Kamis, 25 Juni 2020

Sinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 2

Dalam ingatan masa kecilnya, Kang Tae kecil jatuh ke dalam kolam karena permukaan es yang pecah. Seorang perempuan melihatnya dan mulai mencabuti kelopak bunga sambil menimbang-nimbang, “Kutolong dia? Atau tidak? Kutolong? Atau tidak?”

Dan kelopak bunga terakhir mengatakan tidak. Kang Tae kecil mulai tenggelam. Tapi tiba-tiba ia melihat sebuah kotak dilemparkan ke air. Ia meraih kotak itu untuk menyelamatkan diri. Anak perempuan itu yang menyelamatkannya. Dan anak perempuan itu langsung pergi begitu Kang Tae keluar dari air.

Kang Tae berkata mata wanita itu sama sekali tidak memancarkan kehangatan. Apa kau takut pada wanita itu, tanya Mun Yeong.

“Tidak, sebaliknya. Aku menyukainya.”

Sejak diselamatkan, Kang Tae terus mengikuti anak perempuan itu. Menunggunya di gerbang sekolah, mengikutinya ke manapun ia pergi. Anak perempuan itu selalu sendirian.

Mun Yeong bertanya apa Kang Tae sedang mencoba mendekatinya dengan mengatakan kalau ia mengingatkannya pada anak perempuan dalam kenangan indahnya.

“Aku tidak pernah mengatakan itu kenangan yang indah,” jawab Kang Tae.

Dalam kenangannya, anak perempuan itu merobek sayap kupu-kupu entah berapa banyak. Lalu bertanya apa Kang Tae masih menyukainya setelah melihatnya seperti itu. Ia berkata Mun Yeong terlalu cepat menyimpulkan. Kenangan itu tidak akan disebutnya kenangan indah.

“Benarkah? Tapi apa kau tahu? Kenangan buruk lebih lama diingat,” kata Mun Yeong.

Direktur Lee memarahi bawahannya, Seung Jae (Park Jin Joo), karena sudah membiarkan Mun Yeong dan Kang Tae bertemu. Bisa-bisa rencananya untuk menyogok Kang Tae berantakan. Seung Jae kesal sekali karena lagi-lagi ia yang disalahkan.

Kang Tae urung menanti Direktur Lee. Ia berkata ia mengerti betapa sulitnya pekerjaannya tapi Direktur Lee tidak perlu berbuat sejauh itu untuknya. Sebaiknya Direktur Lee tidak menghubunginya lagi.

Tapi ternyata ia berpapasan dengan Direktur Lee di pintu keluar. Direktur Lee mencegahnya pergi dan mengulurkan sekotak minuman. Kang Tae menolak.

“Kau sudah mau pergi? Jangan lupa meminta tanda tangan Penulis Go,” kata Seung Jae. Bukankah tadi Kang Tae meminta tolong untuk mendapatkan tandatangannya.

Mun Yeong menyindir jadi semua pembicaraan tentang matanya dan anak perempuan dalam kenangannya hanyalah untuk meminta tanda tangannya. Tidak mau harga dirinya hancur, Kang Tae menyangkal. Tapi Mun Yeong berkata ia akan memberi tandatangannya. Ia mengambil satu dari sekotak buku (buku berjudul Zombie Kid)  yang dibawa Seung Jae.

“Ini adalah buku terbaruku. Baru keluar dari percetakan. Nama?”

“Mun Sang Tae...”

Direktur Lee bertanya apakah Sang Tae keponakan Kang Tae. Kang Tae menjawab pelan kalau itu adalah kakaknya. Direktur Lee tertawa menenangkan kalau fans Mun Yeong terdiri dari semua umur dan kewarganegaraan. Setelah mendapat buku dari Mun Yeong, Kang Tae bergegas pergi.

“Sampai jumpa lagi,” kata Mun Yeong.

“Kurasa tidak,” jawabnya singkat.

Direktur Lee mengejar Kang Tae untuk memberikan sekotak minuman (alias uang sogokan). Kang Tae berkata itu terlalu banyak untuk dirinya. Direktur Lee menjawab Kang Tae boleh bagi-bagi kalau mau. Kang Tae mengiyakan lalu hendak menumpahkan isi kotak itu dari lantai dua. Bagi-bagi dengan orang-orang di lantai bawah. Tentu saja Direktur Lee mencegahnya.

Hanya saja ia hampir terjatuh dari tangga saat melakukannya. Kang Tae mengulurkan tangannya untuk meraih pinggang Direktur Lee dan menariknya agar tidak jatuh. Awkward.....

Kang Tae mengembalikan kotak itu pada Direktur Lee dan berkata ia tidak membutuhkannya, jadi ia meminta Direktur Lee tidak mengikutinya lagi. Setelah Kang Tae pergi, Direktur Lee berkata selama 10 tahun ia membereskan masalah Mun Yeong baru kali ini ada yang menolak. Orang yang aneh...

Mun Yeong memperhatikan Kang Tae yang berjalan pergi.

“Indahnya....aku meginginkannya....” (Mun Yeong tiba-tiba jadi raksasa XD)

Tapi tentu saja ia bukan raksasa betulan yang bisa memungut Kang Tae dan menjadikannya mainannya. Ia memanggil seung Jae dan menyuruhnya mencaritahu segala sesuatu mengenai Kang Tae. Dan ia mewanti-wanti agar Direktur Lee tidak sampai tahu.

Sang Tae sedang makan siang bersama Jae Su. Kang Tae menelepon Jae Su untuk mengecek kabar kakaknya. Ia juga memberitahu kalau ia berhasil mendapatkan tandatangan Mun Yeong. Begitu Sang Tae mendengarnya, ia langsung berhenti makan dan pergi. Jae Su buru-buru mengejarnya.

Di dalam bis, Kang Tae membaca pesan Mun Yeong yang dituliskan untuk kakaknya di buku tersebut:

“Sang Tae oppa, kuharap kakak bisa datang ke acara peluncuran buku baruku. Kakak bisa mendapatkan tandatangan dan berfoto denganku. Kita akan bersenang-senang. Mun Yeong akan menunggumu. Kedip!” (Mun Yeong menuliskannya dengan bahasa aegyo)

Ada apa dengan wanita ini, gumam Kang Tae kesal.

Ia lalu menelepon Jae Su untuk meminta bantuannya menemani kakaknya ke acara itu. Ia beralasan ia akan sibuk mengurusi kepindahan mereka. Jae Su bersedia menemani Sang Tae. Kang Tae berterimakasih padanya.

“Jadi siapa favoritmu? Kak Sang Tae atau aku?” tanya Jae Su.

Klik, Kang Tae langsung menutup telepon.

Jae Su tertawa geli dengan reaksi Kang Tae. Tapi senyumnya merekah lebar begitu melihat siapa yang menemuinya. Perawat Nam Ju Ri.

Sementara itu Sang Tae sibuk mencari pakaian yang tepat untuk dikenakannya ke acara tersebut. Ia ingin terlihat seperti mahasiswa Universitas Oxford. Ia sangat senang dan bersemangat sampai-sampai Kang Tae tak bisa menahan senyumnya. Ia membantu memilihkan pakaian untuk kakaknya.

Tapi ia kembali sedih ketika melihat kakaknya bingung bagaimana mengungkapkan ekspresi keren di depan cermin. Bagaimana caranya agar terlihat keren?

Jae Su berteman lama dengan Kang Tae. Ju Ri pernah bersekolah dengan Mun Yeong. Kang Tae mengenal Mun Yeong dari kecil. Ju Ri mengenal Jae Su. Kesimpulannya, mereka berasal dari kota yang sama. Dan tujuan Ju Ri menemui Jae Su adalah untuk mencaritahu kabar Kang Tae. Sepertinya ia memendam perasaan suka pada Kang Tae. Jae Su berkata Kang Tae baik-baik saja. Tak hentinya bekerja keras bagai mesin.

Buku terbaru Mun Yeong mendapat kritik keras karna ilustrasi gambar terlalu aneh dan buku lainnya juga dikritik karena terlalu kejam. Tapi Mun Yeong tidak bergeming dan tidak mau mengubah apa yang ada.

Salah satu bukunya yang berjudul The Ugly Dog’s Puppy akan dibuat menjadi film animasi di Amerika tapi mereka meminta agar tokoh utama diganti menjadi kucing. Mun Yeong tidak setuju. Jika mereka mengubahnya, ia akan membatalkan kontrak.

Direktur Lee berkata mereka akan rugi besar jika itu terjadi. Lebih baik rugi atau mati menderita, tanya Mun Yeong dingin. Direktur Lee langsung menurut.

Mun Yeong meninggalkan rapat begitu saja setelah mewanti-wanti acara tandatangan buku besok tidak lebih dari satu jam. Lebih cepat lebih baik. Ia memberi isyarat pada Seung Jae kalau ia menunggu laporannya (mengenai Kang Tae).

Seung Jae bergidik. Setelah rapat ia mencoba menghubungi pamannya yang seorang polisi untuk mencari data Kang Tae. Tentu saja ia tidak mendapatkannya. Ia bertanya apa pamannya punya kenalan orang intelejen atau detektif swasta. Pamannya langsung menutup telepon.


