Rabu, 30 November 2016

Sinopsis Legend of The Blue sea Episode 4

snap-00438

Joseon 430 tahun lalu..

Seorang petugas melapor pada Dam Ryeong mengenai berbagai kejadian aneh yang dilaporkan para penduduk di tepi pantai. Pakaian yang tergantung di halaman dan sepatu meghilang digantikan dengan mutiara langka.

Berita itu sampai di telinga Bangsawan Yang. Gundik kesayangannya berharap pencuri itu juga datang ke rumah mereka dan meninggalkan mutiara langka itu. Bangsawan Yang berkata ia akan memenuhi lemarinya dengan perhiasan. Gundiknya merajuk berapa lama lagi hal itu akan terjadi.

“Apa kau tahu kenapa aku bersemangat menangkap puteri duyung? Jika aku menangkapnya, aku bisa memukulinya dan mengumpulkan air matanya terus menerus sampai dia mati (karena air mata puteri duyung berubah menjadi mutiara).”

Gundiknya bertanya apa Bangsawan Yang sudah menemukan cara untuk menemukannya. Bangsawan Yang berkata puteri duyung yang ini akan datang dengan sendirinya.

snap-00002snap-00007

Pelayan Cheon membenarkan. Sejak dulu kala, puteri duyung terkadang naik ke darat dan memasuki desa. Mereka mengambil pakaian atau makanan tapi pasti membayarnya dengan mutiara langka yang hanya bisa ditemukan di laut dalam.

Gundik itu terkejut karena itu artinya si pencuri yang ramai dibicarakan adalah puteri duyung yang memasuki desa mereka. Pelayan Cheon mengatakan puteri duyung yang jatuh cinta pada manusia selalu naik ke darat. Itu sudah sifat alami mereka.

Se Hwa berjalan-jalan di desa dan melihat anak-anak sedang memanen buah kesemek. Ia memungut sebuah dan teringat Dam Ryeong muda pernah memberinya buah ketika mereka masih bersama.

“Puteri duyung hanya bisa mencintai satu kali saja dalam hidupnya dan ia mempertaruhkan hidupnya untuk cinta satu-satunya itu.”

“Baginya, cinta sejatinya sudah muncul. Tapi bagiku, satu-satunya kesempatan sudah muncul,” kata Bangsawan Yang. Ia memerintahkan pelayan Cheon mengirim orang untuk menangkap puteri duyung sebelum Dam Ryeong menemukannya. Dan ia menyuruh gundiknya untuk menyebarkan rumor bahwa bencana besar yang terjadi baru-baru ini adalah karena puteri duyung itu.

snap-00014snap-00022

Gundiknya setuju karena semua bencana itu terjadi pada hari di mana puteri duyung terdampat di pantai dan tertangkap. Rumor itu akan terdengar masuk akal. Bangsawan Yang memuji kecerdikan gundiknya.

Ia menambahkan agar gundiknya juga menyebarkan rumor bahwa puteri duyung itu bersembunyi di desa dalam wujud manusia. Jika tidak ditangkap, puteri duyung itu akan membawa bencana lebih besar dan korban lebih banyak. Apalagi ini adalah saat yang tepat di mana para nelayan akan pergi melaut 5 hari lagi. Mereka pasti mengkhawatirkan angin dan ombak.

“Tidak ada yang lebih baik dari rasa takut untuk menghentikan nalar penduduk. Walikota tidak akan bisa melawan penduduk yang ketakutan,” kata Bangsawan Yang. Dan jika rencana mereka berhasil, Dam Ryeong juga bisa terseret ke dalam situasi mematikan.

“Cinta yang naif selalu memberiku kesenangan besar,”ujarnya licik.

snap-00027snap-00029

Segera saja rumor beredar mengenai kembalinya puteri duyung yang tertangkap. Dan rumor itu berkembang menjadi puteri duyung itu kembali untuk membunuh mereka. Mereka mempercayai rumor tersebut dan berkata mereka harus menangkap dan membunuh puteri duyung itu.

Mereka pun demo di depan kediaman Dam Ryeong melaporkan mengenai puteri duyung itu dan mereka semua akan mati. Pengawal melarang mereka masuk dan berkata akan menyampaikan pesan mereka pada Dam Ryeong.

Dam Ryeong langsung pergi setelah mendengar laporan tersebut. Temannya berusaha menghalanginya. Dam Ryeong berkata seperinya Se Hwa datang mencarinya atas permintaannya. Ia meminta Se Hwa datang untuk melihat salju pertama turun bersama-sama.

snap-00039snap-00043

Temannya berkata mereka tidak bisa meramal dengan tepat kapan salju turun. Tepat pada saat itu juga angin berhembus dan turun salju. Di tempat lain, Se Hwa juga melihat turunnya salju pertama. (Jun Ji Hyun cantik banget pake hanbok^^)

Dam Ryeong naik ke atas kudanya. Ia tahu Se Hwa sedang mempertaruhkan nyawanya jika ia benar-benar naik ke darat. Dan ia tidak ragu melakukan hal yang sama. Ia memacu kudanya tanpa menghiraukan temannya yang mengingatkannya agar memikirkan keluarganya: ayahnya, kehormatannya, dan kedudukannya.

snap-00048snap-00050

Se Hwa tiba di tempat yang dijanjikan. Ia menoleh namun bukan Dan Ryeong yang dilihatnya, melainkan tiga orang pria berpakaian hitam-hitam. Mereka mengeluarkan pedang mereka.

Bangsawan Yang yang mengutus mereka. Ia sudah menyelidiki ke daerah lain dan mengetahui kelemahan terbesar puteri duyung yang naik ke darat adalah kaki mereka. Jika kakinya terluka parah, ia akan kehilangan semua kekuatannya. Dan jika dibiarkan, ia akan mati. Jadi ia menyuruh mereka menyerang kakinya lebih dulu.

