya apa mereka bertiga pernah bepergian seperti itu. Tidak, jawab Kang Tae.

“Apa kau sempat bertemu dengan pasien Joo Jung Tae di luar rumah sakit?”

“Tidak, aku bertemu dengannya di depan rumah sakit.”

“Kau bohong, kakak sudah bilang jangan bohong,” kata Sang Tae.

Mun Yeong yang bosan menunggu Kang Tae akhirnya turun dan masuk ke dalam. Sang Tae sekilas melihatnya dan bertanya siapa yang lebih disukai Kang Tae, dia atau Mun Yeong. Kang Tae bertanya kenapa kakaknya bertanya seperti itu.

“Siapa yang lebih kausukai? Kakak atau Penulis Go Mun Yeong?” desak Sang Tae.

“Astaga tentu dia lebih menyukaimu,” Perawat Park mencoba menengahi.

Tapi Sang Tae berteriak ingin Kang Tae yang menjawab. Semua orang melihat ke arah mereka. Tentu saja aku lebih menyukai kakak, kata Kang Tae sambil tersenyum. Tapi Sang Tae tmelihat ekspresi Kang Tae dan tak bisa percaya lagi. Ia berulang-ulang mengatakan kalau Kang Tae berbohong.

“Tidak, aku bersungguh-sungguh,” kata Kang Tae khawatir kakaknya meledak.

Tapi Sang Tae keburu meledak. Ia menyiram Kang Tae dengan air. Perawat Park ingin membantu tapi Dokter Oh menahannya dan memberi isyarat agar diam.

“Aku minta maaf. Ini salahku. Aku tidak akan melakukannya lagi, ya,” kata Kang Tae membujuk.

“Aku ingin ia mati. Aku hanya ingin kakakku mati. Kau mengatakannya. Kau bilang kau ingin aku pergi. Kau bilang pada Ibu tiap hari kalau kau ingin kakakmu mati. Karena itu kau mendorongku ke sungai hari itu. Aku berteriak minta tolong. Aku berteriak.,...terus menangis minta tolong tapi kau melarikan diri. Kau meninggalkanku sendirian di air dan lari. Kau ingin aku mati. Setiap hari aku yakin kau menginginkan kematianku,” Sang Tae menangis.

“Tidak...” Kang Tae menggeleng sambil menangis.

“Semua, dengarkan!!! Ia berusaha membunuh kakaknya! Semuanya...dia berusaha membunuh kakaknya!!!” teriak Sang Tae berulang-ulang sambil menangis.

Kang Tae shock...Ia terus menggeleng sambil menangis.

“Itu tidak benar. Tidak, Kak. Itu tidak benar... Aku tidak berbohong...” Ia jatuh terduduk dan memohon. Menangis tersedu-sedu.

Semua orang bingung melihat apa yang terjadi. Sang Tae terus berteriak mengatakan adiknya mau membunuhnya. Hanya Mun Yeong yang tahu apa yang terjadi ketika itu. Ia menangis melihat Kang Tae.

Komentar:

Di saat Kang Tae mulai jujur dengan perasaannya terhadap Mun Yeong, ia malah bersikap tak jujur pada kakaknya. Bagi Sang Tae, kejujuran adalah hal yang sangat penting karena ia seorang yang jujur yang mengatakan apapun yang ada di pikirannya. Ia terus menerus meminta Kang Tae tidak membohonginya, tapi Kang Tae berulang-ulang membohonginya.

Satu hal yang Sang Tae pendam adalah apa yang terjadi pada hari itu di sungai. Dan sama seperti yang terjadi pada Kang Tae sebelumnya (mengenai perlakuan ibu mereka), ia salah mengingat apa yang terjadi. Aku tidak percaya kalau Sang Tae sengaja mengatakan hal yang tidak benar demi menyakiti Kang Tae yang sudah membohonginya. Aku percaya justru itulah yang ia rasakan ketika ia selama beberapa saat ditinggal Kang Tae dalam air yang membekukan itu.

Dalam saat paling menakutkan hidupnya, ia hanya ingat bagaimana Kang Tae meninggalkannya. Ia tidak ingat bagaimana ia bisa keluar dari air itu dan meninggalkan Kang Tae hampir tenggelam seorang diri.

Tapi seperti dalam kisah Telinga Raja Keledai, kuharap dengan Sang Tae mengungkapkan semua yang ia pendam, ia bisa lebih lega. Begitu juga dengan Kang Tae karena aku yakin mereka tidak pernah lagi membicarakan peristiwa hari itu. Tidak ada penjelasan maupun permintaan maaf, tapi keduanya terus membawa ingatan hari itu. Satu dengan perasaan bersalahnya, satu dengan luka karena merasa ditinggalkan.

Episode ini suka dengan Direktur Lee dan Jung Tae yang bisa mengatakan hal yang bijak dan memilih melakukan hal yang benar. Direktur Lee sepertinya tidak lagi ingin memisahkan Kang Tae dan Mun Yeong. Begitu juga Ju Ri sepertinya mulai mengerti dan tahu harus merelakan Kang Tae, bahkan mulai memikirkan Mun Yeong. Semoga Jung Tae cepat sembuh dan bisa bersama Ah Reum.