Rabu, 07 Agustus 2019

Sinopsis Hotel Del Luna Episode 3



Man Wol teryata dulu adalah seorang pemimpin gerombolan perampok yang menjarah harta benda orang-orang yang dalam perjalanan jauh. Gerombolan itu kelompok nomaden (berpindah-pindah tempat) dari Goguryeo (cikal bakal Korea). Suatu hari mereka menyerang rombongan seorang puteri dan menjarah harta mereka.

Namun mereka mendapat perlawanan sengit dari kepala pengawal puteri itu. Man Wol terpaksa meniup peluit untuk menarik mundur kelompoknya. Merekapun melarikan diri dengan barang jarahan mereka.

Tapi si kepala pengawal tidak menyerah. Ia mengejar Man Wol yang terpisah dari kelompoknya dan berhasil menjatuhkannya dari kudanya.   
      
Ia membuka selendang yang menutupi wajah Man Wol dan terdiam saat menyadari adalah seorang wanita. Wanita yang sangat cantik. Man Wol menggunakan kesempatan itu untuk menghantam kepala si pengawal dengan batu.


Sekarang si kepala pengawal menjadi tawanan Man Wol. Go Cheong Myung, si pengawal, berbohong ia hanyalah pengawal biasa dan menawannya tidak akan membuat Man Wol mendapat uang banyak. Tapi Man Wol dengan tenang berkata ia tahu bagaimana cara mendapatkan uang.

Dengan mata jelinya ia bisa melihat bahwa puteri yang dikawal Cheong Myung tidak peduli kehilangan harta bendanya tapi terlihat khawatir ketika melihat Cheong Myung bertempur. Menurutnya Cheong Myung bukan hanya seorang pengawal bagi puteri itu.

Cheong Myung berkata ia hanya mengobrol beberapa kali dengan puteri dan membujuk Man Wol untuk melepaskan ikatannya. Tapi Man Wol mengancam akan memotong lidahnya. Saat mereka berbicara, kuda Man Wol kabur. Man Wol mengejarnya namun tanpa disangka terhisap dalam pasir hisap.


Cheong Myung yang masih dalam keadaan terikat berjalan dengan tenang menghampiri Man Wol. Man Wol melemparkan seledangnya dan menyuruhnya menariknya. Cheong Myung diam saja. Man Wol berteriak panik. Cheong Myung menyuruh Man Wol melemparkan pedangnya untuk melepaskan lebih dulu ikatannya. Ia berkata dengan begitu ia bisa lebih leluasa menolong Man Wol.

Meski awalnya ragu, akhirnya Man Wol melemparkan pedangnya. Tapi setelah Cheong Myung melepaskan ikatannya, ia malah pergi meninggalkan Man Wol. Man Wol berteriak memanggilnya tapi Cheong Myung tidak peduli.

Man Wol sudah putus asa ketika tiba-tiba seutas tali dilemparkan padanya.  Cheong Myung kembali untuk menolongnya. Hmm....seperti ketika Chan Seong pergi ketika Man Wol ditikam, namun kembali untuk menolongnya.

Keadaan berbalik, sekarang Man Wol menjadi tawanan Cheong Myung. Ia mengakui kalau ia adalah kepala pengawal puteri dari Istana Yeongju.  Lalu tiba-tiba ia jatuh pingsan karena seseorang melempari kepalanya dengan batu. Ia adalah Yeon Woo, sahabat Man Wol sekaligus salah satu anggota kelompoknya. Man Wol tersenyum melihatnya.


Man Wol menatap pohon di taman hotelnya saat mengingat semua itu. Lalu ia melihat bulan purnama yang bersinar terang. Dewa Mago mendekatinya dan bertanya apakah Man Wol sedang melihat bulan hari ini atau bulan seribu tahun lalu.

Man Wol menjawab dingin kalau keduanya adalah bulan yang sama. Dewa Mago melihat tamna itu dipenuhi bunga yang bermekaran. Tandanya Man Wol melayani para tamu penginapannya dengan baik selama ini.

Man Wol protes kalau ia sudah mengubah nama Penginapan Bulan menjadi Hotel Del Luna. Dan ia buka penjaga penginapan tapi Direktur. Sama saja, balas Dewa Mago.

Ia berkata pelayan Man Wol sudah pergi menuju kehidupan selanjutnya. Man Wol jadi murung dan berkata ia juga sudah mati tapi kenapa ia tidak dibawa pergi.