Ketiganya mulai menyerang dengan mengarahkan perhatian mereka pada kaki Se Hwa. Se Hwa terjatuh dan tak berdaya. Untunglah Dam Ryeong muncul pada saat yang tepat dan melawan mereka.

snap-00063snap-00076

Seoul masa kini....

Tersiar berita kalau Ma Dae Young yang ditahan karena tuduhan pembunuhan berhasil melarikan diri dan tidak diketahui keberadaannya selama 3 bulan terakhir. Polisi menduga ada yang membantunya melarikan diri dan sedang menyelidiki kasus ini.

Ma Dae Young sedang bekerja menjadi kuli bangunan di suatu tempat tanpa ada yang mengenalinya.

Yoo Ran mempersiapkan kepiting kecap untuk dibawa oleh Jin Joo. Jin Joo mengomel bagaimana kalau sampai saus kepiting itu luber ke mana-mana. Ia berkata sudah berulangkali ia ingatkan agar Yoo Ran mempersiapkan dengan hati-hati makanan yang akan ia bawa pergi.

Dengan tenang Yoo Ran menunjuk penutup wadah makanan itu. Ia berkata ia sudah menguncinya dan Jin Joo hanya perlu memastikan untuk membawanya dalam posisi tegak lurus. Yoo Ran juga menasihati agar wadah itu tidak ditaruh di bagasi tapi di lantai mobil hingga lebih aman.

“Kau harus berhati-hati saat membawanya.”

“Baiklah,” kata Jin Joo patuh. Setelah Yoo Ran pergi, ia bertanya-tanya siapa yang jadi majikannya di sini?

snap-00083snap-00085

Jin Joo membawa kepiting itu untuk diberikan pada Nyonya Kang Seo Hee (ibu tiri Joon Jae). Saat makan malam bersama ayah Joon Jae dan Chi Hyun (Lee Ji Hoon), puteranya, ia memberitahu mereka mengenai kiriman itu. Ia berkata Jin Joo berusaha keras menjodohkan Shi Ah dengan Chi Hyun.

Presdir Heo berkata selama keduanya bersedia maka ia juga menerima. Chi Hyun cepat-cepat berkata kalau ia menerima semua yang disukai orangtuanya.

“Suamiku, begitulah Chi Hyun kita. Orang-orang sampai menjulukinya sebagai anak papa,” kata Nyonya Kang. Presdir Heo tertawa.

snap-00089snap-00093

Tapi ia terdiam saat mencoba kepiting kiriman Jin Joo. Rasa itu sangat familiar dan membuatnya teringat saat ia makan malam bersama Joon Jae kecil dan Yoo Ran. Ketika itu ia dan Joon Jae memuji masakan kepiting kecap buatan Yoo Ran.

Yoo Ran berkata Joon Jae artinya pria mengesankan. Ia bergurau suaminya harus menjadi konglomerat agar putera mereka bisa menjadi pria mengesankan. Ketika itu Presdir Heo tertawa dan berkata sebentar lagi ia akan menjadi konglomerat dan menjadikan Yoo Ran seorang nyonya yang mengenakan pakaian mewah dari kepala sampai ujung kaki. Mereka tertawa dan Yoo Ran memberikan daging lebih banyak untuk suaminya.

snap-00095snap-00101

Nyonya Kang bertanya apa Presdir Heo tidak menyukai kepiting itu. Presdir Heo tersadar dari lamunannya. Ia berkata makanan itu sangat enak dan menyuruh Nyonya Kang dan Chi Hyun mencobanya juga. Chi Hyun menolak dengan sopan dan berkata ia alergi kepiting.

Nyonya Kang menatap tajam puteranya. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan dengan berkata Jin Joo memiliki pembantu baru dan tampaknya kali ini mereka mendapatkan yang bagus. Tapi Presdir Heo kembali tenggelam dalam lamunannya.

Dalam perjalanan menuju kantor, Presdir Heo bertanya pada orang kepercayaannya, Manajer Nam mengenai kabar Joon Jae. Manajer Nam berkata hari ini hari ultah Joon Jae jadi pasti Presdir Heo memikirkannya. Ia berkata ia tidak tahu di mana Joon Ja tinggal sekarang setelah pindah dari tempat lamanya.

Presdir Heo bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan puteranya yang nakal itu. Manajer Nam menyarankan agar mereka berbaikan. Tapi Presdir Heo berkata apa yang harus diperbaiki antara ayah dan anak.

“Keluarga yang memiliki hubungan darah denganku hanyalah Joon Jae. Aku harus menemukannya dan membuatnya berada di sisiku. Ada banyak hal yang harus kuajarkan padanya. Bisakah kau menemukannya?”

snap-00106snap-00108

Tidak ada yang tahu kalau Nyonya Kang menyadap mobil hingga ia bisa mendengar percakapan mereka. Ia menelepon Ma Dae Young. Ia berkata Joon Jae ada di wahana akuarium karena hari ini hari ulangtahunnya.

“Cari tahu di mana dia tinggal. Dan setelah kau menemukannya, lenyapkan dia.”

Ma Dae Young pergi ke wahana akuarium di Gedung 63. Ia hampir berpapasan dengan Joon Jae yang sedang berlari mencari puteri duyung.

snap-00110snap-00114

Joon Jae bertemu dengan puteri duyung. Puteri duyung menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Joon Jae bertanya apakah puteri duyung mengenalnya. Puteri duyung tak bisa menjawab.

Pengelola tempat itu dan para petugas keburu datang untuk menangkap puteri duyung. Puteri duyung hendak melarikan diri tapi Joon Jae memeganginya. Pengelola itu berterimakasih pada Joon Jae karena sudah menangkap puteri duyung yang sudah menyusup tempat mereka tanpa ijin. Mereka harus menginterogasinya.

Joon Jae dengan cepat mengambil salah satu tanda pengenal penyamarannya di kantung (ia pasti menaruh kartu itu sesuai urutan karena ia tahu kartu ke berapa yang harus ia ambil). Ia menunjukkan tanda pengenal polisi dan memperkenalkan diri sebagai detektif. Ia berkata ia sudah menerima laporan mengenai adanya penyusup.