Ju Ri menemui Kang Tae di tempat kerja terakhirnya. Mereka duduk bersama di sebuah taman. Ju Ri bergeser mendekati Kaeng Tae tapi Kang Tae menjauh dengan alasan ia berkeringat. Ju Ri berkata ia diberitahu Jae Su di mana ia bisa menemui Kang Tae. Dan ia dengar mereka akan pindah kembali.

“Kau bisa pindah kapanpun tanpa terikat pada suatu tempat. Aku iri. Apa kau sudah menemukan rumah sakit tempat kau bekerja berikutnya?”

Kang Tae berkata ia yakin nanti akan menemukannya karena rumah sakit jiwa semkain banyak. Ju Ri menawarkan agar Kang Tae bekerja di rumah sakit tempatnya bekerja sekarang. Rumah Sakit OK.  Rumah sakit itu sedang mencari perawat berpengalaman dengan shift per delapan jam. Setiap bulan mendapat 10 hari cuti hingga bisa mengerjakan pekerjaan sambilan. Dengan sertifikasi seperti Kang Tae, ia akan bisa mendapat gaji lebih.

Kang Tae tertarik juga mendengarnya. Tapi ia langsung muram begitu tahu di mana rumah sakit itu berada. Di Kota Seongjin, kampung halaman mereka.

Ju Ri berkata ia dengar Kang Tae juga pernah tinggal kota itu. Ah, ternyata mereka tidak bertemu saat kecil. Sepertinya bertemu waktu kuliah perawat? Ia berkata kota itu sudah berkembang dan tidak lagi memiliki image kota kecil. Bahkan baru-baru ini dibuka sebuah bioskop besar.

Kang Tae teringat peristiwa mengerikan yang terjadi di kota itu. Ibunya ditemukan tewas bersimbah darah di sebuah terowongan. Meninggalkan dirinya yang masih kecil bersama Sang Tae. Sang Tae sepertinya menjadi saksi kematian ibu mereka. Namun ia tidak mengatakan siapa pelakunya. Ia terus bergumam kalau ia melihat kupu-kupu yang melakukannya. Kupu-kupu membunuh ibu mereka.

Di depan polisi pun Sang Tae terus berulang-ulang mengatakan kalau kupu-kupu yang melakukannya. Kang Tae tak tahan dan meneriaki kakaknya.

“Katakan apa yang kakak lihat! Laki-laki atau perempuan? Berapa umurnya? Seperti apa tampangnya? Apa kakak dengar suaranya!”

“Kupu-kupu berkata ia akan membunuhku juga jika aku tidak menutup mulutku. Ia bilang akan mengejarku dan membunuhku!”kata Sang Tae ketakutan lalu menangis.

Karena tersisa mereka berdua, Kang Tae akan dibawa ke panti asuhan dan Sang Tae di bawa ke pusat perawatan anak berkebutuhan khusus. Terancam akan dipisahkan, Kang Tae membuat keputusan besar saat itu. Ia mengajak kakaknya melarikan diri.

“Ke tempat di mana kupu-kupu tidak bisa menemukan kita,” jawabnya saat Sang Tae bertanya ke mana mereka akan pergi. Tempat yang jauh...dan mereka pun meninggalkan kota itu.

Kang Tae mengantar Ju Ri ke terminal bis. Sebelum naik bis, Ju Ri berkata ada kamar kosong di rumahnya. Ia dan ibunya hanya menggunakan lantai 1. Jika Kang Tae akhirnya kembali ke Kota Seongjin, ia bisa tinggal di rumahnya.

Kang Tae berkata ia tidak akan pindah ke sana. Berusaha menutupi kekecewaannya, Ju Ri bertanya apa alasannya. Apa karena di pinggiran kota? Kang Tae hanya membenarkan. Ju Ri mengangguk sambil tersenyum kecil.

Ketika berbincang dengan Jae Su tadi, Jae Su curhat kalau Kang Tae tidak pernah menjalin hubungan mendalam dengan orang lain karena toh pada akhirnya ia akan pergi. Tidak ada gunanya membangun hubungan yang hanya berlangsung 1 tahun. Ju Ri bertanya kalau begitu kenapa Kang Tae harus terus pergi.

“Itu semua.....karena kupu-kupu sialan itu!” kata Jae Su kesal. Lalu ia tertidur karena mabuk berat. Kupu-kupu? Tanya Ju Ri bingung.

Kang Tae mencari-cari lowongan pekerjaan untuk tujuan mereka selanjutnya. Karena penasaran ia mencaritahu tentang Rumah Sakit OK. Di rumah sakit itu ada dokter ahli PTSD (ahli menangani trauma), Dokter Oh Jin Wang (lah ahjusshi lagi-lagi jadi psikiater, lompat dari drama Find Me In Your Memory-kah?). Dalam sebuah artikel, Dokter Oh mengatakan seseorang harus menghadapi traumanya untuk bisa mengatasinya.

Sang Tae bersiap-siap untuk pergi ke acara Mun Yeong. Tapi Kang Tae tidak berhasil menghubungi Jae Su. Jae Su masih tidur karena mabuk semalam.

Akibatnya, Kang Tae sendiri yang mengantar kakaknya ke acara tersebut. Sepanjang perjalanan, Sang Tae sangat gembira. Duh drama ini bagus banget sinematografinya^^ Ditambah dengan musik yang cocok menciptakan suasana seakan di film Disney. Kereeeeeeen...

Meski banyak kritik atas bukunya, fans Mun Yeong sangat banyak. Toko buku tempat acara itu penuh sesak oleh orang-orang yang antri hendak meminta tanda tangan. Merchandise nya juga laku keras.

Dan Sang Tae begitu bersemangat. Ia sampai hendak meraba baju bergambar Mun Yeong yang dikenakan orang lain. Untung ada Kang Tae yang menjaganya. Karena sepertinya Sang Tae tidak bisa fokus karena terlalu excited.

Untuk menghindari bertemu Mun Yeong, Kang Tae menyuruh kakaknya antri sementara ia menunggu di luar toko. Mereka akan langsung pulang setelah Sang Tae mendapatkan tandatangan. Sang Tae dengan cepat mengiyakan lalu berlari masuk ke toko buku. Mereka tertegun melihat panjangnya antrian. Dan Mun Yeong sempat melihat mereka. Ia tersenyum kecil.

Kang Tae menghindari pandangannya dan meminta kakaknya tetap berada dalam antrian sementara ia pura-pura melihat buku lain. Mun Yeong tidak melepaskan pandangannya dari Kang Tae.

Direktur Lee melihat buku Pembunuhan Penyihir Dari Barat, karya almarhumah Do Hee Jae. Serial buku itu sepertinya masuk dalam kumpulan best seller. Seseorang menghampirinya.

“Sang Ibu adalah Ratu fiksi detektif. Sedangkan puterinya Ratu literatur anak-anak. Mereka luar biasa, bukan?” katanya pada Direktur Lee. Hmm....berarti Do Hee Jae adalah ibu Mun Yeong.

Orang itu ternyata kritikus buku yang secara eksklusif mengulas dan mengkritik buku Mun Yeong. Ia berkata tujuh buku Mun Yeong masuk dalam 10 buku terbaik anak-anak. Apa kesuksesannya karena wajahnya yang cantik? Tentu saja karena bakatnya, kata Direktur Lee. Ia mengajak kritikus itu ke tempat lain untuk minum sesuatu yang manis (alias sogokan).  Dan Mun Yeong melihat ketika mereka berdua pergi ke area lain dari toko itu.

Jae Su akhirnya terbangun. Ia sangat panik dan langsung menelepon Kang Tae. Kang Tae meminta Sang Tae menunggunya sementara ia menjawab telepon di luar toko. Iya, jawab Sang Tae sekilas. Pandangannya terarah pada satu benda.. Dinosaurus yang ikut antri.

Tentu saja bukan dinosaurus betulan, tapi Sang Tae berbeda dengan orang kebanyakan. Apalagi ia sangat suka dinosaurus. Lupa dengan tujuan awalnya ke tempat ini, ia langsung berjalan ke arah dinosaurus tersebut sambil mengoceh.

“Astaga...seekor stegosaurus. Stegosaurus betulan. Hai, stegosaurus,” ia menyapa dino itu sambil menyentuh ekornya.

Orangtua anak berpakaian dinosaurus itu kaget melihat Sang Tae, yang berlaku tak biasa. Sang Tae terus mengoceh tentang keistimewaan stegosaurus. Kang Tae sibuk berbicara dengan Jae Su di telepon hingga tak tahu apa yang terjadi di dalam.

Ayah si dino marah dan bertanya apa yang Sang Tae lakukan. Tapi Sang Tae malah mendekati dino itu dan hendak menyentuhnya. Ayah dino marah dan mendorong Sang Tae sekuat tenaga hingga Sang Tae terjatuh. Sang Tae tidak marah. Ia bangkit berdiri dan berkata ia memiliki boneka seperti dino itu. Ia menunjukkan boneka dino yang tergantung di tasnya.

“Namanya Teary...”

Tapi ayah dino tak mau dengar malah langsung menjambak rambut Sang Tae. Sang Tae berteriak kesakitan. Dan gejalanya kambuh. Ia panik sambil berteriak-teriak memukuli kepalanya. Semua orang menonton saja tak tahu harus berbuat apa. Bahkan mereka sibuk merekam apa yang terjadi.

