Kamis, 30 Juni 2016

Sinopsis Mirror of The Witch Episode 13


Hong Joo tersenyum melihat puteri yang dicarinya ada di hadapannya. Apa kau senang melihatku, tanya Yeon Hee tersenyum.

“Tentu saja. Kau tahu berapa lama aku mencarimu. Apa kau sudah bertemu dengan kakakmu?” Hong Joo melirik pot di belakang Yeon Hee.

“Itu kakakku?” ujar Yeon Hee cuek.

“Kau seharusnya tidak bersikap sekasar itu. Ia menjadi seperti itu karenamu.”

Yeon Hee nampak marah. Ia mengulurkan tangannya ke arah pot tersebut. Pot itu melayang sendiri ke arahnya. Yeon Hee memegang pot itu.

“Apa yang kau lakukan begitu kejam hingga aku tak bisa lagi duduk diam,” Yeon Hee mengangkat pot di tangannya.

Hong Joo berkata ternyata Yeon Hee benar-benar membunuh kakaknya sendiri (jika Yeon Hee menjatuhkan pot itu). Ratu pasti akan sedih dengan yang ia lakukan.

“Karena salah satu dari kami harus mati. Bukankah aku yang hidup seharusnya tetap hidup?” Yeon Hee memiringkan pot itu seakan hendak menjatuhkannya.


Tampaknya gertakannya berhasil karena Hong Joo tak tersenyum lagi dan menyuruh Yeon Hee mengembalikan pot itu.

“Aku yang menciptakan kalian. Jadi aku yang memutuskan siapa yang hidup dan yang mati.”

Hong Joo hendak menghampiri Yeon Hee tapi tiba-tiba tubuhnya terangkat ke udara. Hanya dengan tatapan mata Yeon Hee, anak buah Hong Joo berjatuhan dan tidak bisa mendekat. Ia bahkan dapat terbang  melayang ke arah Hong Joo.

Yeon Hee berkata ia yakin Hong Joo akan menggunakan raja untuk berusaha membunuhnya lagi. 

 “Apa kau tahu sudah berapa banyak orang yang mati karena kejahatanmu?” kata Yeon Hee emosi. Ia mengangkat pot di tangannya tinggi-tinggi.

Hong Joo terlihat agak ketakutan. Tapi ia menantang Yeon Hee menjatuhkan pot itu.

“Apa kau pikir aku tidak bisa membunuhmu hanya karena Putera Mahkota tidak ada?”

Yeon Hee akhirnya menurunkan pot itu. Ia berkata ia akan melihat sendiri apakah pot itu satu-satunya cara untuk membunuhnya. Ia membawa pot itu pergi bersamanya.

Setelah beberapa saat Hong Joo baru terjatuh ke lantai. Ia menoleh dan tersenyum jahat.


Yo Gwang terkejut dengan perubahan sikap Hyun Seo. Melihat mata Hyun Seo yang berubah, sepertinya Yo Gwang menyadari Hyun Seo dikendalikan orang lain. Hyun Seo berusaha membunuh Yo Gwang. Tiba-tiba ia melempar Yo Gwang ke lantai lalu melarikan diri.

Hong Joo menemui Ibu Suri dan bertanya apakah Ibu Suri yang memanggil Puteri ke istana. Kalau iya, tanya Ibu Suri.

“Sembunyikan ia baik-baik. Aku mencari ke seluruh Joseon untuk menemukannya. Jadi mencari di istana hanyalah persoalan sepele.”

Ibu Suri tidak menjawab. Setelah Hong Joo pergi, ia membuka sekat di belakangnya. Lalu membuka pintu rahasia yang berada di baliknya. Pintu itu terhubung dengan lorong menuju ruang rahasia. Di sanalah Yeon Hee bersembunyi.


Hong Joo melapor pada Raja kalau Puteri ada di istana dan disembunyikan Ibu Suri. Ia berkata Ibu Suri pasti sudah tahu kalau mereka akan mengorbankan puterinya untuk menyembuhkan raja. Mereka harus menangkapnya sebelum puteri ikut campur urusannya.

Raja berkata ia sangat ingin melihat puteri. Hong Joo yakin Ibu Suri tidak akan semudah itu melepas Yeon Hee.

“Hamba harus memburunya.  Jika Yang Mulia memberi hamba ijin dan bantuan untuk memburunya, hamba  akan menangkapnya untuk Yang Mulia.”

“Tidak, perburuan lebih seru diikuti daripada hanya ditonton. Aku yang akan memburunya,” kata Raja.

“Kalau begitu hamba akan menonton,” Hong Joo tersenyum.