Ia berkata penyusup biasanya memiliki tujuan dan sulit untuk masuk tanpa bantuan orang dalam. Ia akan menelepon mereka untuk menginterogasi mereka sebagai saksi. Pengelola akuarium itu nampak keberatan tapi ia hanya bisa mengiyakan.

snap-00124snap-00127

Puteri duyung tersenyum pada Joon Jae yang lagi-lagi menyelamatkannya. Joon Jae membawanya ke bagian lain tempat itu dan berkata ia bukan hendak menyelamatkan puteri duyung barusan. Ia memerlukan jawaban puteri duyung. Ia memperlihatkan foto yang dikirim Thomoas.

“Kenapa aku ada di sini (di dalam ponsel) bersama Heo Joon Jae?” tanya puteri duyung yang tak mengenal ponsel.

“Kau tahu namaku juga? Kau mengenalku, bukan?” desak Joon Jae lagi. Hanya sedikit orang yang tahu nama aslinya.

Puteri duyung hanya menggeleng pelan tanpa berani menatap Joon Jae. Joon Jae yakin puteri duyung mengenalnya dan mereka pernah bertemu di Spanyol. Tpai kenapa ia tidak mengenali puteri duyung.

“Siapa kau? Siapa namamu?”

“Aku tidak punya nama tapi seseorang mengatakan aku bukan orang aneh.”

“Siapa yang mengatakannya?”

“Orang baik.” Heh....frustrasi deh XD

snap-00136snap-00141

Joon Jae berkata ia tidak tahu siapa yang mengatakannya tapi pasti dia orang aneh (tinggal liat ke kaca sih^^). Ia berkata kata-kata dan sikap puteri duyung semuanya aneh. Melihat dua petugas berjalan ke arah mereka, Joon Jae langsung merangkul puteri duyung seakan mereka sejak tadi hanya berjalan-jalan di sana.

Setelah kedua petugas itu menghilang dari pandangan, Joon Jae menarik tangan puteri duyung untuk melarikan diri. Puteri duyung tersenyum mengingat mereka juga pernah melakukan hal yang sama saat melarikan diri dari kejaran mafia.

Di luar, Joon Jae bertanya apa yang terjadi pada mereka di Spanyol. Ia yakin mereka pernah bertemu tapi kenapa ia tidak ingat apapun. Ia bertanya apakah ada suatu kecelakaan yang tidak ia ketahui. Puteri duyung hanya menunduk membisu.

Joon Jae jadi kesal. Ia berkata banyak hal yang ingin ia ketahui dari puteri duyung, tapi jika puteri duyung tidak mau bicara maka tidak ada gunanya mereka bersama. Ia meninggalkan puteri duyung sendirian.

snap-00150snap-00164

Puteri duyung diam-diam berjalan mengikutinya. Joon Jae berbalik dan bertanya apakah ada yang hendak dikatakan puteri duyung padanya. Puteri duyung menggeleng kecil.

“Kalau begitu jangan ikuti aku.”

Joon Jae berjalan cepat dan menyeberang jalan. Puteri duyung hendak mengejar tapi terhalang oleh bis yang melintas. Saat ia ke seberang, ia kehilangan jejak Joon Jae.

Tempat itu dipenuhi banyak orang. Ada yang berjalan-jalan, bersantai, berkumpul bersama keluarganya. Namun tidak ada Joon Jae. Seorang pria aneh menatap puteri duyung lekat-lekat (cameo Cha Tae Hyun!!)

snap-00169snap-00174

Cha Tae Hyun berkata hidung puteri duyung sudah sangat bagus jadi tidak perlu oplas. Ia menenangkan kalau ia bukan orang aneh, hanya sebuah pertapa (lebih tepatnya sih shaman karena ia mengaku bisa melihat hal-hal yang tidak ingin mereka lihat). Shaman Cha berkata puteri duyung tidak beruntung dengan para leluhur meski hidungnya menangkal banyak energi buruk.

“Di dalam tanah, para leluhurmu menangis.”

“Leluhur itu apa?” tanya puteri duyung.

“Orang-orang yang membuat orang-orang yang membuatmu. Asal usulmu..” kata si shaman tak sabaran.

“Mereka tidak mungkin ada di dalam tanah.”

“Lah jika tidak di tanah, lalu di mana?” Masih hidup apa?

“Di bawah laut.”

“Ah, mereka tidak dikubur tapi kau kau menebar abu mereka di laut atau di sungai,” kata si shaman mengerti. Padahal ngga ngerti ;p

Pokoknya ia berkata leluhur puteri duyung sedang menangis. Kenapa mereka menangis, tanya puteri duyung.

“Karena keturunan mereka tidak melakukan tugas mereka.” Shaman Cha membuat tulisan di tanah dan menyuruh puteri duyung membaca terbalik (karena dibaca terbalik akan memberi arti berbeda). Tapi puteri duyung malah menatap shaman seakan shaman itu orang aneh.

Shaman itu akhirnya menjawab sendiri pertanyaannya dan berkata puteri duyung akan mendapatkan keberuntungan jika melakukan tugas sebagai keturunan para leluhurnya. Puteri duyung sama sekali tidak terakhir dengan ocehannya, malah terlihat bosan dan memandang tertarik pada anak-anak yang antri membeli harumanis.

Shaman Cha menarik nafas panjang dan bergumam puteri duyung benar-benar kuat dan lancang (Cha Tae Hyun dan Jun Ji Hyun membintangi film My Sassy Girl). Ia hendak membujuk puteri duyung untuk ikut ke van-nya. Mau menipu ceritanya sih.

snap-00176snap-00181

Tapi Joon Jae menghalangi mereka. Puteri duyung langsung berwajah cerah saat melihatnya. Siapa kau, tanya shaman Cha.

“Aku? Leluhurmu. Setelah menangis terus menerus di dalam tanah, aku pikir jika aku terus mengabaikan keturunanku, dunia akan hancur hingga aku datang sendiri ke sini untuk menjemputmu.” Ia menarik puteri duyung ke sisinya.