“Kau belum mati. Sudah kukatakan kalau kau terikat dengan Pohon Bulan dan arus hidup matimu telah terhenti,” kata Dewa Mago.

“Sampai kapan kau akan mengikatku?” tanya Man Wol.

Dewa Mago berkata Man Wol lah yang tidak bergeming. Daun akan bertunas, bunga akan mekar dan jatuh. Arus hidup dan mati akan kembali mengalir. Bukankah bagus jika Man Wol meninggalkan sesuatu yang indah dan berwarna daripada sesuatu yang kering dan rapuh (seperti pohon itu)? Tapi Man Wol tidak peduli.


Dewa Mago menghela nafas panjang setelah Man Wol pergi. Ia berkata Man Wol hati Man Wol masih belum berubah. Ia tidak bisa membiarkannya. Ia menyentuh Pohon Bulan dan rantingnya mengeluarkan bunga ungu indah seperti yang dikeluarkannya pada hari ulang tahun Chan Seong 21 tahun lalu.

Lalu ia meletakkan bunga itu di atas dada Chan Seong yang tidur di kantor Man Wol. Itu adalah setelah Chan Seong  pingsan karena menghindari serangan hantu baju besi di hotel tempatnya bekerja.

Seketika itu juga Chan Seong bermimpi melihat Man Wol di masa lalunya. Dalam mimpinya Man Wol tersenyum cerah dan gembira. Yeon Woo dan Cheong Myeong berlari mendekatinya sambil membawa arak. Sepertinya ketiganya menjadi sahabat baik.  Chan Seong terbangun.


Sebagai lanjutan dari akhir episode sebelumnya, ia menemui Man Wol dan berterimakasih karena sudah menyelamatkannya. Man Wol berkata Chan Seong beruntung. Ia tidak akan menyelamatkannya jika saja Chan Seong tidak memakai sepatu piihannya.

“Kau menungguku dengan mengenakan sepatu yang kupilihkan.”
“Aku tidak menunggumu,” kilah Chan Seong.

Ia cuma penasaran. Tentu saja kau penasaran karena kau hanya bisa memikirkanku, kata Man Wol. Chan Seong bertanya apa Man Wol sudah memantrainya hingga ia bermimpi tentang Man Wol.

“Melihat hantu sudah berlebihan bagiku, aku tidak ingin melihatmu juga dalam mimpiku.”

Man Wol berkata memangnya dalam mimpi itu ia memakan Chan Seong atau semacamnya. Seketika itu juga Chan Seong teringat senyum manis Man Wol dalam mimpinya.

“Lupakan saja. Kurasa bukan kau yang ada dalam mimpiku,” gerutunya. “Tidak mungkin kau melakukan hal seperti itu.”

Man Wol berkata ia memaafkan Chan Seong karena sudah memaafkannya. Adalah wajar seorang dewasa bermimpi seperti itu. Chan Seong bengong.

“Bukan mimpi seperti itu!!” protesnya.  

Man Wol berkata sebaiknya Chan Seong tidak pingsan seperti tadi lagi karena sangat merepotkan. Chan Seong bertanya dengan cara apa Man Wol membawanya ke hotel ini. Teleport?


Rupanya Man Wol menyuruh Hyun Jeong masuk ke tubuh Chan Seong untuk membawanya pulang. Cara bersikap dan berbicaranya langsung seperti Hyun Jeong (Yeo Jin Goo hebat!!^^). Setelah tiba di kantor Man Wol, Hyun Jeong meminta Man Wol membiarkannya memakai tubuh Chan Seong lebih lama untuk main ke luar hotel. Ia terus merengek meski Man Wol menyuruhnya keluar. Akhirnya Man Wol menggeplak kepalanya. Tubuh Chan Seong ambruk ke sofa sementara Hyun Jeong yang sudah keluar cemberut pada Man Wol.

“Pokoknya kau tahu kalau aku membawamu ke sini dengan selamat. Tapi apa kau bisa menggerakkan kepalamu dengan baik?” tanya Man Wol.  Ia tidak mau memberitahu Chan Seong kalau ia sempat menggeplak kepalanya.

“Ayo..karena kau ada di hotelku, aku akan memberimu tur.”