Mun Yeong juga melihat kejadian itu. Dan....ada ekspresi prihatin di sana? Kang Tae mendengar teriakan itu. Ia menghambur masuk ke dalam toko sambil membuka jaketnya. Lalu menutupi kepala kakaknya dengan jaket tersebut. Ia memeluk kakaknya erat-erat untuk menenangkannya sambil terus meminta maaf.

“Kak, tidak apa-apa...maafkan aku...tidak apa-apa...maafkan aku....”

Mereka menjadi tontonan seantero toko.

“Sebaiknya kubantu dia? Atau tidak? Bantu atau tidak?” timbang Mun Yeong dalam hati.

Setelah Sang Tae agak tenang, Kang Tae bangkit berdiri dan menatap ayah dino dengan marah.

“Oyyy!!!” panggil Mun Yeong.

Ia berjalan mendekati mereka dengan tatapan terarah pada Kang Tae.

“Kau harus minta maaf,” ujarnya.


Lalu ia menoleh pada ayah dino yang berkacak pinggang di sampingnya. “Kau...minta maaflah.”

Tentu saja ayah dino tidak terima. Kenapa ia harus minta maaf pada Sang Tae?

“Bukan padanya, tapi padaku. Kau benar-benar merusak acara tandatanganku.”

Ayah dino protes kenapa itu salahnya. “Orang bodoh sialan ini yang....”

Kata-katanya berubah menjadi teriakan kesakitan karena Mun Yeong tiba-tiba menjambak rambutnya.

“Siapa yang tidak akan teriak kalau seseorang menjambaknya seperti ini?,” kata Mun Yeong tenang. “Lihat, kau juga berteriak.”

Ibu dino kali ini turun tangan. Ia menunjuk Sang Tae sebagai orang gila yang menganggu anaknya. Lalu mereka harus diam saja?

“Apa kau seorang psikiater? Darimana kau tahu ia gila?” tanya Mun Yeong tajam.

Si ibu mulai kehilangan kepercayaan diri. Dengan terbata ia berkata itu karena Sang Tae terus mengoceh tentang hal-hal tak masuk akal.

“Dasar gila,” Mun Yeong tersenyum sinis. Semua orang terkejut karena umpatan Mun Yeong. Dan ibu itu tidak diterima dikatai seperti itu.

“Yah, kau terus mengoceh hal tak masuk akal, jadi kukira kau gila,” Mun Yeong menjelaskan.

Dan tempat itu langsung heboh. Mun Yeong tidak bergeming sama sekali. Ia tersenyum sambil menatap Kang Tae.

Kang Tae membiarkan Sang Tae menenangkan diri di sebuah ruangan seorang diri. Ia sendiri menunggu di luar bersama Mun Yeong. Setelah beberapa lama Mun Yeong bertanya apakah Kang Tae tidak akan mengecek keadaan kakaknya. Kang Tae berkata kakaknya akan membiarkan ia masuk setelah ia tenang. Biasanya setelah 1 jam, paling lama 1-2 hari.

Mun Yeong langsung bangkit berdiri hendak membuka pintu. Kang Tae memegang tangannya untuk menghentikannya. Memangnya aku harus menunggu semalaman di sini? Tanya Mun Yeong.

“Tidak, aku tidak pernah memintamu demikian. Jangan khawatir. Pergilah menyelesaikan keadaan,” kata Kang Tae.

“Khawatir? Kenapa aku khawatir? Khawatir pada siapa?” ujar Mun Yeong.

Ia berkata kepala belakang Sang Tae pasti sangat sensitif. Seperti detonator, yang akan meledak begitu ditekan. Lalu bagaimana saat potong rambut? Apa Sang Tae akan terus berteriak? Ia memeragakan Sang Tae sambil berteriak.

Kang Tae menyuruhnya berhenti mengolok kakaknya.

“Sekarang kau menatapku,” kata Mun Yeong puas. Ia terus menatap Kang Tae. Kang Tae jadi salah tingkah.

Tiba-tiba Mun Yeong melepas topi Kang Tae dan mengacak-acak rambutnya sambil tertawa. Kang Tae kesal dan menepis tangan Mun Yeong.

“Jangan pakai topi. Aku tidak bisa melihat wajah indahmu. Kenapa wajahmu jadi merah? Dahimu pasti bagian sensitifmu,” goda Mun Yeong.

Seseorang berseru memanggil Mun Yeong. Si kritikus buku menghampiri sambil menenteng 2 kotak minuman. Mun Yeong terlihat tidak suka pada orang tersebut.

Direktur Lee dan Seung Jae jadi sibuk karena masalah yang ditimbulkan Mun Yeong.  Seung Jae berkata Mun Yeong bertingkah setiap kali bertemu Kang Tae. Direktur Lee berkata Seung Jae harus memastikan mereka tidak bertemu. Lalu ia sibuk menjawab para reporter yang menanyakan insiden tadi. Ia berkata orang-orang pasti salah dengar.

Si kritikus bertanya apakah Kang Tae kekasih Mun Yeong. Mun Yeong menyuruh kritikus itu pergi kalau sudah mendapat kotak minuman.

“Wah, kau benar-benar mirip ibumu sekarang. Ibumu bukan hanya penulis hebat, tapi juga sangat seksi,” ia memandang Mun Yeong dari atas ke bawah dengan pandangan kurang ajar. Ia berkata Mun Yeong banyak kemiripan dengan ibunya.

Mun Yeong tidak tahan lagi dan mengangkat tangannya. Tapi Kang Tae dengan cepat memeganginya. Ia menyuruh kritikus itu pergi. Kritikus itu berkata sekarang semua terlihat baik-baik saja, tapi ia menyarankan agar Kang Tae berhati-hati.

“Ibunya, yang seorang penulis terkenal, tiba-tiba meninggal tanpa peringatan apapun. Dan ayahnya, seorang arsitek sukses, tiba-tiba jadi gila dan dikurung di rumah sakit jiwa. Lalu menurutmu apa yang akan terjadi padamu? Kau tidak akan berakhir baik jika terlibat dengannya. Camkan itu.”

Mun Yeong hendak mengejar kritikus itu dan menepis tangan Kang Tae. Tapi Kang Tae menghentikannya dan melarangnya pergi.

“Apa kau suka padaku? Apa kau akan mengurusku? Kau bisa menanganinya? Siapa kau beraninya menghentikanku?” kata Mun Yeong marah.

Ia melepaskan tangan Kang Tae lalu berjalan pergi. Kang Tae terdiam. Tak berapa lama kemudian ia berlari mencari Mun Yeong.

Mun Yeong menemui si kritikus yang sudah menunggunya. Ia berkata ia sudah lama membaca buku-buku Mun Yeong. Dan membaca buku seseorang bisa melihat bagaimana pikiran dan perasaan si penulis.

“Kalau begitu kurasa kau juga tahu apa yang akan kulakukan,” kata Mun Yeong.

Si Kritikus mengancam akan menjatuhkan Mun Yeong dan Direktur Lee jika Mun Yeong melakukan sesuatu padanya. Itulah sebabnya ia dijuluki bom bunuh diri. Ia bisa menghancurkan karier Mun Yeong dengan ujung penanya saja. Apa yang akan terjadi jika orang-orang tahu kalau seorang penulis terkenal buku anak-anak ternyata memiliki kepribadian antisosial?

“Apa yang kauinginkan?” tanya Mun Yeong.

Kritikus itu kembali menatap Mun Yeong dengan pandangan kurang ajar dan berkata ia bosan dengan kotak-kotak minuman itu. Ia akan senang jika Mun Yeong menemaninya bersenang-senang.

“Itu mudah,” Mun Yeong menyentuh wajah kritikus itu lalu mengambil penanya yang ada di saku. Ia membuka pena itu lalu dengan cepat mengayunkannya tepat ke depan mata si kritikus.

“Aku juga bisa menyerangmu dengan ujung penaku.”

Si kritikus terkejut dan kehilangan keseimbangan. Ia berusaha bertahan agar tidak jatuh. Kang Tae juga sudah menemukan mereka dari arah bawah tangga. Ia lari ke atas.  Si kritikus berhasil menyeimbangkan diri dan menarik nafas lega. Tapi Mun Yeong dengan tenang mendorong dahi orang itu. Orang itu menggelinding jatuh. Kang Tae terkejut melihat apa yang terjadi.

Si kritikus pun dibawa ambulans. Ia berteriak-teriak memaki Mun Yeong (tanpa menyebutkan namanya, berarti masih takut). Mun Yeong mengomel seharusnya orang itu mati saja. Kenapa orang brengsek malah berumur panjang?

Kang Tae menghentikan langkah cepat Mun Yeong dan menyuruhnya tarik nafas panjang. Mun Yeong menurut meski asal-asalan. Kang Tae menyuruh Mun Yeong memejamkan mata lalu menyilangkan tangannya di dada seperti memeluk tubuh sendiri.

“Ketika kau tidak bisa mengendalikan dirimu, silangkan tanganmu seperti ini dan tepuk pundakmu bergantian seperti ini. Ini akan membantumu menenangkan diri. Ini adalah Metode Pelukan Kupu-kupu. Teknik penyembuhan diri yang direkomendasikan untuk pasien trauma.”