Ha...shaman tak percaya pada omongan Joon Jae padahal tadi dia yang mengoceh tentang leluhur yang menangis. Ia hendak membujuk puterid uyung lagi tapi Joon Jae mendorongnya. Shaman itu kesal namun ia terkejut saat sadar dompetnya sudah berada di tangan Joon Jae.

Ia hendak mengambilnya, tapi Joon Jae mengangkat tangannya tinggi-tinggi hingga shaman itu tidak bisa meraihnya. Shaman itu mengancam akan melaporkan Joon Jae ke polisi. Tapi akhirnya ia memohon agar Joon Jae mengembalikan dompetnya dan ia akan pergi diam-diam.

snap-00207snap-00212

Setelah peristiwa itu, puteri duyung tidak mau melepaskan Joon Jae. Ia terus memegangi jaket Joon Jae dan berjalan mengikutinya. Joon Jae memarahinya karena sembarangan mengikuti orang seperti tadi padahal mereka hanya penipu. Puteri duyung mengangguk.

Tiba-tiba Joon Jae menarik puteri duyung dan medekapnya agar tidak tertabrak orang-orang yang ber-skateboard. Puteri duyung menatapnya dengan terpesona. Joon Jae cepat-cepat melepaskannya.

Tiba-tiba terdengar suara letusan. Puteri duyung langsung melompat menerjang Joon Jae dan melindunginya dengan tubuhnya karena mengira itu adalah letusan senjata. Padahal itu suara letusan kembang api. Meski Joon Jae berkata itu bukan suara senjata, puteri duyung tidak mau melepaskannya.

“Diamlah, Joon Jae Aku akan melindungimu.”

“Ah..siapa melindungi siapa?” Joon Jae meronta melepaskan diri.

snap-00228snap-00246

Ia memegangi puteri duyung dan sadar puteri duyung sebenarnya sangat ketakutan. Namun dalam keadaan seperti itu, ia masih berpikir untuk melindungi Joon Jae lebih dulu? Joon Jae menyadari itu. Ia menyuruh puteri duyung membuka matanya dan percaya padanya.

“Lihatlah ke langit.”

Puteri duyung terpana melihat indahnya kembang api berpijar di langit.

“Dengarkan baik-baik, lindungi orang lain setelah melindungi dirimu sendiri. Begitu urutannya. Adalah hal bodoh jika mengganti urutannya (melindungi orang lain lebih dulu).”

Tapi sepertinya puteri duyung tidak menyimak perkataan Joon Jae. Ia terus melihat ke langit dan bertanya apakah itu tidak panas jika disentuh. Joon Jae heran dan bertanya apakah ini pertama kalinya puteri duyung melihat kembang api.

Kembang api? Pueri duyung teringat pada janji mereka di mobil. Joon Jae mengajaknya melihat festival kembang api di tepi Sungai Han. Dan di situlah mereka sekarang, memenuhi janji itu.

snap-00253snap-00257

Melihat ekspresi puteri duyung, Joon Jae akhirnya percaya kalau puteri duyung belum pernah melihat kembang api sebelumnya. Ia berkata mereka tidak bisa menyentuh kembang api karena mereka menghilang begitu meledak. Puteri duyung mengulurkan tangannya ke langit seakan hendak menyentuh kembang api. Ia tersenyum.

Lalu ia melihat orang-orang mengabadikan kembang api tersebut dengan memotret memakai ponsel mereka. Ia bertanya apa yang mereka lakukan. Joon Jae berkata mereka sedang memotret. Memotret itu apa, tanya puteri duyung.

Joon Jae tertawa tak percaya karena puteri duyung juga tidak tahu memotret itu apa. Ia mengeluarkan ponselnya dan memotret kembang api, lalu memperlihatkannya pada puteri duyung. Puteri duyung berkata kenapa Joon Jae tidak memotret padahal semua orang memotret.

“Karena aku hanya perlu mengingatnya.”

Puteri duyung meraih tangan Joon Jae dan menempelkannya di dada Joon Jae. “Kau menyimpannya di sini, bukan?” tanyanya sambil tersenyum.

snap-00267snap-00281

Joon Jae terdiam. Ia teringat bertahun-tahun lalu saat ia dan ibunya melihat festival kembang api. Ibunya berkata hal indah dan cantik biasanya menghilang dengan cepat. Karena itu Joon Jae harus melihatnya baik-baik dan menyimpannya dalam hati. Saat Joon Jae sedih, ia bisa mengingat hal indah dan cantik itu dan perasaannya akan menjadi lebih baik.

Joon Jae bertanya apakah mereka juga akan melihat kembang api bersama lain kali. Ibunya berjanji tentu saja mereka akan melihatnya lagi.

Joon Jae berusaha tidak tenggelam dalam lamunannya itu. Ia mengalihkan pembicaraan dengan bertanya kenapa puteri duyung selalu menggunakan banmal (bahasa informal). Puteri duyung terus menatap ke langit, tak mempedulikan perkataannya. Joon Jae memutuskan ia juga akan menggunakan banmal. Mau tak mau ia tersenyum melihat puteri duyung yang sangat terpesona pada kembang api itu.

snap-00286snap-00287

Yoo Ran melihat festival yang sama dari televisi di rumah Jin Joo dengan sedih. Suami Jin Joo, Dong Shik, hendak memindahkan channel TV.

“Tunggu sebentar,” ujar Yoo Ran.

Serta merta Dong Shik menurut. Jin Joo hendak protes tapi ia terdiam begitu Yoo Ran mengangkat tangannya.

“Tak apa-apa, kalian boleh menonton golf sekarang,” kata Yoo Ran sambil berjalan pergi.

“Terima kasih,” kata Dong Shik.