Yeon Hee berkata akan lebih baik secepat mungkin mengadakan upacara penguburan untuk Putera Mahkota Sunhoe. Ia akan meminta Hyun Seo melakukannya. Tapi Ibu Suri belum rela. Ia ingin lebih banyak waktu lagi bersama puteranya. Yeon Hee mengerti. Ia akan menanti sampai Ibu Suri siap.

“Tidak, aku yakin Hong Joo sudah merencanakan sesuatu untuk menangkapmu. Aku tidak yakin apakah kita bisa mengadakan upacara dengan aman dengan keberadaannya,” kata Ibu Suri.

Yeon Hee berkata ada sesuatu yang harus dilakukan Ibu Suri.


Hong Joo kembali ke Seongsucheong dan berbiacara pada Hyun Seo yang berdiri membelakanginya. Ia terkejut saat melihat Hyun Seo sedang berusaha bunuh diri dengan pedang. Tapi Hyun Seo tidak bisa mengendalikan tubuhnya hingga ia tidak bisa menancapkan pedang itu ke tubuhnya.

Hong Joo marah dan berkata tubuh dan jiwa Hyun Seo sekarang adalah miliknya. Hyun Seo tidak bisa bergerak dan berpikir sesuka hati. Hmm…ternyata tadi ia melepaskan Yo Gwang karena roh Hyun Seo masih bisa mengambil alih sesaat.

Hong Joo melepaskan pedang yang dipegang Hyun Seo. Hyun Seo nampak putus asa.

“Tatap aku,” Hong Joo menatap Hyun Seo, “Kumohon jangan putus asa. Kau baik-baik saja, bukan? Kau hanya perlu tetap seperti ini. Aku akan membantumu.”

“Aku ingin hidup sebagai manusia,” Hyun Seo memohon.

Hong Joo berkata banyak yang harus dilakukan Hyun Seo untuknya. Ia mengulurkan tangannya. Hyun Seo menyambut uluran tangan itu. Matanya kembali berubah.


Jun menemui Poong Yeon. Suasana canggung meliputi mereka berdua. Poong Yeon berkata Jun tidak perlu berterima kasih karena apa yang ia lakukan adalah untuk Yeon Hee. Jun berkata tetap saja ia berterima kasih dan mengucapkan terima kasih. Poong Yeon mempersilakan Jun pergi jika sudah selesai.

Jun belum selesai. Ia bertanya apakah Poong Yeon datang bersama Sol Gae ketika datang ke desa Banchon (ketika Jubah Merah hendak menculik Yeon Hee). Poong Yeon mengiyakan. Memangnya kenapa?

Jun bertanya apakah mereka selalu pergi bersama dan sejak kapan Poong Yeon bersama Sol Gae. Ia ingin tahu seberapa besar kesetiaan Sol Gae dan seberapa banyak Poong Yeon mempercayainya.

“Dia tangan kananku dan pedangku. Dengan kata lain aku mempercayainya dengan nyawaku. Karena aku sudah menjawab pertanyaanmu, katakan mengapa kau menanyakannya.”

Jun berkata ia bertanya karena Raja mencari Si Jubah Merah. Jika ia menangkap Jubah Merah, apa yang akan Poong Yeon lakukan? PoongYeon berkata ia bukan lagi pengawal kerajaan. Tapi ia akan membantu Jun mencari Jubah Merah jika demi Raja dan Yeon Hee.
Jun berkata ada seseorang yang ia curigai tapi ia tidak akan mengatakannya sebelum ia yakin.


Ketika keluar ruangan, Jun berpapasan dengan Sol Gae. Jun tersenyum. Ia mendengar Poong Yeon menyuruh Sol Gae pulang karena tidak ada pekerjaan. Poong Yeon melihat wajah Sol Gae dan meraba dahinya. Ia merasa So Gae demam. Tapi Sol Gae berkata ia tidak sakit hanya kepanasan di luar. Ia berkata akan tetap ikut Poong Yeon meski tidak ada pekerjaan.

“Jubah Merah….” Ujar Jun.

Poong Yeon dan Sol Gae menoleh. Sol Gae terlihat gugup. Jun tertawa kecil.

“Jika aku berhasil menangkapnya, aku akan menyerahkannya padamu,” Jun melanjutkan kata-katanya. Lalu ia pergi.


Heo Ok melapor pada Raja kalau ia melihat Poong Yeon menemui Yeon Hee dan ia melihat Yeon Hee masuk dalam tandu. Ia juga melihat seseorang yang ia kenal (Jun) tapi kehilangan jejaknya. Ia sudah mencari ke mana-mana tapi tidak menemukan mereka.

Heo Ok sangat terkejut saat Raja dengan tenang mengatakan tidak apa-apa. Padahal ia sudah heboh memukul-mukul lantai tanda penyesalan diri.

“Jadi kau tahu seperti apa wajah adik Poong Yeon, kan?”