Dan metode itu juga yang dilakukan Sang Tae untuk menenangkan dirinya sendiri.

Tapi Mun Yeong malah memegang tangan Kang Tae. Ia berkata tidak menyenangkan jika Kang Tae berdiri di belakangnya. Ia meraih Kang Tae untuk mendekat dan menatapnya.

“Trauma harus dihadapi seperti ini daripada berusaha menenangkannya dari belakang.”

Sang Tae pelan-pelan membuka pintu. Tidak ada siapa-siapa di luar.

Kang Tae meninggalkan Mun Yeong untuk menemui kakaknya. Mun Yeong menyuruh Kang Tae menunggunya karena kakinya sakit. Ia berteriak kesal karena Kang Tae mengacuhkannya.

“Jangan membuatku marah. Aku akan meledak.”

“Karena itu aku mengajarimu metode pelukan kupu-kupu.”

“Hal itu tidak berguna. Aku ingin kau menjadi pin pengamanku. Jaga aku agar aku tidak meledak.”

Kang Tae  mengingatkan kalau Mun Yeong melarangnya ikut campur dan tidak berhak menghentikannya. Kau pendendam, gumam Mun Yeong.

“Aku memberimu hak sebagai pin pengaman Go Mun Yeong.”

“Kenapa juga aku jadi pin pengaman?”

Kang Tae berkata untuk apa ia melakukannya. Mun Yeong berakta Kang Tae adalah perawat yang memang tugasnya menjaga dan merawat pasien. Ia bersedia membayar banyak. Kang Tae berkata ada satu kalimat yang selalu mereka katakan pada pasien yang sembuh.

“Semoga tidak bertemu lagi. Jadi kumohon, kita tidak usah bertemu lagi. Aku benar-benar ingin kau berhenti.”

Mun Yeong tidak menyerah. Ia berkata ia buka pasien. Kata-kata itu hanya diucapkan pada pasien sementara ia baik-baik saja.

“Kau benar. Kau berbeda dari pasien. Obat dan suntikan tidak bisa menyembuhkanmu. Kau hanya dilahirkan seperti itu. Jadi tidak ada cara untuk menyembuhkanmu. Menghindari orang sepertimu adalah yang terbaik.”

“Kau tidak menghindariku. Kau hanya melarikan diri karena kau takut. Kau pengecut,” Mun Yeong tersenyum kecil. Tapi sepertinya ia kecewa dengan kata-kata Kang Tae tadi.

Kalimat terakhir mengingatkan Kang Tae pada anak perempuan yang merobek sayap kupu-kupu. Setelah melihat anak itu merobek sayap kupu-kupu, ia lari ketakutan. Dan anak perempuan itu bergumam,” Pengecut.”

Direktur Lee memarahi Mun Yeong begitu bertemu dengannya. Apa yang akan mereka lakukan dengan begitu banyaknya saksi pada kejadian tadi? Tapi Mun Yeong tidak mempedulikannya seolah-olah ia tidak ada.

Kang Tae tersenyum lega melihat kakaknya sudah keluar dan menunggunya. Meski begitu Sang Tae masih sedikit marah. Ia tidak mau duduk dekat Kang Tae dan tidak mau melihatnya maupun berbicara. Kang Tae berkata hatinya akan sakit jika Sang Tae terus sedih. Ia bertanya apa Sang Tae sedih karena tidak bisa mendapatkan tandatangan Mun Yeong. Sang Tae tak menjawab.

Kang Tae pura-pura kesakitan. Sang Tae langsung panik. Ternyata Kang Tae mengeluarkan buku ensiklopedia dinosaurus yang sangat diinginkan Sang Tae. Sang Tae langsung gembira. Ia membuka buku itu dan membacanya tiada henti.

Kang Tae tersenyum senang melihat kakaknya bahagia. Ia bertanya siapa yang lebih disukai kakaknya, dirinya atau Mun Yeong. Tapi Sang Tae asyik membaca. Kang Tae teringat saat Mun Yeong mengacak rambutnya.

“Jangan pakai topi. Wajah indahmu tak terlihat.”

Ia kembali memakai topinya lalu bersandar pada kakaknya yang terus membaca. Aww....ia juga membutuhkan tempat untuk bersandar...

Sementara itu ayah Mun Yeong dinaikkan ke ambulans untuk ditransfer ke rumah sakit lain untuk dioperasi.  Ju Ri ikut menemaninya.

Setelah turun dari bis dan berjalan ke rumah pun Sang Tae tidak mau menutup bukunya. Kang Tae khawatir kakaknya tertabrak karena hal itu pernah terjadi. Ia meminta kakaknya memberikan bukunya tapi Sang Tae menolak dan melarikan diri. Kang Tae jadi khawatir dan mengejarnya. Mereka berhenti ketika melihat Jae Su sudah menunggu di depan rumah. Jae Su mengangkat kedua tangannya dan berlutut, tanda ia bersedia dihukum karena kesalahannya.

Jae Su berkata ia tidak mudah mabuk tapi anehnya ia begitu mudah mabuk jika minum bersama wanita. Kang Tae berkata sekarang waktunya bagi Jae Su untuk berhenti.

“Berhenti mengikuti kami dengan menjalani kehidupan yang sulit. Kau seharunya menetap dan hidup dengan nyaman.”

Jae Su berkata terserah dirinya kapan ia harus berhenti. Kang Tae tidak berhak memutuskan apa yang seharusnya ia lakukan. Ia sendiri yang akan memutuskan kapan waktunya untuk berhenti. Ia bertanya kenapa Kang Tae hari ini sangat sentimentil.

“Wanita itu, Go Mun Yeong. Wanita gila itu melakukan sesuatu lagi, bukan?”

Kang Tae menyangkal. Tapi Jae Su berkata penyangkalan Kang Tae selalu tidak sungguhan. Ia bertanya apa yang dilakukan Mun Yeong kali ini.

Kang Tea berkata selama ini ia pikir ia melarikan diri karena kakaknya. Karena kupu-kupu dan lainnya. Mengira mereka dikejar sesuatu yang bahkan tidak nyata karena kakaknya.Tapi hari ini, untuk pertama kalinya, ia tiba-tiba berpikir mungkin ia melarikan diri karena ia ingin melarikan diri.

“Kau tahu....ketika hidup terasa berat tak tertahankan lagi, jalan termudah adalah melarikan diri.”

Jae Su menepuk punggung Kang Tae untuk menghiburnya.


Sang Tae dan Kang Tae sedang berkemas. Kang Tae pelan-pelan bertanya pada kakaknya apakah kakaknya ingat tempat mereka tinggal dulu. Tempat mereka dulu tinggal bersama ibu mereka.

“Kota Seongjin, “ jawab Sang Tae.

“Apa sebaiknya kita tinggal di sana?” tanya Kang Tae.

Tidak ada jawaban. Kang Tae berkata jika kakaknya tidak mau.....

“Aku suka,” ujar Sang Tae.

Kang Tae terkejut dan bertanya apa kakaknya sungguh tidak apa-apa. Sang Tae berceloteh mengenai restoran favoritnya dulu di kota mereka. Kang Tae menghela nafas lega.

“Kakak benar-benar pemberani, aku seorang pengecut.”

“Kau seorang adik, karena itu kau penakut. Kau penakut karena kau seorang adik. Percayalah padaku. Aku adalah kakak, kau bisa mengandalkanku. Percayalah padaku. Kau bisa percaya padaku,” kata Sang Tae.

Kang Tae terharu. Ia menelepon Ju Ri dan Ju Ri senang mendengar keputusan Kang Tae.


Mun Yeong akhirnya mendapat kiriman data Kang Tae dari Seung Jae. Ia melihat Kang Tae lahir di Kota Seongjin.

“Pantas saja,” ujarnya. Ia teringat Kang Tae membicarakan anak perempuan yang matanya mirip dengannya. Sekarang ia yakin anak perempuan itu adalah dirinya.

Kantor penerbitan Direktur Lee dilanda badai telepon berbagai media karena video Mun Yeong mengumpat telah beredar. Semua CCTV kota buku telah diamankan tapi ada video kejadian tersebut yang diunggal di forum lain emak-emak. Belum lagi orangtua dino curhat drama pada media saat diwawancarai.

Direktur Lee berpikir orangtua dino bisa diatasi dengan memberi kompensasi seperti biasa. Tapi video yang beredar bukan hanya satu. Ada video lain saat Mun Yeong menjadi guru tamu di sebuah kelas. Dan ia memanggil anak-anak itu dengan kata-kata kasar.

Direktur Lee berusaha menenangkan diri dan berkata itu bukan masalah besar. Tapi para fans Mun Yeong marah. Mereka membakar merchandise Mun Yeong dan meminta nama Mun Yeong dicoret dari daftar calon penerima Hans Christian Andersen Award. Uang tidak bisa lagi menjadi jalan keluar kali ini.

Puncaknya, sekelompok rakyat menuntut penghentian penjualan buku baru Mun Yeong karena cerita dan gambarnya dianggap tidak pantas untuk anak-anak. Direktur Lee tidak tahan lagi dan berteriak mencari Mun Yeong. Seorang staf berkata Mun Young sudah check out dari hotelnya.