Chan Seong bertanya apakah hotel ini benar-benar ada di dunia nyata. Man Wol mengeaskan kalau hotelnya terdaftar legal dan mereka juga membayar pajak. Mereka nyata di dunia nyata tapi keberadaan mereka sangat tidak mencolok jadi manusia hidup tidak mengetahui tentang mereka.

Terkadang mereka bisa terlihat saat cuaca buruk atau oleh orang yang memiliki indera keenam. Tiga atau empat kali setahun ada saja orang yang berani masuk untuk mencaritahu. Bahkan ada yang berani membayar mahal walau disodori harga hotel berbintang.

Apa yang terjadi pada orang yang memaksa masuk, tanya Chan Seong. Man Wol berkata ada kamar spesial untuk orang seperti mereka. Orang yang masuk kamar itu, tidak ada satupun yang keluar lagi.
Dan mereka sekarang berdiri di depan kamar itu. Kamar 404. Chan Seong terlihat takut dan bertanya apa yang Man Wol lakukan pada mereka. Man Wol menantang Chan Seong untuk masuk dan melihat sendiri.

Chan Seong memegang pegangan pintu tapi ragu untuk membukanya. Bahkan Man Wol pun terlihat sedikit khawatir. Akhirnya ia berkata ada ruangan lain yang bisa dilihat Chan Seong. Iya, Chan Seong cepat-cepat mengiyakan. Ada apa ya di kamar 404?

Mereka menuju area kolam renang. Ada pegawai yang memegang nampan berisi berbagai jenis kacamata hitam. Man Wol memlih salah satunya lalu keluar.

Dan Chan Seong akhirnya melihat kolam renang luar biasa yang diceritakan ayahnya. Ia mengucek-ngucek matanya. Tak bisa percaya ada pantai dan laut di area kolam renang dengan matahari bersinar terik. Padahal di Seoul saat ini adalah malam hari.

“Dunia dalam hotel bukanlah dunia nyata. Waktu dan ruang di sini berbeda dengan dunia tempat kau tinggal. Peta dan jam  tidak berguna sama sekali di sini.”


Mereka ke balkon yang menyajikan pemandangan malam yang sangat indah. Man Wol berkata semua yang ada dalam hotel tidak ada di dunia nyata betapapun indahnya.

“Apakah kau juga begitu?” tanya Chan Seong.

Man Wol kembali berwajah sendu. Ia membenarkan. Chan Seong mengulurkan tangannya untuk menyentuh Man Wol. Untuk meyakinkan kalau Man Wol bukan hantu.

Ia bertanya apakah ia tidak akan mati jika jatuh dari balkon itu. Man Wol memegangnya dan menyuruhnya berhati-hati.

“Hati-hati, kau masih hidup. Jika manusia jatuh dengan tubuh lemah merkea, mereka akan mati.”
Lalu ia mengangkat tangannya ke dada Chan Seong.

“Begini rasanya memiliki tubuh yang hangat dengan jantung berdetak. Kau harus hidup dan melakukan banyak hal untukku. Tetaplah di sisiku, Gu Chan Seong.”

Chan Seong bertanya apa Man Wol akan mendorongnya jatuh jika ia menolak. Man Wol terlihat kesal dan mendorong Chan Seong sedikit.

Chan Seong berkata tempat ini mungkin tidak nyata tapi ia meminta keuntungan yang nyata. Dan ia akan memakai sepatu sesuka hatinya.

Man Wol menyadari Chan Seong akhirnya menerima pekerjaan di hotelnya. Ia bertanya apa Chan Seong berubah pikiran karena takut didorong olehnya. Chan Seong berkata ia sudah ada di hotel ini dan tidak ada lagi alasan baginya untuk melarikan diri.

“Sejujurnya aku juga sedikit penasaran dan juga sepertinya seru. Aku ingin tahu lebih banyak mengenai hotel ini dan dirimu.”

Man Wol tersenyum senang dan masuk ke dalam. Chan Seong menyadari wanita dalam mimpinya benar-benar adalah Chan Seong.

Dasar ngagetin!!! Momen romantis lenyap seketika gara-gara ada hantu serem muncul di sebelah Chan Seong nanya kopi >,<


Seorang siswi SMA tiba-tiba jatuh ke jalan dari jembatan penyeberangan. Seorang siswi lainnya melihat dengan ketakutan dari jembatan itu. Ia memegang seuntai kalung. Namanya adal ah Kim Yu Na. Yu Na  berlari pulang sebelum polisi dan ambulans datang. Sementara siswi yang jatuh dinyatakan meninggal dunia.