Setelah Yoo Ran pergi dari ruangan, Jin Joo menegur suaminya yang mengucapkan terima kasih. Itu kan TV mereka, rumah mereka. Kenapa mereka begitu menurut pada Yoo Ran? Dong Sik berkata ia tidak tahu, tapi anehnya ia selalu menurut setiap Yoo Ran mengatakan sesuatu. Jin Joo juga merasa begitu.

snap-00294snap-00293

Dae Young melapor pada Nyonya Kang kalau ia sedang mengikuti Joon Jae sekarang tapi Joon Jae sedang bersama seorang gadis. Ia bertanya bagaimana Nyonya Kang bisa tahu Joon Jae akan ada di sana hari ini.

“Ia melakukannya sejak kecil. Dan setelah dewasa pun ia tidak melepaskan kebiasannya.”

Kilas balik ketika Joon Jae masih kecil namun Nyonya Kang sudah menjadi ibu tirinya. Joon Jae kecil menyelinap untuk pergi tapi Nyonya Kang memergokinya. Joon Jae berkata ia dan ibunya sudah berjanji untuk bertemu pada hari ultahnya. Tapi Nyonya Kang memegangi tangannya. Joon Jae berseru meminta dilepaskan.

“Baiklah, pergilah. Ibumu tidak akan ada di sana karena ayahmu sudah memberinya banyak uang,” kata Nyonya Kang. “Jika ia bertemu denganmu, ia harus mengembalikan semua uang itu. Menurutmu mengapa ibumu meninggalkanmu tanpa mengatakan apapun? Karena ia lebih menyukai uang daripada kau.”

snap-00307snap-00309

Joon Jae menangis keras dan berkata ibunya tidak seperti itu. Pada saat itulah ayahnya pulang dan melihatnya menangis. Nyonya Kang cepat-cepat memeluk Joon Jae. Ia berkata Joon Jae ingin bertemu ibunya. Presdir Heo memarahi Joon Jae dan menyuruhnya masuk ke kamar.

Nyonya Kang malah memeluk Joon Jae seakan melindunginya dan menegur ayah Joon Jae karena sudah memarahi Joon Jae yang malang. Padahal diam-diam ia tersenyum licik. Sementara Joon Jae terus menangis ingin bertemu ibunya.

Nyonya Kang tidak rela semua usahanya sia-sia setelah mendengar Presdir Heo mencari Joon Jae. Ia mengingatkan Dae Young hanya bisa hidup jika ia juga hidup.

snap-00313snap-00318

Joon Jae hendak pulang tapi puteri duyung terus mengikutinya. Puteri duyung bertanya apakah ia tidak boleh ikut. Joon Jae melarang. Bagaimana bisa perempuan ikut ke rumah laki-laki. Apa yang akan dikatakan orangtua puteri duyung?

“Aku tidak punya orangtua.”

Joon Jae mulai merasa kasihan. Ia meminta puteri duyung menjawab pertanyaannya. Apakah mereka saling mengenal? Puteri duyung kembali menunduk sedih.

“Lihat? Untuk apa aku membawamu, seorang gadis yang penuh rahasia, ke rumahku?”

Ia menuliskan nomor teleponnya di tangan puteri duyung dan menyuruhnya menghubunginya jika akhirnya ia bersedia menjawab. Ia naik ke mobilnya dan melaju pergi.

Ma Dae Young mulai berjalan menghampiri puteri duyung. Tapi ia berhenti saat melihat Joon Jae juga berhenti. Joon Jae ternyata tak tega dan akhirnya membiarkan puteri duyung ikut.

snap-00332snap-00335

Puteri duyung menikmati udara malam dengan melihat keluar jendela mobil. Joon Jae menoleh dan sekilas teringat ia pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Ia berusaha mengingat lebih jauh tapi tidak ingat. Akhirnya ia menutup kaca jendela.

“Aku senang aku bersamamu,” kata puteri duyung lembut.

Suara itu mendadak mengingatkannya pada kalimat “aku mencintaimu” yang samar-samar ia dengar saat ia sadarkan diri di pantai. Ia berkata ia hendak membandingkan sesuatu.

“Katakan padaku....katakan aku men....ah sudahlah, nanti saja.”

Joon Jae menyadari ia diikuti sebuah mobil tak dikenal. Ia langsung tancap gas untuk menghindari mobil tersebut. Tapi mobil itu terus mengikuti. Hingga memasuki jalanan perumahan yang bercabang. Dae Young turun dari mobil. Ia kehilangan jejak mobil Joon Jae.

snap-00339snap-00344

Shi Ah mengamati keramik antik yang ia bersihkan sebelumnya. Temannya berkata pola lukisan pada keramik tersebut cukup modern. Bagaimana bisa orang dari jaman Joseon menggambar sesuatu seperti ini. Seorang teman lain berkata profesor mereka bergurau mungkin ada pelukis masa itu yang menaiki mesin waktu dan melihat masa depan. Shi ah berkata gambar itu terasa familiar dengan seseorang. Seorang yang berulangtahun hari ini.

Joon Jae membawa puteri duyung ke rumahnya (berarti tadi ia menghilang karena ia masuk ke rumah). Nam Doo dan Tae Oh bengong melihat Joon Jae pulang membawa seorang gadis berpenampilan aneh. Apalagi gadis aneh itu malah langsung berlari ke belakang, ke kolam renang.

“Hei! Bagaimana bisa kau membawanya pulang? Apa kau gila?” protes Nam Doo.

Puteri duyung melirik padanya hingga Nam Doo bertanya-tanya apakah puteri dyung mendengar ucapannya tadi.

“Apa tidak ada yang bisa dimakan di sini?” tanya puteri duyung sambil menunjuk ke kolam renang.

snap-00358snap-00364

Puteri duyung mengamati dengan serius ketika Tae Oh memanaskan makanan di microwave. Ia terus mengikuti hingga Tae Oh menyajikan makanannya di meja.

Seperti yang diajarkan Joon Jae, puteri duyung meniupi makanannya yang panas sebelum mulai makan. Joon Jae memberi isyarat pada Nam Doo agar mengorek informasi dari puteri duyung.