 “Ah, baiklah. Kalau begitu aku juga check out dari hidupku.” Ia melepas sepatunya dan berlari ke atap sambil berteriak memanggil ibunya.

Para staf mengejar untuk mencegahnya. Seung Jae berteriak memanggilnya lalu berlutut.

“Kurasa semua gara-gara aku. Sebenarnya aku mengirim pesan ini pada Penulis Go tadi pagi.” Ia menunjukkan ponselnya pada bosnya.

Kang Tae sudah mulai bekerja di Rumah Sakit OK. Ayah Mun Yeong sudah kembali ke rumah sakit itu paska operasi. Ju Ri tak hentinya tersenyum karena sekarang Kang Tae ada di dekatnya.

Tapi ia tidak tahu kalau ada seseorang yang akan menemui mereka. Mun Yeong sedang menuju kota tersebut sambil bersenandung. Direktur Lee meneleponnya dan bertanya di mana ia sekarang.

“Apa kau tahu kisah The Red Shoes yang ditulis Hans Christian Andersen?” Mun Yeong balik bertanya.

Hujan turun di Kota Seongjin. Kang Tae dan perawat lainnya membantu para pasien masuk ke dalam. Tak lama Mun Yeong tiba di rumah sakit tersebut.

Ia bercerita mengenai gadis kecil yang mengenakan sepatu merahnya ke manapun ia pergi, bahkan ke gereja. Begitu mengenakan sepatu itu, kakinya akan menari dengan sendirinya. Dan ia tidak bisa berhenti maupun melepaskan sepatu tersebut. Meski begitu, gadis itu tidak pernah menyerah mengenakan sepatu merah itu. Akhirnya, algojo memotong kedua kakinya. Tapi kedua kaki yang telah dipotong tetap menari dalam sepatu merah itu.

Mun Yeong berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang gelap karena listrik padam di daerah lobi dan resepsionis. Di luar guruh dan petir terus menyambar.

“Beberapa hal tidak bisa dilepaskan meski kau berusaha sekuat tenaga...”

Kang Tae berada di lobi. Ia melihat sosok Mun Yeong berjalan mendekatinya.

“Karena itu obsesi adalah mulia dan indah... Aku akhirnya menemukan sepatu merahku.”

Mun Yeong terus berjalan di dalam sepatu merahnya, menghampiri Kang Tae. Kang Tae bingung mengapa Mun Yeong ada di sini.

“Menurutmu kenapa? Aku datang karena aku merindukanmu.’

Komentar:

Jadi sudah jelas Kang Tae dan Mun Yeong adalah tokoh animasi episode 1. Bedanya, Mun Yeong bukan tidak sengaja menyelamatkan Kang Tae, tapi ia memang memutuskan untuk menyelamatkannya. Meski kelopak bunga menyatakan tidak, ia tetap menolong. Sama seperti di toko buku. Ia sendiri yang memutuskan untuk turun tangan. Jadi Mun Yeong tidak bisa dikatakan tidak memiliki perasaan. Hanya caranya yang tidak bisa dipahami oleh orang kebanyakan.

Suka banget dengan adegan di toko buku. Memang Mun Yeong berbicara seenaknya, tapi tepat sasaran hingga tak ada yang bisa membantahnya. Malah membuat risih orang-orang karena tiba-tiba berbalik mereka yang menjadi orang jahatnya. Mereka yang membully dan membiarkan Sang Tae diperlakukan demikian. Tapi mereka tidak mau tahu apa penyebab Mun Yeong berperilaku demikian. Dan parahnya itu yang terjadi pada dunia kita....terutama dunia maya.

Ketika satu peristiwa terjadi, tanpa tahu alasan dan asal usulnya kita bisa ikut berkomentar. Mudah sekali berkomentar di dunia maya karena kita seringkali tidak perlu mempertanggungjawabkan perkataan kita. Cukup berlindung di balik nama alias. Bahkan ketika terbukti kalau tuduhan itu salah, kita tidak merasa perlu minta maaf. Akhirnya hati nurani kita tumpul....semakin lupa kalau kita semua sama manusia...semakin sulit mengakui kalau kita salah...

Tapi di sisi lain, apakah orangtua dino berhak takut pada Sang Tae? Jika hal seperti itu terjadi pada keluarga kita, apa yang akan kita lakukan? Mungkin secara insting kita juga akan melindungi anak kita karena kita tidak mau didekati orang asing yang “aneh”. Tapi perlakuannya mendorong dan menjambak Sang Tae tidak bisa dibenarkan.

Bahkan setelah Kang Tae muncul dan menenangkan kakaknya, mereka sama sekali tidak meminta maaf maupun menjelaskan perbuatan mereka. Mereka merasa perlakuan mereka pada Sang Tae benar. Dan memang itulah tujuan drama ini dibuat.

Dalam konpresnya, Sutradara Park Shin Woo mengatakan drama ini seperti sebuah pesan permohonan maaf. Banyak adegan di mana kita melihat satu karakter dan langsung menilainya. Namun akhirnya mereka menyesal karena sudah salah menilai. Oh Jung Se pemeran Sang Tae juga mengatakan kalau drama ini berbeda karena penonton diperhadapkan pada berbagai pertanyaan saat melihat sebuah karakter dalam drama ini. Dapatkah kita menerima orang tersebut? Dapatkah kita berempati padanya?

Dan itulah yang terjadi saat aku melihat adegan di toko buku. Di satu sisi aku kesal pada orangtua dino dan berpikir aku tidak akan melakukan hal yang sama. Tapi di sisi lain, jika itu benar terjadi dapatkah aku berlaku dengan benar dan memperlakukan Sang Tae dengan semestinya? Kurasa drama ini seperti ini selain mengingatkan kita juga bisa sedikit mengedukasi kita bagaimana kita bersikap. Mungkin tidak ekstrim sampai memeluknya, minimal berbicara dengan baik dan bersikap sopan.

Ibu Kang Tae dan Sang Tae meninggal secara misterius. Sepertinya dibunuh, tapi Sang Tae berkata pembunuhnya adalah kupu-kupu. Ingat kupu-kupu langsung ingat Mun Yeong. Tapi tidak mungkin kan Mun Yeong pelakunya karena ia masih kecil ketika peristiwa itu terjadi. Ibu Mun Yeong juga sudah meninggal (meski belum terlalu jelas karena Ju Ri sempat mengatakan ibu Mun Yeong masih hidup, atau memang Ju Ri tidak tahu karena mereka sudah lama berpisah). Dan apa penyebab ayah Mun Yeong jadi demikian. Sesudah kematian ibu Mun Yeong atau setelah ia hendak membunuh Mun Yeong? Apa penyebab kematian ibu Mun Yeong?

Begitu nama Hans Christian Andersen disebut, aku langsung teringat kalau dongeng-dongeng jaman dulu tidak selalu happy ending seperti dongeng yang digambarkan Disney. Aku teringat kisah The Little Mermaid saat membuat sinopsis Secret Garden 10 tahun lalu (jejeng....langsung berasa tuir XD). Dongeng aslinya tidak berakhir happy seperti versi Disney. Dan begitu juga kisah The Red Shoes ini...juga sepertinya dongeng2 Mun Yeong. Tapi dalam dongeng yang terpenting adalah pesan yang kita bisa ambil, bukan?

Sama seperti drama....aku suka drama-drama yang mengandung pesan yang baik meski menggelitik. Seperti drama ini...

Selasa, 23 Juni 2020

Sinopsis It's Okay To Not Be Okay Episode 1

Kisah ini dimulai dengan animasi apik mengenai seorang anak perempuan yang tinggal di kastil megah di dalam hutan. Ia selalu sendirian. Karena bosan dan kesepian, ia meninggalkan kastil untuk mencari teman. Ia membawa berbagai macam hadiah menakjubkan, tapi anak-anak lain malah lari ketakutan saat melhat hadiah tersebut. Ya iyalah bawanya burung mati, bukan ayam goreng :p

Awalnya ia tidak mengerti kenapa tidak ada orang yang mau menerimanya. Tapi akhirnya ia tahu. Orang-orang menyebutnya monster pembawa kematian. Ia sangat marah pada semua orang di dunia dan perlu melampiaskannya. Dalam animasi itu ia pergi memancing ikan hanya untuk menginjak-injak para ikan malang itu.

Tapi tanpa sengaja ia memancing seorang anak laki-laki. Sejak itu bayangan gelap yang selalu mengikutinya tiba-tiba menghilang. Anak laki-laki itu selalu mengikutinya ke manapun ia pergi. Hingga pada suatu hari gadis itu bertanya apakah anak laki-laki itu akan selalu berada di sisinya. Tentu saja, kata anak itu. Ia tidak akan pernah melarikan diri.

“Meski setelah melihat ini?” tanya anak perempuan itu sambil merobek sayap kupu-kupu dengan tangannya.

Anak laki-laki itu terkejut melihat begitu banyak kupu-kupu tergeletak tak berdaya di tanah karena semua sayapnya sudah dipatahkan. Anak laki-laki itu melarikan diri ketakutan. Anak perempuan itu kembali sendiri dan bayangan kematian kembali padanya dan berbisik.

“Tidak seorang pun akan berada di sisimu karena kau seorang monster. Jangan pernah lupakan itu, apa kau mengerti?”