Di rumah, Yu Na tidak bisa tidur dan terlihat gugup. Ia memegang kalung yang sejak tadi dipegangnya di jembatan. Lalu ia berkata masa bodoh dengan semuanya.

Tiba-tiba sesuatu jatuh ke pipinya. Ia memegangnya dan terkejut melihat kalau itu adalah darah. Ia melihat ke atas dan tak bisa bergerak melihat hantu siswi yang tadi meninggal melayang di langit-langit kamarnya. Hantu itu turun mendekatinya sementara darah semakin banyak menetes ke wajahnya. Lalu...bum

Roh Yu Na keluar dari tubuhnya, sementara roh siswi yang jatuh tadi masuk ke dalam tubuh Yu Na. Yu Na palsu memegang kalung dan berkata kalung itu miliknya. Yu Na berteriak histeris.


Suasana hati Man Wol sangat baik hari ini karena ia sudah memiliki manajer baru untuk hotelnya. Manajer dari salah satu hotel yang ada dalam daftar Forbes. Ia memberitahukan itu pada para stafnya. Tapi mereka tidak terlihat senang.

Bartender Kim berkata Chan Seong memang lulusan Harvard tapi pekerjaan di hotel mereka bukan berdasarkan pengetahuan. Paling penting adalah keberanian dan tampaknya Chan Seong terlalu lemah hati. Itu membuatnya khawatir.

Ibu Choi menyarankan agar mereka membiarkan posisi manajer kosong untuk sementara sambil mencari calon dari dua kandidat teratas yang dipilih Man Wol. Hyun Jeong terkejut. Ada dua kandidat lain selain Chan Seong?

Bahkan kandidat pertama mengetahui cara mengusir setan. Man Wol tampak geram. Ia berkata apa gunanya bisa mengusir setan. Kandidat itu malah pergi untuk memburu setan tidak berguna.


Lee Joon Ki!! Ia berperan sebagai pastur kandidat utama manajer Del Luna. Ia berusaha mengusir setan dari tubuh seorang pria yang diikat di tempat tidur. Man Wol membentaknya tapi Lee Joon Ki tidak mau ikut sebelum berhasil mengusir setan itu. Ia sibuk membentak setan itu agar  keluar. Man Wol kesal dan berkta ia lebih takut padanya daripada setan.

Jadi setelah diberi kemampuan melihat hantu, Lee Joon Ki malah memburu hantu dan tidak mau ikut dengan Man Wol. Ibu Choi berkata bukankah ia akan datang setelah berhasil menangkap setan itu. Man Wol berkata itu tidak mungkin karena setan itu sangat kuat, Park Il Do. Bagi yang menonton kdrama The Guest pasti tidak asing dengan nama itu ;p

Kandidat kedua adalah seorang pilot pesawat tempur (cameo oleh Lee Si Un). Man Wol sampai ke Amerika untuk mencarinya. Tapi pilot itu malah melarikan diri ke luar angkasa menjadi astronot. Saat Man Wol mengejarnya, ia malah menendang Man Wol balik ke  bumi. Pffttt.....


Mengingat semua itu membuat Man Wol kesal. Ia tidak memerlukan kedua kandidat teratas. Mereka baik-baik saja selama ada Gu Chan Seong.

Ibu Choi berkata Manajer No sudah membereskan kantornya karena tahu akan pergi. Bartender Kim menyayangkan tidak ada sisa keberadaan Manajer No walaupun telah bekerja selama 30 tahun di hotel ini. Hyun Jeong menunjuk foto terakhir Man Owl dan berkata Manajer No yang mengambil foto itu.

Mereka berkata sudah banyak manusia yang bekerja di hotel ini tapi ingatan tentang mereka mulai kabut. Mereka bertanya-tanya ada berapa orang yang sudah bekerja di hotel ini termasuk Manajer No. Hyun Jeong berkata hanya Man Wol yang tahu.

Man Wol sebenarnya terlihat sedih ketika mendengar nama Manajer No. Tapi ia kembali dengan ekspresi dinginnya dan berkata mereka semua sama saja jadi tidak ada gunanya dihitung. Lalu ia menyuruh mereka kembali bekerja. Ketiganya agak kesal dengan Man Wol yang tidak punya perasaan.