Nam Doo bertanya di mana rumah puteri duyung. Jauh. Rumahku juga jauh, kata Nam Doo.

“Rumahku sa...ngat jauh,” jawab puteri duyung singkat.

Nam Doo mencoba menganalisis puteri duyung sebagai tipe orang yang tidak mau kalah dan gaya busananya aneh. Ia berkata pada Joon Jae kalau ia dan puteri duyung tidak cocok.

“Memangnya kenapa kalau dia cocok denganmu? Apa kau sedang dijodohkan?” ujar Joon Jae.

snap-00370snap-00375

Nam Doo membela diri mereka kan akan tinggal bersama. Joon Jae mengingatkan kalau Nam Doo dan Tae Oh numpang padanya dan seharusnya pergi dari rumahnya. Nam Doo bertanya apa yang akan dilakukan Joon Jae dan puteri duyung berdua di rumah.

“Memangnya aku akan membiarkan gadis ini tinggal di sini? Aku membawanya ke sini karena ada yang harus kuperiksa.”

Nam Doo meminta Joon Jae tidak mengeluarkan gelang itu tapi Joon Jae mengeluarkannya dan bertanya apakah puteri duyung tahu benda itu. Puteri duyung mengalihkan pandangannya dari Joon Jae. Joon Jae mendorong gelang itu ke hadapan puteri duyung dan bertanya apa itu miliknya.

Puteri duyung akhirnya mengangguk. Ia berkata memberikan gelang itu pada Joon Jae karena Joon Jae menyukai gelang itu. Nam Doo berkata gelang itu bukan bendayang bisa diberikan pada orang lain secara sembarangan. Ia hendak mengambil gelang itu tapi Joon Jae langsung memegang tangannya.

“Ada banyak benda seperti ini di rumahku,” jawab puteri duyung.

Haha...ternyata ia mengoleksi barang-barang antik seperti anak kecil mengoleksi mainan. Ia berkata ada banyak benda seperti itu jika mau mencari. Nam Doo langsung berubah pikiran dan menyarankan agar mereka membiarkan puteri duyung tinggal bersama mereka sementara.

snap-00386snap-00405

“Oppa ini akan membantumu dalam kehidupan keras di Seoul. Aku akan bertanggungjawab untukmu. Tapi kau tidak boleh lupa aku yang menolongmu dan kau bisa memberikan rasa terimakasihmu saat kau pulang.”

“Lupakan itu,” Joon Jae menghentikan celotehan Nam Doo. Ia berkata ia tahu gelang iut tapi kenapa ia tidak mengenali puteri duyung yang memberi8kan gelang itu. Apa itu masuk akal? Puteri duyung kembali menunduk diam.

Joon Jae kesal dan frustrasi. Nam Doo berusaha menenangkannya dan menanyakan nama puteri duyung. Dia tidak punya nama, kata Joon Jae. Nam Doo bingung.

“Kenapa semua orang menanyakan namaku?” tanya puteri duyung pada Nam Doo.

Nam Doo berkata itu pertanyaan menarik. Orang menanyakan nama agar bisa memanggil orang tersebut.

“Apa mereka tidak bisa memanggilku jika aku tidak punya nama?”

“Itu akan sedikit membingungkan kurasa. Lebih mudah memanggil orang dengan nama.”

Puteri duyung bertanya jika ia memiliki nama apa Joon Jae akan memanggilnya. Joon Jae berkata tentu saja jika dirasa perlu.

“Kalau begitu beri aku nama,” kata puteri duyung bersemangat.

snap-00416snap-00420

Nam Do berkata nama itu datang dari perasaan yang timbul saat melihat seseorang. Jika ia melihat puteri duyung maka ia teringat Audrey Hepburn di film Roman Holiday (film tahun 50-an tentang puteri yang keluar dari istana untuk merasakan kehidupan rakyat biasa).

“Bagaimana dengan Oh Deu Ree (mirip Audrey).”

“Menurutku namanya Shim Chung,” kata Joon Jae.

“Apa? Shim Chung anak orang buta itu?” tanya Nam Doo. Sim Chung adalah cerita rakyat Korea mengenai seorang gadis bernama Shim Chung yang sangat berbakti pada ayahnya yang buta hingga ia rela menjual dirinya sendiri.

“Dia sangat bodoh, jadi Shim (sangat) Chung (bodoh) adalah nama yang tepat.”

Nam Doo sampai menegur Joon Jae karena memberi nama sembarangan. Tapi puteri duyung malah tersenyum lebar dan berkata ia menyukai nama itu. Nam Doo langsung ikut mendukung, pokoknya asal puteri duyung senang.

Shim Chung berlari kecil pada Tae Oh yang duduk di sofa sendirian. Ia bertanya siapa namanya.

“Aku Tae Oh.”

“Aku Shim Chung,” kata puteri duyung sambil tersenyum senang. Tae Oh menunduk malu.

snap-00436snap-00441

Shi Ah datang berkunjung membawakan kue ulang tahun. Shim Chung langsung bisa merasakan aura persaingan dan ia melirik tajam pada Shi Ah.

“Kau kedatangan tamu, siapa dia?” tanya Shi Ah berusaha menyembunyikan ketidaksukaannya.

Shim Chung berjalan mendekati mereka dan menatap Shi Ah dengan tidak bersahabat.

snap-00444snap-00446

“Hai, aku Shim Chung,” katanya. Nam Doo tertawa melihat sikapnya.

Tiba-tiba robot penyapu lantai menabrak kaki Shim Chung. Shim Chung berteriak kaget dan memanjat Joon Jae. Yup, ia memanjat dan berpegangan seperti koala. Joon Jae berusaha melepaskannya tapi pegangan Shim Chung sangat kuat.

Nam Doo tertawa terbahak-bahak sementara Shi Ah merasa terganggu.

snap-00459snap-00460

Shim Chung sudah tidak sabar hendak menyantap kue ulangtahun. Joon Jae cepat-cepat menahan kepalanya agar tidak langsung melahap kue itu. Nam Doo mengajak mereka menyanyikan lagu ulang tahun.