“Ya, hamba melihatnya sendiri. Raut wajahnya dingin tapi tubuhnya indah dan memiliki mata bersinar,” Heo Ok berceloteh. Masih mengira Raja mencari Yeon Hee karena ingin dijadikan selir.

Raja tidak mendengar ocehannya dan berkata ada sesuatu yang harus dikerjakan Heo Ok untuknya. Sesuatu yang sesuai dengan bakat Heo Ok.


Poong Yeon menghadap Ibu Suri. Ia berkata ia tahu Yeon Hee ada di istana dan ia membawakan pakaian untuk Yeon Hee. Ia ingin memberikannya sendiri pada Yeon Hee.

Ibu Suri tidak menyetujui keinginan Poong Yeon untuk menemui Yeon Hee. Ia berkata pakaian itu akan ia sampaikan pada Yeon Hee. Poong Yeon berkata ada yang mengincar nyawa Yeon Hee di istana dan berapa lama Ibu Suri bisa menyembunyikan Yeon Hee. Ia akan membawa Yeon Hee pergi.

 “Kau tahu ia seorang puteri kan? Ada yang harus ia lakukan untuk keluarga kerajaan. Jadi tidak usah khawatir dan silakan pergi.”

“Apa Yang Mulia tidak peduli sedikitpun dengan keselamatan Yeon Hee?”

Ibu Suri marah dan tersinggung dengan perkataan Poong Yeon. Tapi percakapan mereka terhenti saat kasim tergopoh-gopoh masuk melapor dengan ketakutan.


Raja masuk membawa pasukan ke dalam kediaman Ibu Suri. Ibu Suri terkejut. Raja melihat Poong Yeon dan mengira Poong Yeon sudah mengkhianatinya untuk berpihak pada Ibu Suri.

Ibu Suri bertanya apa arti kedatangan Raja seperti ini. Beraninya ia membawa pasukan masuk ke kediamannya. Raja berkata ia bukan hendak menyerang Ibu Suri melainkan untuk melindunginya. Ia menyuruh Heo Ok melaporkan apa yang sudah dilihatnya.

Dengan terbata-bata Heo Ok melaporkan ada rumor mengenai seorang penyihir yang menyebabkan hal-hal buruk bagi negeri ini. Sebagai kapten pengawal kerajaan ia mengejar penyihir itu karena merupakan ancaman bagi keamanan negeri. Ia berbohong telah melihat penyihir itu masuk ke kamar Ibu Suri. Tentu saja ini kebohongan yang Raja perintahkan untuk dilakukan Heo Ok.

Raja menegaskan Heo Ok sudah melihat sendiri si penyihir itu. Heo Ok membenarkan dan berkata penyihir itu bersembunyi di kediaman Ibu Suri.


“Apa kau berusaha menyingkirkanku dengan menggunakan mitos omong kosong seperti itu? Kenapa kau tidak menuduhku hendak memberontak saja?” kata Ibu Suri marah.

“Untuk apa aku menyingkirkan Ibu Suri. Ibu Suri tidak akan selamanya menjadi penguasa. Saat aku sembuh, Ibu Suri harus turun dari kedudukannya. Aku hanya khawatir pada Ibu Suri jadi aku ke sini meski tubuhku sakit.”

Ibu Suri berkata ia tidak mengijinkan kediamannya digeledah dengan alasan semacam itu. Ia memerintahkan agar Raja membawa pasukannya pergi sekarang juga. Tapi Raja tidak bergeming dan sekali lagi mengatakan ia hanya memeriksa apakah ada bahaya yang mengancam Ibu Suri.

Ia memerintahkan penggeledahan. Pasukan menggeledah tempat itu. Heo Ok melihat penyekat ruangan di belakang Ibu Suri dan membukanya. Mereka menemukan pintu tersembunyi. Ibu Suri berusaha tidak nampak gugup.

Raja dan pasukannya masuk melalui pintu itu dan menemukan ruangan rahasia. Namun saat mereka membukanya, tempat itu kosong. Raja sangat marah.

Ia hampir meluapkan emosinya  tapi kasim datang memberitahu kalau para pejabat berkumpul di aula menunggunya. Ibu Suri tersenyum menang.


Raja pergi ke aula dengan kesal. Ia terdiam begitu melihat sosok yang baru dilihatnya.
Yeon Hee, berpakaian layaknya seorang puteri, berdiri di tengah aula. Raja langsung menyadari kalau ini adalah Puteri yang dicarinya. Ia melihatnya dengan curiga.

“Siapa kau?” tanyanya.

“Dia adalah Puteri Yeon Hee, adik almarhum Putera Mahkota,” ujar Ibu Suri yang menyusul ke aula.