“Ya, Ibu,” jawab anak perempuan itu.

Mun Sang Tae (Oh Jung Se) dikeluarkan dari sekolah keterampilan karena membuat keributan. Adiknya, Mun Kang Tae (Kim Soo Hyun), dipanggil kepasa sekolah dan dimarahi. Mun Sang Tae dikeluarkan dari sekolah karena dianggap merepotkan dan membahayakan. Seharusnya Sanga Tae di bawa ke sekolah berkebutuhan khusus, bukan ke sekolah umum seperti itu. Kang Tae hanya diam tanpa ekspresi.

Tapi Sang Tae bisa merasakan adiknya sedang marah. Karena itu ia hanya diam tak berani melihat pada adiknya ketika adiknya membereskan semua barang-barangnya. Kang Tae melihat kakaknya dan tersenyum lembut.

“Kak? Apa kakak tidak lapar?”

Kakaknya terus diam sepanjang perjalanan. Kang Tae berusaha menghibur kakaknya kalau mereka juga tidak lama lagi akan pindah kota dan ia akan menemukan sekolah yang lebih baik. Sang Tae akhirnya mau menjawab dengan mengoceh tentang makanan kesukaannya. Yup, Sang Tae seorang yang spesial. Ia seorang penderita ASD (Austism Spectrum Disorder).

Penulis buku populer anak-anak, Go Mun Yeong (Seo Ye Ji) sedang makan siang di sebuah restoran. Ia makan sendirian dan terlihat menikmati kesendiriannya itu. Seorang ibu dan anaknya menyapanya karena anaknya penggemar buku Mun Yeong dan ingin meminta tanda tangan. Meski sebenarnya merasa terganggu, Mun Yeong memberikan tanda tangannya.

Tapi ketika anak itu berkata Mun Yeong sangat cantik seperti puteri di negeri dongeng, Mun Yeong terdiam. Anak itu berkata Mun Yeong puteri karena cantik, sama sepeti dirinya yang juga dipanggil puteri oleh ibunya. Mun Yeong menawarkan agar mereka berfoto.

Ia memangku anak itu untuk difoto, lalu berbisik.

“Kau bukan benar-benar penggemarku, bukan? Dalam semua dongengku, yang cantik selalu si penyihir. Siapa yang memberitahumu kalau semua puteri cantik dan baik? Ibumu? Jika kau ingin secantik itu, katakan  ini pada ibumu: Ibu, aku ingin menjadi penyihir yang cantik.”

Anak itu langsung meronta sambil menangis ketakutan, lari meninggalkan Mun Yeong.

Direktur Lee, direktur perusahaan penerbit yang menerbitkan buku Mun Yeong, menemui Mun Yeong dan menyarankan agar Mun Yeong mengganti penampilannya (gaun hitam) dengan yang lebih cerah karena Mun Yeong hari ini dijadwalkan utnuk membacakan dongengnya di bangsal anak-anak.

Tapi Mun Yeong malah mengalihkan perhatian dengan berkata ia sangat suka makan di restoran ini karena pisaunya sangat tajam. Ia mengiris jarinya sedikit sampai berdarah,  lalu memasukkan pisau daging ke dalam tasnya dan pergi. Direktur Lee sudah terbiasa dengan tingkah Mun Yeong. Ia cepat-cepat memberi uang pada pelayan restoran untuk mengganti pisau tersebut.


Kang Tae adalah seorang perawat di rumah sakit. Ia yang bertugas menangani ketika ada  pasien yang membuat masalah. Misalnya pasien yang tak henti-hentinya makan karena merasa kosong setelah ditinggal selingkuh suaminya.  Pasien itu mengira Kang Tae suaminya. Awalnya memeluknya, lalu memuntahinya. Kang Tae berusaha tersenyum dan berkata tidak apa-apa. Tapi pasien itu malah menampar Kang Tae.

“Jangan tersenyum padaku. Memuakkan,” kata pasien itu.

Hari ini bangsal mereka mendapat pasien baru. Seorang pria yang berusaha bunuh diri dengan meminum obat overdosis bersama puterinya yang masih kecil. Pria itu ingin membunuh puterinya lalu bunuh diri, tapi mereka dapat diselamatkan.

Pria itu terus berontak hingga harus diikat ke tempat tidur. Ia terus berteriak mencari puterinya, Go Eun. Go Eun saat ini sedang dikonseling di bagian psikologi anak. Anak itu hanya diam tak menjawab saat psikolog bertanya apa yang ia pikirkan.

Direktur Lee ketahuan mendapat telepon dari Rumah Sakit Jiwa OK oleh Mun Yeong. Padahal jelas sekali ia tidak ingin, bahkan takut, kalau Mun Yeong sampai tahu ia dikontak oleh rumah sakit tersebut. Mun Yeong menyuruh Direktur Lee mengangkat telepon itu dan menyalakan speaker.

Perawat Nam Ju Ri memberitahu kalau pasien Go Dae Hwan harus dioperasi dan membutuhkan ijin dari wali atau keluarga. Ia terdengar kesal karena teleponnya tidak pernah diangkat. Itu sama saja dengan membunuh pasien.

“Go Dae Hwan...sudah mati bagiku. Kenapa kau terus berusaha membangkitkannya? Apa kau Yesus?”

Ju Ri terkejut mendengar respon Mun Yeong. Mung Yeong menantang Ju Ri untuk datang menemuinya langsung jika begitu putus asa. Kepala Perawat Park berkata Go Dae Hwan adalah pasien terlama mereka. Walinya tidak pernah satu kali pun menjenguk atau menelepon, artinya ia telah dibuang. Ia menyarankan agar Ju Ri mendatangi wali itu langsung untuk menyelamatkan pasien. Ju Ri bersedia asal ia diberi waktu libur 2 hari.

Go Dae Hwan adalah seorang pasien demensia. Ju Ri memberitahunya kalau puterinya, Mun Yeong, tidak bisa menjenguknya. Bukannya sedih, Go Dae Hwan malah berteriak ketakutam.

“Tidak!!! Tidak!! Jika ia datang....mati!!”

Kang Tae menelepon kakaknya yang sendirian di rumah. Sang Tae sedang asyik menggambar sambil mengoceh percakapan acara kartun yang sudah sangat dihafalnya bahkan tanpa perlu melihatnya. Kang Tae tahu kakaknya lagi-lagi menggambar di buku wanita itu.

“Bukan wanita itu, tapi penulis Go Mun Yeong,” protes Sang Tae. Rupanya ia penggemar berat buku-buku Mun Yeong dan memiiliki semua koleksinya.

Karena itu ketika Kang Tae memberitahu kalau Mun Yeong akan datang ke rumah sakit tempatnya bekerja untuk membacakan dongeng, Sang Tae langsung melompat bangun dan bersiap hendak pergi ke rumah sakit itu.

Kang Tae berusaha agar kakaknya tidak pergi tapi Sang Tae tidak mau mendengar. Mun Sang Tae!! Bentak Kang Tae. Sang Tae terdiam. Kang Tae menyuruhnya menarik nafas 3 kali dan menurut padanya. Ia berkata meski kakaknya pergi sekarang, tidak akan sempat sampai tepat waktu. Dan lagi acara itu hanya untuk anak-anak. Ia berjanji akan berusaha mendapatkan tanda tangan Mun Yeong. Bukankah tanda tangan lebih tersimpan lama daripada perjumpaan sesaat?

Sang Tae menurut.

Kang Tae  melihat seorang pengunjung rumah sakit dengan tenangnya merokok di depan tanda dilarang merokok, sambil mencabuti kelopak bunga satu per satu. Siapa lagi kalau bukan si nyentrik Mun Yeong. Ia tidak peduli meski orang-orang melihat padanya dan membicarakan tingkahnya.

Kang Tae menegurnya agar memadamkan rokoknya tapi Mun  Yeong tidak peduli dan berkata ia baru saja menyalakannya. Tapi ketika ia berhadapan dengan Kang Tae ia terdiam (karena ketampanannya mungkin ;D). Ia bertanya apa Kang Tae percaya pada takdir.

“Jika seseorang muncul ketika ia memerlukannya, maka itu disebut takdir.”

Mun Yeong memasukkan rokoknya ke sisa kopi Kang Tae untuk memadamkannya. Lalu berjalan pergi. Kang Tae kesal dan pergi.

Mun Yeong membacakan dongengnya di aula rumah sakit. Go Eun juga ikut mendengar dengan seksama.

Sementara itu ayah Go Eun berhasil melepaskan diri dan sekarang berusaha mencari puterinya di seluruh penjuru rumah sakit. Kang Tae mendengar kabar tersebut dan berlakri mencari ayah Go Eun. Ayah Go Eun  masuk ke aula dan membuat kericuhan hingga acara pembacaan dongeng terpaksa dihentikan. Dan Mun Yeong terlihat sangat tidak senang karena ia belum selesai. Ia memprotes pihak rumah sakit dan memaksa mereka membawa anak-anak kembali masuk ke aula, tapi matanya melihat ayah Go Eun menarik Go Eun ke belakang panggung.