“Slamat ulang ta...” Fiuh! Shim Chung meniup semua lilin. Semua bengong. Pandangan Shim Chung tak berkedip pada kue itu. Nam Doo membantu mengangkat semua lilin.

Chung langsung menancapkan jari-jarinya pada kue itu dan mengambilnya begitu saja. Lalu memakannya dengan lahap. Joon Jae memejamkan matanya frustrasi sementara Tae Oh terlihat takjub.

snap-00477snap-00479

Shi Ah nampak kesal karena kue yang dibelinya untuk Joon Jae diacak-acak oleh Shim Chung. Ia mengiris sedikit bagian yang masih rapi dan menyuapkan sedikit pada Joon Jae. Joon Jae menolak dan berkata ia akan makan sendiri. Tapi Nam Doo berkata Shi Ah pasti merasa malu jika Joon Jae menolak. Maka Joon Jae mengambil kue tersebut.

Shim Chung terlihat kesal saat melihat Shi Ah membisikkan sesuatu di telinga Joon Jae. Ia meniru gaya tertawa Shi Ah yang malu-malu dan gaya makan Shi Ah yang super anggun (ya ampun makannya seujung kuku kali >,<). Setelah itu Shi Ah membersihkan bibirnya (yang tidak kotor) dengan tissue. Chung berusaha mengikutinya (tapi krim kuenya terlalu banyak).

Shi Ah bertanya apakah Joon Jae akan menghadiri pesta pensiun Profesor Jin. Joon Jae berkata ia akan menemui profesor besok karena ada hal yang ingin ia bicarakan. Chung diam-diam mengamati gaya berpakaian Shi Ah dan aksesoris yang ia kenakan.

snap-00489snap-00493

Shi Ah menarik Nam Doo keluar dan bertanya dengan kesal apakah Chung akan tinggal di sini untuk sementara. Nam Doo berbohong ia sudah berusaha menghentikan Joon Jae tapi Joon Jae kasihan pada Chung yang terlihat tidak stabil mentalnya. Ia berkata Shi Ah tidak perlu khawatir pada seorang gadis yang bahkan tidak tahu namanya sendiri.

“Entahlah. Pokoknya kau harus bertahan dan tidak pergi dari rumah ini,” kata Shi Ah. Ia khawatir mengingat tidak ada kamar kosong lagi. Di mana Shim Chung akan tidur? Nam Doo berkata sebenarnya ada kamar lain.snap-00509snap-00510

 

Dan kamar itu terletak di dalam kamar Joon Jae, di dekat plafon. Kamar tersebut cukup luas dan sudah dilengkapi tempat tidur. Shim Chung bertanya apa ia akan tinggal di kamar ini. Joon Jae mengingatkan ia hanya mengijinkan Chung tinggal di sini selama beberapa hari karena ada yang harus ia ketahui.

Joon Jae turun dan berbaring di tempat tidurnya. Chung berseru berterimakasih pada Joon Jae. Tentu kau harus berterimakasih, gumam Joon Jae. Ia menyuruh Chung diam dan pergi tidur.

Chung malah naik ke tempat tidur dan melompat-lompat seperti anak kecil. Joon Jae menegurnya karena berisik. Chung berusaha melompat lebih pelan tapi Joon Jae mengancam akan mengusirnya.

snap-00516snap-00519

Keesokan paginya, Chung membuka pintu plafon dan membangunkan Joon Jae karena sudah saatnya sarapan. Joon Jae terpaksa bangun.

“Makanan enak sedang dimasak,” penanak nasi bersuara.

“Benar, mulailah memasak. Akan lebih baik jika kau cepat,” sahut Chung yang duduk dengan setia di depan penanak nasi.

Joon Jae menggeleng pasrah. Nam Doo bangun dan tidak menemukan susu di kulkas. Joon Jae berkata ada orang yang meminum semuanya sekaligus karena kelaparan. Nam Doo bergumam rumah ini akan bangkrut.

Tiba-tiba Shim Chung berteriak kaget dan melompat ke atas meja. Ternyata ia masih takut dengan robot pembersih lantai.

snap-00542snap-00551

Dae Young mulai mencari rumah Joon Jae. Ia mengetuk pintu rumah-rumah di daerah tempat ia kehilangan jejak Joon Jae berpura-pura menawarkan surat kabar. Rumah yang sudah pasti bukan rumah Joon Jae ia beri tanda silang, rumah yang tidak menjawab diberi tanda segitiga.

Ia mengetuk sebuah rumah dan seorang pria bertubuh besar membuka pintu. Orang itu kesal karena dibangunkan dari tidurnya. Dae Young hendak memberi tanda di pintu rumah, tapi pria itu keluar dan memergokinya. Ia menuduh Dae Young sebagai pencuri dan menyebutnya sampah. Ia mengeluarkan ponselnya dan hendak melaporkan Dae Young. Dae Young menatap pria itu lalu menghampirinya.

snap-00554snap-00557

Joon Jae pergi ke mall untuk membeli pakaian. Saat ia melihat seorang pria yang sedang menunggu di sebuah butik, ia teringat ia pernah melakukan hal yang sama. Tapi ia tidak ingat kenapa ia ada di sana. Ia melihat toko sepatu dan teringat ia pernah memilih sepatu wanita. Ia mengingatkan dirinya kalau ia jatuh dan kepalanya terluka hingga mengingat hal-hal aneh. Ia menunggu lift dan lagi-lagi merasakan perasaan familiar.

Dalam perjalanan pulang, ia mengingat apa yang terjadi di Spanyol. Ia ingat dikejar-kejar mafia tapi dalam ingatannya ia hanya sendirian.

snap-00561snap-00563

Nam Doo meneleponnya dan menyuruhnya berhenti. Ia menyuruh Joon Jae melihat ke depan. Ternyata di jalan masuk perumahan mereka, polisi sedang memeriksa semua orang dan mobil yang lewat.