Yeon Hee memberi salam dan hormat pada Raja. Raja bertanya apa arti semua ini.
Ibu Suri berkata ia mendengar puteri yang ia kira mati saat dilahirkan ternyata masih hidup. Karena itu ia mencarinya ke mana-mana. Dan mulai hari ini ia menyatakan Yeon Hee sebagai seorang Puteri.

“Kalau begitu benar rumor yang kudengar bahwa Ratu melahirkan anak kembar,” kata Raja.


“Bukan hanya kembar yang sudah merupakan hal buruk, tapi juga menyembunyikannya?” Ibu Suri, benarkah apa yang dikatakan oleh Yang Mulia?” tanya seorang Menteri.

Ibu Suri berkata Raja seharusnya tidak merendahkan keluarga kerajaan seperti itu. Ia tidak bisa melakukan apa-apa jika mereka merasa tidak nyaman dengan adanya anak kembar. Tapi anak kembar adalah hal yang dianugerahkan oleh langit.

Raja berkata karena Yeon Hee maka negeri dan keluarga kerajaan telah dikutuk. Ia juga dengar penyakitnya disebabkan oleh Yeon Hee. Ibu Suri berkata ia akan bertanggungjawab jika rumor itu benar.

Raja bertanya apa Ibu Suri bisa menerima jika nanti hukumannya adalah dilepasnya Ibu Suri dari jabatannya. Ibu Suri menjawab Raja harus membuktikan lebih dulu apakah benar Yeon Hee penyebab kutukan di negeri ini jika ingin melepas jabatan Ibu Suri darinya.


Meski di hadapan Raja  Ibu Suri nampak tenang, sebenarnya tidaklah demikian. Yeon Hee bertanya apa Ibu Suri tidak apa-apa setelah mereka keluar dari aula. Ibu Suri menekankan agar Yeon Hee memperhatikan keselamatan dirinya karena itu yang terpenting saat ini.

Mereka berpapasan dengan Hong Joo. Hong Joo membungkuk memberi hormat dan ucapan selamat atas kembalinya Puteri.

“Pastikan kau selalu menundukkan kepalamu di hadapan Puteri seperti itu. Dan perhatikan sikapmu. Jika terjadi sesuatu padanya, aku akan menyalahkanmu tak peduli apapun itu,” kata Ibu Suri.

Hong Joo dengan sopan berkata itu tidak terdengar adil baginya. Yeon Hee berkata mereka akan segera mengadakan ritual penguburan Putera Mahkota dan ia ingin Hong Joo membantu sebagai kepala Seongsucheong. Tentu saja, jawab Hong Joo tersenyum.

Hong Joo kembali ke Seongsucheong dengan kesal. Ia bertanya pada anak buahnya apakah pesannya sudah disampaikan pada Si Jubah Merah. Anak buahnya mengiyakan.

“Ya, aku sudah memberitahunya agar ia dan pot keramik itu tetap bersembunyi dan membawanya kembali ke sini jam 9 malam.”

Hong Joo tersenyum puas.


Jubah Merah berjalan di hutan membawa bungkusan berisi pot keramik.  Jun sudah menunggunya. Mereka berkelahi. Tapi Si Jubah Merah tak sekuat biasanya, tambahan lagi ia harus terus memegangi pot di tangannya.

Jun akhirnya mengalahkannya dan membuka topengnya. Jun bertanya siapa yang memberi nama Sol Gae, orang yang menjualnya atau Hong Joo?

“Jika kau memberitahu Tuan (Poong Yeon) siapa diriku, aku…akan…membunuhmu,” Sol Gae jatuh pingsan.


Yeon Hee membawa pot ke markas divisi Tao. Hong Joo tersenyum sinis saat melihatnya dari jauh.

“Teruslah bersikap percaya diri, puteri. Kau akan segera merasa malu karena tidak menyadari bahwa pot yang kaumiliki adalah palsu.”

Pantas Hong Joo tersenyum ketika pot itu diambil Yeon Hee. Ia memang sudah menukar pot itu sejak awal dan memberikan yang asli pada Sol Gae.


Ibu Suri dan Yeon Hee mempersiapkan upacara untuk penguburan Putera Mahkota. Hong Joo bergabung dengan mereka. Ibu Suri menyuruh Hong Joo mengucapkan perpisahan pada Putera Mahkota karena Hong Joo memiliki ikatan khusus dengan Putera Mahkota.
“Kau sangat menyayanginya,” sindir Ibu Suri.

“Bagaimana bisa saya membandingkan kesedihan saya dengan Yang Mulia?” timpal Hong Joo. “Saya juga merasa sanagt sedih melihatnya pergi.”

“Benarkah? Kalau begitu kenapa kau menukar abunya dengan yang palsu?” tanya Yeon Hee.