Go Eun ketakutan melihat ayahnya. Ayahnya berkata kalau mereka tertangkap mereka akan dipisahkan. Ia akan masuk rumah sakit jiwa dan Go Eun akan masuk panti asuhan. Go Eun menangis berkata ia tidak mau mati, ia ingin hidup.

“Sudah ayah bilang, anak-anak tidak bisa hidup sendirian. Jika kita harus dipisahkan, lebih baik kiita mati bersama. Itu lebih baik.”

Mun Yeong yang sejak tadi mendengar percakapan mereka, mengumpat pelan.

“Benar-benar omong kosong. Kau adalah manusia tak berguna pertama yang kutemui setelah begitu lama.”

Ayah Go eun terkejut dan berusaha mengancam Mun Yeong. Tapi Mun Yeong dengan tenang bertanya apa ayah Go Eun pernah membunuh orang.

“Kaupikir kau tidak bisa melanjutkan hidupmu tapi tidak punya keberanian untuk mati sendiri. Karena itu kau membujuk anak ini untuk menjalaninya lebih dulu. Jangan jadi pecundang. Ambil saja nyawamu sendiri.”

Ayah Go Eun menyerang Mun Yeong tapi Mun Yeong memukulnya dengan tasnya. Pisau di dalam tas terlempar keluar. Ayah Go Eun hendak mengambil pisau itu tapi Mun Yeong menginjak tangannya dan menendang pisau itu. Ayah Go Eun menerjang dan mencekik Mun Yeong.

Go Eun ketakutan dan berlari keluar dari belakang aula. Untunglah ia berpapasan dengan Kang Tae.

“Siapa kau berani-beraninya ikut campur!” Teriak ayah Go Eun, ”Dia anakku! Aku bisa membunuhnya jika aku mau. Aku bisa melakukan apapun yang kuinginkan padanya!”

Mun Yeong malah menentangnya untuk mencekiknya lebih kuat. Ayah Go Eun makin marah dan mengetatkan cekikannya. Pada saat itu Mun Yeong teringat pada masa kecilnya. Ayahnya juga pernah hendak membunuhnya dengan mencekiknya. Mun Yeong sampai mencakar tangan ayahnya karena kesakitan.

Kang Tae menerjang ayah Go Eun. Mereka sempat berkelahi hingga Kang Tae akhirnya bisa mengikatnya.Mun Yeong berjalan mendekati mereka lalu mengayunkan pisaunya.

Darah menetes dari tangan Kang Tae yang menangkap pisau tersebut.

“Jadi ini bukan takdir. Aku akan menghargai kalau kau tidak ikut campur. Dia bukan pasien. Dia adalah cacing.”

Ayah Go Eun berkata Mun Yeong adalah orang gila. Ia lari sambil berkata ia hampir saja mati karena Mun Yeong. Lah...bukannya memang dia pengen mati ya? Para perawat langsung menangkapnya.

Kang Tae membungkus pisau dengan kain. Mun Yeong bertanya memangnya pisau itu terluka hingga perlu dibalut. Anggap saja ia tadi membela diri. Ia hanya ingin menggores ayah Go Eun seidkit dengan pisau tapi Kang Tae bereaksi berlebihan. Ia lalu membalut tangan Kang Tae dengan kain yang tadi membalut pisaunya.

“Kau tahu? Di dunia ini ada orang-orang yang pantas mati. Tapi beberapa orang gila yang pengertian, diam-diam membunuh mereka. Karena itu rakyat biasa yang tidak tahu apa-apa bisa tidur tenang di malam hari tanpa tahu apa-apa. Menurutmu aku yang mana?” tanya Mun Yeong.

“Kau orang gila yang tidak tahu apa-apa,” jawab Kang Tae. Mun Yeong tertawa kecil.

Direktur Lee khawatir korban pisau Mun Yeong akan menyebarkan berita mengenai kelakuan Mun Yeong. Seperti biasa ia akan menyogok korban.

Di sisi lain, pihak rumah sakit kesulitan karena pasien berbahaya lepas  dan mengacaukan cara. Para wali pasien protes dengan kejadian tersebut. Mereka membutuhkan orang untuk disalahkan. Perawat yang bersalah karena melonggarkan ikatan ayah Go Eun adalah seorang perawat pemula. Sedangkan Kang Tae sudah berpindah-pindah rumah sakit selama 10 tahun terakhir. Total 15 rumah sakit. Ia tahu Kang Tae juga tidak lama lagi akan meninggalkan mereka. Dengan kata lain, mereka membuat Kang Tae menjadi kambing hitam insiden tersebut dan memecatnya. Kang Tae menerima tanpa protes.

Untunglah ada Jae Su, sahabatnya, yang selalu siap menemani dan menghiburnya. Meski akhirnya mereka harus mendorong motor Jae Su sampai ke rumah.

Ju Ri benar-benar menemui Mun Yeong. Ternyata mereka berdua saling mengenal. Hampir 20 tahun mereka tidak bertemu sejak Mun Yeong pindah sekolah. Ju Ri menyerahkan surat persetujuan wali untuk ditandatangani.

“Kau jauh-jauh datang ke sini hanya untuk meminta tandatanganku di kertas bodoh ini? Kau memang sangat bertanggungjawab atau kau hanya berbuat baik?”

Ju Ri menjelaskan rumah sakit tempatnya bekerja adalah rumah sakit jiwa sedangkan operasi ayah Mun Yeong dilakukan di rumah sakit lain.

“Sudah kubilang ayahku sudah mati. Kau tahu kan aku adalah yatim piatu...”

“Tapi ibumu masih hidup...”

“Aku sudah lama mendaftarkan kematiannya. Apa kau tahu apa yang menarik? Jiwa ayahku sudah mati, tapi fisiknya hidup seperti zombie. Sedangkan ibuku, mati secara fisik bertahun-tahun lalu...tapi jiwanya masih hidup. Jadi siapa yang masih hidup di antara mereka berdua? Kau kan perawat, beritahu aku.”

Ju Ri berusaha membicarakan kondisi ayah Mun Yeong yang akan semakin parah jika tidak dioperasi.

“Hei, orang-orang akan berpikir kau adalah puterinya. Ah, kenapa kita tidak melakukan ini. Kau boleh jadi puteri Go Dae Hwan dan aku jadi puteri ibumu. Aku akan tandatangan jika kau setuju. Bagaimana?”

Pertemuan dengan Mun Yeong sangat melelahkan bagi Ju Ri. Tapi ia berhasil mendapatkan tandatangan Mun Yeong. Apakah itu artinya menyetujui perkataan Mun Yeong? Ia bertanya apakah sesekali ia perlu menemui ibu Ju Ri untuk makan karena masakan ibu Ju Ri enak. Ju Ri hanya diam.

Mun Yeong menggoda kalau Ju Ri sampai sekarang tidak bisa mengerti gurauannya. Ju Ri baru bisa menumpahkan kekesalannya saat ia sendirian.

Kang Tae menceritakan apa yang terjadi pada Jae Su. Jae Su berpendapat Mun Yeong tidak waras. Tapi Kang Tae berkata Mun Yeong memang dilahirkan seperti itu. Jae Su protes karena Kang Tae menerima dipecat begitu saja. Kang Tae mengaku pasti enak rasanya kalau bisa mengamuk melampiaskan kemarahannya, tapi dengan begitu ia tidak akan mendapat uang pensiun.

Jae Sun berkata Sang Tae dikeluarkan dari sekolah, Kang Tae dipecat, dan sudah waktunya juga baginya untuk berhenti.

“Inilah saatnya, ketika angin malam terasa hangat. Kurasa kupu-kupu akan segera muncul. Bagaimana dengan kak Sang Tae? Belum ada tanda-tanda?”

Belum, jawab Kang Tae. Jae Su bertanya-tanya ke mana lagi kali ini mereka akan pergi. Mereka hampir tiba di rumah. Kang Tae meminta Jae Su merahasiakan insiden hari ini pada Sang Tae.

Tapi tiba-tiba Kang Tae terkejut. Ia lupa meminta tandatangan Mun Yeong. Jae Su meniru tandatangan Mun Yeong semirip mungkin. Kang Tae tersenyum gembira saat melihat hasilnya.

“Jangan tersenyum. Memuakkan,” kata Jae Su.

Kang Tae berkata seorang pasien juga mengatakan hal yang sama. Memangnya senyumnya sememuakkan itu? (ngga kok nggaaaaa^^)  Jae Su berkata senyum Kang Tae seperti Joker, dengan mata sedih dan sudut bibir terangkat naik.

Merekat tiba di rumah. Tapi Sang Tae bisa tahu kalau itu adalah tanda tangan palsu. Alhasil Sang Tae marah dan merajuk. Ia mengurung diri dalam lemari kain mengomel kalau berbohong itu buruk. Kang Tae berusaha membujuknya dengan berjanji membawanya ke toko buku untuk memberi ensiklopedi dinosaurus yang sangat diinginkan kakaknya. Tapi itu pun tidak sanggup membuat Sang Tae keluar.

Jae Su berkata itu semua salah Go Mun Yeong. Ia akan membakar semua buku-bukunya. Tentu saja tidak betulan.  Sang Tae menghambur keluar untuk menghalangi Jae Su.

Direktur Lee mengirim pesan pada Kang Tae. Ia meminta maaf atas insiden yang terjadi hari ini dan meminta Kang Tae datang ke kantor besok. Kang Tae mengiyakan dengan singkat.