Joon Jae menghentikan mobilnya. Nam Doo menghampirinya. Ia berkata terjadi pembunuhan di rumah dekat rumah mereka. Ia juga sudah menghubungi Tae Oh agar tidak pulang. Ia menyuruh Joon Jae memutar mobilnya dan pergi karena Detektif Hong ada di sana.

Detektif Hong adalah polisi yang sangat ingin menangkap Joon Jae dan pernah melihat wajah Joon Jae 3 tahun lalu.

Joon Jae melihat pelat mobil yang baru masuk dan sedang diperiksa. Ia mengenali plat itu sebagai mobil yang kemarin menguntitnya. Ia teringat Chung sendirian di rumah. Nam Doo berkata tidak apa-apa Chung sendirian sebentar di rumah. Ia menyuruh Joon Jae segera berbalik pergi sebelum para polisi curiga.

snap-00572snap-00573

Polisi mengeluh karena Detektif Hong berkeras memeriksa daerah yang bukan wewenangnya. Detektif Hong yakin pelaku pembunuhan itu Ma Dae Young karena menggunakan paku dan palu. Polisi berkata bukan hanya Ma Dae Young yang menggunakan palu untuk membunuh, apalagi korbannya seorang lintah darat.

Tapi Detektif Hong berkata ia tidak mau mengesampingkan kemungkinan itu. Jika hasil penyelidikan menunjukkan bukan Ma Dae Young pelakunya, maka ia akan menyingkir. Tak ada yang menyadari seorang polisi mencurigakan berbalik dan berjalan menuju rumah Joon Jae, satu-satunya rumah yang belum diperiksanya.

snap-00579snap-00581

Di rumah, Chung bertanya-tanya kenapa Joon Jae belum pulang juga. Ia tidak sengaja menduduk remote hingga menyalakan TV. TV menayangkan drama makjang. Chung serius menontonnya. Tepat pada saat sebuah rahasia akan terungkap...muncul tulisan bersambung.

“Ada apa? Minggir. Apa ia mati?” tanya Chung melihat drama yang sudah berakhir.

Polisi mencurigakan itu menekan bel. Chung sangat senang dan bertanya-tanya apakah ia Joon Jae. Ia membuka pintu dan berhadapan dengan Ma Dae Young. Dae Young tersenyum.

snap-00588snap-00601

Joon Jae teringat nasihatnya pada Chung agar melindungi diri sendiri dulu sebelum melindungi orang lain. Begitulah urutan yang benar. Membalikkan urutan hanya dilakukan orang bodoh.

Tapi sepertinya ia memutuskan untuk menjadi orang bodoh karena ia menyuruh Nam Doo minggir lalu tancap gas menerobos pemeriksaan polisi.

snap-00598snap-00603

Epilog:

Ibu Dam Ryeong menyuruh pelayannya membuka semua tempayan karena matahari bersinar terik. Dengan begitu rasa bumbu dalam tempayan itu kan lebih baik.

“Semua?” tanya Sa Wol, si pelayan (yang adalah Jin Joo jaman Joseon), menatap deretan puluhan tempayan.

“Apa terlalu sulit? Haruskah aku yang melakukannya?” tanya ibu Dam Ryeong.

Sa Wol berkata ia yang akan melakukannya. Lalu ia dengan susah payah membuka tutup-tutup tempayan dari tembikar yang cukup berat. Ketika majikannya memanggilnya lagi, dengan bangga ia berkata ia hampir selesai.

snap-00611snap-00612

“Dilihat dari burung yang terbang rendah, sepertinya akan terjadi hujan. Tutup kembali semuanya,” perintah ibu Dam Ryeong.

“Apa? Aku baru saja membukanya,” kata Sa Wol dengan nada sedikit protes.

“Apa aku yang harus melakukannya?”

“Nyonya, aku akan menutup semuanya,” kata pelayan lain (Dong Shik jaman Joseon).

Ibu Dam Ryeong berkata Dong Shik memiliki tugas untuk mengantar surat balasan lamaran untuk Dam Ryeong.

snap-00619snap-00623

Saat sedang berdua, Sa Wol mengeluh nyonya mereka hanya ingin memisahkan mereka. Mereka berjanji akan bertemu kembali jika dilahirkan kembali. Dong Shik berjanji ia akan dilahirkan kembali jadi orang kaya.

“Kau ingin dilahirkan kembali sebagai apa, Sa Wol?”

“Aku? Aku.....”

“Sa Wol-ah.....” terdengar suara ibu Dam Ryeong memanggil.

“Aku ingin menjadi majikan wanita itu,” kata Sa Wol kesal.

snap-00629snap-00635

Komentar:

Akhirnya puteri duyung kita memiliki nama^^ Masih tidak jelas apakah ada kaitan antara dirinya dan Se Hwa mengingat ia memang mengumpulkan benda-benda antik yang ia temukan di dasar laut. Tapi jika ia tidak terkait dengan Se Hwa, bagaimana bisa gelang itu sampai di lautan Spanyol?

Selain itu gambar di keramik yang diteliti Shi Ah juga menimbulkan tanda tanya karena jelas-jelas gambar yang ada di sana adalah gambar seorang pria modern bersama puteri duyung. Apakah memang benar-benar ada yang melakukan perjalanan waktu di sini?

Hampir semua tokoh pernah berada di jaman Joseon. Bahkan gundik Bangsawan Yang adalah Nyonya Kang muda di masa kini. Aku jadi curiga kalau Chi Hyun sebenarnya anak Nyonya Kang dengan Ma Dae Young.

Joon Jae memang melupakan Shim Chung. Tapi sadar tidak sadar, ia tidak bisa mengabaikan kepeduliannya pada Chung.

Aku menyukai sinematografi drama ini. Terutama ketika adegan satu dan lainnya terlihat saling berkaitan hingga adegannya terasa menyambung. Latar jaman Joseon juga sangat indah seperti di negeri dongeng.