Pangeran Mahkota, ia memanggil kakaknya. Seketika itu juga pot di altar berguncang. Hong Joo terkejut karena itu artinya pot itu asli.

Yeon Hee menaruh tangannya di atas pot. Pot itu langsung tenang. Yeon Hee menyuruh Hong Joo mengucapkan salam perpisahannya. Hong Joo melakukannya dengan tenang.

“Ini belum berakhir,” kata Ibu Suri geram. “Aku memutuskan membayar kesalahanku dan aku akan memastikan kau melakukan hal yang sama.”


Hong Joo membungkukkan diri lalu pergi. Ibu Suri nampak sangat sedih karena akan berpisah dengan (roh) puteranya. Ia berkata akan pergi mencari udara segar.

Jun muncul dari balik tembok. Ia tersenyum menghibur Yeon Hee. Yeon Hee tersenyum.

Kilas balik: Yeon Hee melihat Jun di depan altar. Jun mengambil pot yang dibawa Yeon Hee dan menoleh pada pot di atas altar yang dibawanya.  Yeon Hee menyadari bahwa pot yang selama ini dimilikinya bukanlah yang asli.


Jun memastikan Hong Joo tidak bisa membunuh Yeon Hee jika roh Putera Mahkota pergiYo Gwang berlari masuk menemui mereka. Ia lega melihat Yeon Hee tidak apa-apa. Yeon Hee menanyakan keadaan ayahnya. Yo Gwang bingung menjawabnya.

Pada saat itulah Hyun Seo masuk. Yo Gwang melihatnya dengan curiga. Tapi Hyun Seo nampak normal. Hyun Seo berdiri di depan altar dan berkata mereka harus segera menyelesaikan ritual penguburan. Ia meminta Yeon Hee memanggil Ibu Suri.

Yo Gwang yang masih curiga, meminta Jun menemani Yeon Hee. Sementara ia mengawasi Hyun Seo yang mempersiapkan ritual. Ia bertanya apakah Hyun Seo benar-benar tidak apa-apa.  Hyun Seo menenangkannya, tapi sorot matanya berubah dingin saat ia berdiri membelakangi Yo Gwang.


Jun bertanya apakah mulai sekarang ia harus memanggil “Puteri” pada Yeon Hee. Yeon Hee berkata tidak perlu karena gelarnya hanyalah untuk melindungi dirinya. Ia berkata Jun tidak perlu khawatir.

“Aku tidak khawatir. Aku hanya takut. Aku takut terpisah darimu lagi,” kata Jun.
Yeon Hee menatapnya.

Poong Yeon melihat keduanya. Kecemburuannya langsung bangkit. Ia menarik Yeon Hee pergi dan melarang Jun ikut karena mereka akan bicara empat mata. Jun kesal dan berusaha menghalangi. Tapi Yeon Hee memberi isyarat untuk membiarkan mereka pergi.


Poong Yeon membawa Yeon Hee ke tempat sunyi. Ia menyerahkan bungkusan pakaian yang dibawanya dan menyuruh Yeon Hee berganti pakaian. Mereka akan meninggalkan istana.

Tapi Yeon Hee menolak. Ia tahu Poong Yeon takut ia berada dalam bahaya. Poong Yeon berkata bukan hanya Hong Joo tapi Raja juga mengincar nyawa Yeon Hee jadi bagaimana bisa Yeon Hee berkeliaran sebebas itu?

“Karena semua orang yang mengincar nyawaku ada di sini. Aku akan berada di dekat mereka dan melihat sendiri apa yang mereka rencanakan untukku. Hanya dengan cara itu aku bisa melindungi diriku dari mereka dan menghentikan mareka,” kata Yeon Hee.

Ia juga menegaskan kalau saat ini ia hanya memiliki waktu untuk memikirkan hal itu. Ia tidak memiliki keleluasaan untuk memikirkan hubungannya dengan Poong Yeon.

Poong Yeon marah. Ia sudah berusaha agar tidak menghindari Yeon Hee saat Yeon Hee dalam keadaan kutukannya aktif. Ia sudah berusaha menghadapi rasa takutnya. Ia ingin melindungi Yeon Hee sebagai seorang pria, bukan seorang kakak. Kenapa Yeon Hee tidak memberinya kesempatan.


Yeon Hee berkata jawaban yang bisa ia berikan hanyalah ini. Ia mengembalikan lonceng kecil pemberian Poong Yeon. Lalu ia berbalik pergi.

Poong Yeon meraih tangan Yeon Hee. Muncul Jun menghentikan Poong Yeon. Yeon Hee terkejut.

“Lepaskan. Aku yakin kau menyakiti Yeon Hee,” kata Jun.