Sementara itu di tv diberitakan kalau ayah Go Eun ditemukan meninggal di kamar tempatnya diamankan. Polisi sedang menyelidiki penyebab kematiannya. Bunuh diri kah? Aku kok ngga yakin ya karena darahnya di area kepala, dan lagi dia pasti diikat erat karena perbuatannya tadi. Aku merasa ada yang membunuhnya...

Mun Yeong memikirkan Kang Tae dan menganggapnya memiliki mata yang indah. Kang Tae juga memikirkan perkataan Mun Yeong. Bahwa di dunia ini ada orang gila yang membunuh orang yang pantas mati agar warga biasa bisa tidur dengan tenang.

Ia bangun untuk melihat kakaknya yang tidur sambil memegangi buku-buku Mun Yeong agar tidak diambil Jae Su. Ia mengambil buku “The Boy Who Fed On Nightmares”...buku yang tadi dibacakan Mun Yeong di rumah sakit.

THE BOY WHO FED ON NIGHTMARES

Anak laki-laki itu terbangun lagi dari mimpi buruknya. Ingatan buruk dari masa lalu yang ingin ia hapus dari kepalanya, Terulang setiap malam dalam mimpinya dan menghantuinya tanpa henti.

Anak itu sangat takut jika ia sampai tertidur. Jadi suatu hari ia menemui Si Penyihir dan memohon,

“Tolong lenyapkan semua ingatan burukku agar aku tidak akan pernah lagi mengalami mimpi buruk. Maka aku akan melakukan apapun yang kauminta.”

Tahun demi tahun berlalu dan anak laki-laki itu menjadi dewasa. Ia tidak lagi mengalami mimpi buruk. Tapi anehnya, ia tidak merasa bahagia sama sekali.

Suatu malam, saat bulan merah memenuhi langit malam, Si Penyihir akhirnya muncul kembali untuk mengambil apa yang sudah dijanjikan laki-laki itu sebagai imbalan memenuhi permintaannya. Laki=laki itu berteriak pada Si Penyihir dengan penuh kemarahan,

“Semua ingatan burukku sudah hilang. Tapi kenapa....kenapa aku tidak bisa bahagia?”

Maka Si Penyihir mengambil jiwa laki-laki itu sesuai perjanjian mereka, dan memberitahunya hal ini,

“Kenangan pedih dan menyakitkan. Kenangan penyesalan yang mendalam. Kenangan menyakiti dan disakiti orang lain. Kenangan dicampakkan.

Hanya mereka yang memiliki kenangan-kenangan seperti itu terkubur dalam hati  mereka, yang bisa menjadi lebih kuat, lebih penyayang, dan lebih luwes secara emosional.

Dan hanya mereka yang bisa mencapai kebahagiaan. Jadi jangan lupakan apapun. Ingatlah semua dan atasi semuanya. Jika kau tidak mengatasinya, kau akan selalu menjadi anak kecil yang jiwanya tidak pernah bertumbuh.”

Sementara itu Go Eun di rumah sakit telah selesai membaca buku yang sama. Ia membaca tulisan Mun Yeong di buku yang ditandatanganinya.

“Jangan lupakan hari ini.”

Seorang  perawat melihatnya belum tidur. Go Eun  bertanya di mana ayahnya. Perawat tidak berani mengatakan kalau ayahnya sudah tiada. Ia meminta Go Eun tidak khawatir.

Go Eun mulai menangis dan bertanya apakah polisi akan membawa ayahnya dan mengurungnya di rumah sakit jiwa. Ia berkata ayahnya bukan orang jahat, ayahnya hanya sedang sakit. Ia memohon agat ayahnya tidak dibawa polisi dan agar ia diijinkan tinggal bersama ayahnya. Ia ingin hidup bersama ayahnya dan merindukan ayahnya.

Sang Tae bermimpi ia berada di tengah hutan ketika ia masih seorang pemuda. Hutna itu sangat gelap. Lalu tiba-tiba ia melarikan diri ketakutan karena dikejar banyak kupu-kupu. Dalam mimpinya itu kupu-kupu yang sangat banyak menyerbunya.

Ia terbangun sambil berteriak ketakutan. Kupu-kupu!! Kupu-kupu itu akan membunuhku!! Kupu-kupu akan membunuhku! 

Jae Su yang terbangun menghela nafas panjang. Kupu-kupu itu telah kembali. Kang Tae sedih melihat kakaknya. Inilah tanda yang dimaksud Jae Su...Tanda bagi mereka untuk pindah.

Keesokan harinya Kang Tae pergi ke kantor penerbitan buku Mun Yeong. Mun Yeong juga baru tiba di kantor. Semua orang langsung sibuk membereskan meja mereka begitu tahu Mun Yeong datang. Lebih tepatnya, menyembunyikan semua benda tajam. Mun Yeong tapi bisa melihat sebilah pedang mini (sepertinya alat pembuka surat) yang ada di meja salah satu staf. Ia mengambil miniatur pedang tersebut. Jadi ia terobsesi benda tajam?

Mun Yeong melihat Kang Tae sedang menunggu di ruang rapat sambil membaca bukunya. Ia terlihat senang dan langsung menemuinya.

Ia berkata tadinya ia kira Kang Tae berbeda dengan yang lainnya, tapi ternyata ia salah. Ia bertanya berapa banyak yang ditawarkan pada Kang Tae. Kang Tae berkata ia tidak mengerti maksud perkataan Min Yeong. Mun Yeong bertanya berapa banyak yang ditawarkan Direktur Lee untuk menutup mulut Kang Tae atas insiden pisau kemarin. Metode uang selalu berhasil, kata-kata tidak ada artinya.

“Tidak berlaku untukku,” kata Kang Tae.

Lalu apa yang diinginkan Kang Tae kalau bukan uang. Seks?

“Apa itu lebih berharga dari uang?” Kang Tae balas bertanya.

Ia berkata ia berharap bisa bertemu dengan Mun Yeong lagi.

“Aku ingin melihat kedua matamu lagi. Matamu mengingatkanku pada seseorang yang pernah kukenal. Seseorang yang kacau dan tidak punya hati nurani. Seorang wanita yang matanya tidak memiliki kehangatan.”

“Apa kau takut pada wanita itu?” tanya Mun Yeong.

“Tidak. Sebaliknya, aku menyukainya.”

Komentar:

Walah akhirnya aku malah buat sinop lengkap hahaha...soalnya susah komentar kalau tidak menulis alur cerita dengan lengkap. Banyak hal yang terlewat dibicarakan. Kalau ditulis, lebih terlihat apa saja yang menarik untuk dibahas^^

Oke pertama, aku suka banget dengan directing dan efek-efek visualnya. Jadi berasa ada efek-efek dongeng gitu waktu Kang Tae dan Mun Yeong menceritakan dongeng itu. Kesan misterius sekaligus indah, terkadang ada humornya seperti adegan muntah seorang pasien digambarkan dengan air terjun dan lain-lain.

Kisah animasi di awal sepertinya menceritakan Kang Tae dan Mun Yeong pernah bertemu waktu mereka masih kecil. Bayangan hitam yang menyertai Mun Yeong adalah ibunya? Atau didikan ibunya? Bagaimana bisa seorang ibu mencap anaknya sebagai monter? Apa karena perilaku Mun Yeong? Mungkinkan Mun Yeong tidak berhati nurani sejak dilahirkan seperti yang dikatakan Sang Tae? Karena itu jugakah ayahnya sampai hendak membunuhnya?

Tapi kalau disebut tidak berhati nurani, untuk apa ia ikut campur pada masalah Go Eun sampai ia hampir mati? Meski terkesan tidak berperasaan dan kata-katanya sembarangan, tapi apa yang dikatakannya benar. Ia juga membalut tangan Kang Tae yang terluka karena pisaunya. Ia juga akhirnya menandatangani surat persetujuan operasi ayahnya. Meski ia terkesan tidak peduli tapi lebih karena ia tahu rumah sakit tidak akan membiarkan ayahnya begitu saja. Ia tahu ayahnya dalam penanganan yang baik. Sepertinya sulit untuk mengerti Mun Yeong hanya dari 1 episode saja ;p

Penyebab Sang Tae dan Kang Tae berpindah-pindah adalah karena pada musim tertentu, Sang Tae akan bermimpi mengenai kupu-kupu dan mereka akan pindah. Pindah untuk mencari daerah yang beda cuacanya? Mencari suasana baru untuk Sang Tae? Sampai kapan mereka akan terus berpindah? Dalam 10 tahun saja sudah 15 rumah sakit...wow...pasti melelahkan secara fisik dan mental bagi Kang Tae.

Ju Ri dan Mun Yeong juga pernah bertemu waktu kecil. Mereka pernah bersekolah di sekolah yang sama dan kalau Mun Yeong sampai tahu rasa masakan ibu Ju Ri, apakah mereka pernah berteman? Dan pasti berakhir tidak begitu baik karena Ju Ri terlihat tegang dan sedikit takut pada Mun Yeong....juga ada kekesalan?

Bagaimanapun aku suka drama ini...melihat Seo Ye Ji dan Kim Soo Hyun berpandangan saja udah ikut happy hahaha XD