 Poong Yeon berakta Jun tidak boleh ikut campur. Tapi Jun tidak bergeming. Akhirnya Yeon Hee meminta Jun melepaskan Poong Yeon.

“Lepaskan aku juga, Kak. Aku akan pergi dengannya,” kata Yeon Hee.

“Jika aku melepaskan tanganmu sekarang, kau tidak akan pernah melihat kakakmu lagi,” kata Poong Yeon.

Yeon Hee menarik tangannya dan pergi bersama Jun. Meninggalkan Poong Yeon yang patah hati.


Jun membiarkan Yeon Hee menghampiri Ibu Suri yang termenung sendirian. Ibu Suri tampak lebih ikhlas. Ia tersenyum dan mengangguk.

Hong Joo menggunakan sihir hitamnya untuk mengendalikan Hyun Seo.

Ketika Jun, Ibu Suri, dan Yeon Hee tiba di divisi Tao, mereka menemukan Yo Gwang terkapar di lantai dengan luka di kepalanya. Jelas Hyun Seo pelakunya. Tapi Yo Gwang berbohong Hyun Seo sedang keluar saat ia diserang.

Jun melihat pot di altar tidak ada. Hyun Seo menyerahkan pot itu pada Hong Joo.


Ibu Suri sangat marah. Ia bergegas ke Seongsucheong dan melihat Hong Joo memegang pot itu.

“Lagi-lagi kau!!” kata Ibu Suri geram.

“Yang Mulia tidak bisa menentang takdir seberapa pun kerasnya Yang Mulia berusaha. Takdir Yang Mulia adalah untuk memilih salah satu dari kedua anak itu untuk hidup. 
Karena Yang Mulia memilih puteri, aku akan melakukan yang kuinginkan dengan Pangeran.”

Hong Joo melirik ke arah pintu masuk di mana Jun dan Yeon Hee baru saja tiba. Sementara Ibu Suri tidak menyadari kedatangan mereka.

Ketika Ibu Suri bertanya apa yang akan Hong Joo lakukan dengan puteranya, Hong Joo berkata itu tidak ada urusannya dengan Ibu Suri.  Terserah apakah ia akan membiarkannya membusuk di neraka selamanya atau menjadikannya Raja.

“Pangeran Mahkota bukan lagi putera Yang Mulia.”

Ibu Suri sangat marah dan berkata Putera Mahkota adalah puteranya.

“Bukankah Yang Mulia menyisihkannya?”

“Aku tidak pernah melakukannya!!”

“Kalau begitu seharusnya Yang Mulia membiarkanku membunuh Puteri agar aku bisa membuatnya hidup kembali. Yang Mulia tidak seharusnya membawanya ke sini untuk melawanku.”

Dengan emosi Ibu Suri berkata semua ini tidak akan terjadi jika Putera Mahkota masih hidup. Jika Hong Joo membunuh Puteri dengan benar waktu itu maka puteranya masih hidup sekarang. Yeon Hee tertegun.


 “Apa kau mengerti sekarang?” tanya Hong Joo. Ia melirik Yeon Hee. “Apa kau mengerti  mengapa Pangeran Mahkota lebih penting dari dirimu?”

Ibu Suri terhenyak. Ia menoleh dan melihat Yeon Hee memandangnya dengan sedih. Jun ikut sedih melihat Yeon Hee.

Diam-diam ia mengambil sesuatu lalu melemparnya ke arah Hong Joo. Benda itu tepat mengenai tangan Hong Joo hingga pot terlepas.

“Puteraku!!” seru Ibu Suri.

Tapi pot itu tidak pecah. Pot itu melayang di udara karena kekuatan Yeon Hee. Jun menarik nafas lega. Ia memang sengaja melakukannya karena ia percaya Yeon Hee tidak akan membiarkan pot itu pecah.


Yeon Hee mengulurkan tangannya. Pot itu melayang ke arah Yeon Hee. Yeon Hee meraih pot itu. Ibu Suri nampak ketakutan.

Hong Joo menoleh dan menatap Jun dengan sedih. Jun mengangguk kecil. Yeon Hee berjalan menghampiri Ibu Suri lalu menyerahkan pot itu tanpa mengatakan apapun. Hanya kesedihan dan kepedihan yang terlihat di matanya. Lalu ia berjalan pergi.


“Yang Mulia menyingkirkan Yeon Hee, tapi apa yang ia lakukan hanyalah melindungi Yang Mulia,” kata Jun. Ia pergi mengikuti Yeon Hee.

Ibu Suri menangis memandang pot dalam pelukannya. Tanpa diduga ia memecahkannya. Yeon Hee, Jun, dan Hong Joo terkejut.

Asap hitam Putera Mahkota berubah menjadi putih berkilauan lalu melayang keluar dari istana.  Ibu Suri menatap Hong Joo dengan marah.

“Jangan pernah lagi mengganggu anak-anakku.”

Yeon Hee menangis mendengarnya. Ibu Suri pergi meninggalkan tempat itu diikuti Jun dan Yeon Hee.


Malam itu Jun dan Yeon Hee sibuk membuat ramuan. Yeon Hee membawa ramuan yang dibuatnya pada Ibu Suri. Ibu Suri nampak terpukul dengan apa yang sudah terjadi hingga ia menyendiri.

Yeon Hee berkata itu ramuan mimpi. Jika Ibu Suri meminumnya, Ibu Suri akan bisa melihat orang yang dirindukannya dalam mimpi. Ia menyarankan agar Ibu Suri meminumnya sebelum tidur karena ia tahu Ibu Suri tidak akan bisa tidur malam ini.


Ibu Suri melakukannya. Dan malam itu ia bermimpi saat-saat gembiranya bersama Putera Mahkota. Mereka tertawa bersama melihat pertunjukkan boneka.

Lalu dalam mimpinya, Putera Mahkota dengan serius menggambar potret diri Ibu Suri. Ibu Suri sabar dan patuh mengikuti arahan putera kesayangannya.

“Jika aku bisa membawa kenangan satu hari besamaku saat aku pergi setelah kematian, aku memilih hari seperti hari ini. Ketika kita tertawa bersama menertawakan hal yang tidak penting. Aku akan menggunakan hari ini untuk memberiku harapan sampai hari kita bertemu kembali. Aku berdoa hari itu akan segera tiba,” kata Pangeran.

Ibu Suri mulai menangis di sela-sela senyumnya saat mengingat perkataan puteranya dan melihat senyum Pangeran untuknya.

Tepat saat itu satu lilin di kuil Chungbing menyala.


Hong Joo terjatuh. Ia berusaha menggapai Hyun Seo yang berdiri bagai robot di dekatnya. Ia berkata yang tersisa sekarang hanyalah Hyun Seo. Hanya kemampuan Hyun Seo yang bisa membunuh Yeon Hee dengan api suci. Lalu Hong Joo jatuh pingsan.

Hyun Seo yang dalam pengaruh sihir hitam diam-diam mendekati Yeon Hee yang sedang berdoa di depan altar. Ia mengulurkan tangannya untuk mencekik Yeon Hee. Tapi jiwa di dalam dirinya berusaha melawan pengaruh Hong Joo. Hyun Seo terkejut saat menyadari apa yang akan ia lakukan. Ia berbalik dan melihat Yo Gwang sedang mengawasinya. Yeon Hee sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi.


Hyun Seo keluar dari sana diikuti Yo Gwang. Ia mengeluarkan halaman terakhir Mauigeumseo dari balik jubahnya dan menyerahkannya pada Yo Gwang.

“Ini adalah halaman terakhir Mauigeumseo. Hanya pengorbanan dari seseorang yang benar-benar mencintai Yeon Hee yang bisa menyalakan lilin terakhir. Jika Hong Joo menemukannya maka Tuan Heo (Jun) akan berada dalam bahaya.”

Ia meminta Yo Gwang membunuhnya jika ia menjadi jahat lagi. Yo Gwang berkata ia tidak bisa melakukannya. Ia tidak akan melakukannya. Tapi Hyun Seo memohon agar Yo Gwang tidak ragu membunuhnya dan menyelamatkan Yeon Hee.

“Kumohon bunuh aku sebelum Poong Yeon dan Yeon Hee melihatku dalam keadaan jahat.”


Poong Yeon berjalan lunglai di tengah kegelapan malam. Ia melihat bungkusan yang dipegangnya. Lalu dengan marah melemparnya. Baru beberapa langkah, ia kembali untuk mengambilnya kembali. Ia mengulurkan tangannya. Tapi akhirnya ia tak jadi mengambilnya dan pergi. Tiba-tiba bungkusan itu terbakar dengan sendirinya.


Hong Joo memulihkan kondisinya dengan menghirup asap hitam. Tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut. Jun menghambur masuk dan menghunus pedangnya ke leher Hong Joo. Hong Joo melarang anak buahnya mendekat dan bertanya apa yang Jun inginkan.

Jun memasukkan pedangnya dan bergurau ia menginginkan permintaan maaf dari Hong Joo karena sudah menusuknya. Hong Joo berkata orang yang datang menemuinya hanya untuk mengancam atau memohon padanya. Jadi Jun yang mana?

“Aku penasaran. Mengenai gadis yang kautempatkan di sisi Poong Yeon. Apa yang akan kaulakukan jika ia tidak menemukan Yeon Hee?”

Hong Joo menyadari kalau Jun adalah orang yang menukar pot dengan yang asli dan memiliki Sol Gae. Jun bertanya-tanya apa yang harus ia lakukan dengan kartu as di tangannya.

“Apa yang kauinginkan?” tanya Hong Joo.

“Berhentilah mengganggu Yeon Hee dan berhentilah membunuh orang. Hanya itu yang kuinginkan.”

Hong Joo berkata ia akan memikirkan apakah ia akan menerima atau menolak permintaan sederhana Jun. Jun bersedia memberi waktu.

Setelah Jun pergi, Hong Joo menyuruh anak buahnya untuk mengikuti Jun. Jun pergi ke tempat Soon Deuk. Ia tahu anak buah Hong Joo mengikutinya. Soon Deuk yang tidak tahu apa-apa hanya bisa bengong melihat Jun melahap makanannya.


Hong Joo menghadap Raja. Raja berkata ia terlalu meremehkan Ibu Suri. Karena Yeon Hee sudah diperkenalkan secara formal di depan para pejabat, akan sulit untuk menangkapnya.

“Jika kita tidak mengorbankannya, tubuh Yang Mulia akan terus mengeluarkan duri. Bagaimana jika kita mengurus duri lain di sisi Yang Mulia? Maksudku adalah Ibu Suri yang melindungi Puteri.”

Raja terkejut Hong Joo menyarankan untuk menyingkirkan Ibu Suri. Ia berkata ia tidak mungkin bisa mengijinkannya. Ia akan menganggap tidak pernah mendengar saran tersebut.

“Jadi jika terjadi sesuatu pada Ibu Suri, itu bukanlah salahku,” ujarnya tersenyum penuh arti.


Hong Joo menaruh tungku kecil di dekat tempat tidur Ibu Suri yang tidur lelap. Ia berkata ia tahu Ibu Suri sulit melupakan Pangeran jadi ia akan mengirim Ibu Suri segera ke sisi Pangeran. Tungku hitam itu mulai mengeluarkan asap hitam.

Ketika Hong Joo kembali ke Seongsucheong, ia melihat Poong Yeon sudah menunggunya.

“Apakah kau bisa menggunakan sihir hitam untuk mendapatkan hati seseorang?” tanya Poong Yeon putus asa.


Komentar:

Akhirnya Putera Mahkota bisa pergi dengan tenang. Aku yakin roh Pangeran Mahkota tidak mengembara tak tentu arah karena mereka sudah mengadakan upacara penguburan. Dan itu pula sebabnya roh Putera Mahkota berubah menjadi putih berkilau karena akhirnya terlepas dari pengaruh sihir hitam Hong Joo.

Aku senang akhirnya Ibu Suri memutuskan hal yang benar. Aku mengerti ia sangat berat melepas Putera Mahkota. Bagaimanapun juga ia yang membesarkan Putera Mahkota sejak bayi. Ia menumpukan seluruh harapan dan hidupnya untuk puteranya. Berpisah dengan roh Putera Mahkota bagaikan mengalami kematian Putera Mahkota untuk kedua kalinya. 

Tapi seperti yang dikatakan Yeon Hee pada Hong Joo. Jika memang salah satu dari mereka harus mati, kenapa bukan ia yang tetap hidup? Dan lagi kematian Putera Mahkota bukan salah Yeon Hee. Hong Joo yang membunuhnya.

Seandainya Hong Joo tidak membunuh Putera Mahkota, kutukannya akan bisa dikendalikan selama Yeon Hee dilindungi jimat. Bukankah itu juga yang terjadi pada Poong Yeon dan Jun? Seandainya Hong Joo tidak membunuh Putera Mahkota, kutukan Putera Mahkota akan terhenti begitu Yeon Hee masuk kuil Chungbing, sama seperti Poong Yeon.

Poong Yeon tampaknya memiliki kekuatan api suci seperti ayahnya. Aku jadi bertanya-tanya apakah Poong Yeon pernah dilatih oleh ayahnya untuk menjadi pendeta Tao, karena sepertinya Poong Yeon tidak mempercayai hal seperti itu dan memilih menggunakan kekuatan akal dan fisiknya.

Raja pernah memintanya mendirikan kembali divisi Tao (sebelum Hyun Seo kembali) dan Poong Yeon menolak dengan alasan ia yakin ayahnya masih hidup. Apakah maksud Raja waktu itu adalah membuat Poong Yeon menjadi pemimpin divisi Tao?


Melihat Poong Yeon putus asa seperti itu dan dipenuhi obsesi terhadap Yeon Jee, bukan tidak mungkin ia beralih meminta bantuan Hong Joo dan jatuh dalam perangkap kebohongan Hong Joo. Akibatnya Poong Yeon bisa menjadi senjata Hong Joo selanjutnya untuk membunuh Yeon Hee jika Hyun Seo tidak berhasil.