Tapi setelah sendirian di kantornya, Man Wol berkata Manajer No hanyalah manusia ke-48 yang bekerja di hotelnya. Dan Gu Chan Seong adalah orang yang ke-49. Menurutku Man Wol berusaha tidak terlalu dekat dengan mereka (para manajer dan pegawainya)  karena suatu saat mereka akan berpisah dan itu akan lebih menyakitkan. Bayangkan harus berpuluh-puluh kali berpisah dengan orang terdekat karena Man Wol tidak memiliki keluarga.


Chan Seong masuk ke kantor Manajer No , yang berantakan, yang akan menjadi kantornya. Dan ia mulai menyesal kenapa ia menyerah begitu cepat. Ia teringat ketika Man Wol menyentuh dadanya dan menganggap keputusannya tadi karena terbawa suasana.

Ketiga staf datang untuk memberi salam pada Chan Seong. Chan Seong menyambut mereka dan agak takut-takut karena mereka pastilah hantu. Bartender Kim berkata ia meninggal dunia sekitar 500 tahun lalu. Ibu Choi 200 tahun lalu dan Hyun Jeong, si maknae ((termuda), 70 tahun lalu.

Bartender Kim bercerita dulu ia adalah seorang bangsawan yang giat belajar. Bahkan lulus ujian dengan nilai tertinggi. Tapi tiba-tiba ia meninggal dunia sebelum mencapai cita-citanya. Saat berkeliaran, ia menemukan Penginapan Bulan. Ia yang paling lama di hotel ini. Hmm... Man Wol dua kali lipat lebih lama...

Chan Seong bertanya apa pekerjaan Kim di hotel ini. Kim berkata dulu ia sangat pintar menulis puisi, sekarang ia seorang bartender. Chan Seong bengong dan menganggap Kim yang mengurus makanan dan minuman di hotel.


Ibu Choi berkata ia adalah menantu tertua keluarga elit di jamannya. Tapi ia dibunuh oleh keluarganya sendiri.  Ia menjadi arwah penasaran dan bertemu dengan Man Wol dan Kim.  Ia tetap di hotel menanti hingga keturunan terakhir keluarga hina itu meninggal dunia. Dan ia yang menangani kamar-kamar di hotel ini.

Hyun Jeong meninggal saat perang Korea.  Keadaan buruk waktu itu, termasuk Penginapan Man Wol. Ia ingin pergi ke kehidupan selanjutnya bersama kakaknya yang masih hidup. Jadi ia menunggu kakaknya meninggal baru pergi.

Bartender Kim berkata masing-masing mereka memiliki kisah yang panjang. Ia baru mulai bercerita ketika Ibu Choi memotong perkataannya. Ia berkata mereka awalnya datang sebagai tamu tapi sekarang bekerja untuk memperlama masa tinggal mereka. Dan mereka termasuk yang terlama tinggal di hotel ini selain Man Wol.


Chan Seong bertanya apakah Man Wol juga dulunya adalah tamu seperti mereka lalu memperpanjang masa tinggalnya. Hyun Jeong berkata Man Wol adalah pemilik hotel.

“Pemilik apanya? Ia terikat di sini karena hukuman dari nenek tua itu. Maksudnya adalah Dewa Mago. Ia berkata ada pohon besar di taman mereka. Chan Seong baru tahu ada taman di hotel ini. Tapi sebelum Bartender Kim bercerita lebih lanjut, Ibu Choi cepat-cepat menyuruh mereka kembali bekerja.

Chan Seong menanyakan di mana taman itu karena ia belum melihatnya. Ibu Choi berkata Man Wol tidak memperlihatkannya mungkin karena tidak penting.

“Apakah ada kaitan antara Direktur Jang dengan pohon itu?” tanya Chan Seong.

Ibu Choi bertanya berapa lama Chan Seong ingin bekerja di sini. Sesingkat mungkin karena ia ke sini bukan karena keinginannya. Ibu Choi berkata kalau begitu sebaiknya Chan Seong menjaga rasa penasarannya seminimal mungkin.  Mereka para staf akan mengurusi para tamu sementara Chan Seong hanya perlu menangani urusan dengan dunia manusia. Chan Seong mengerti.


Chan Seong pulang saat orang-orang lain mulai pergi bekerja. Dunia nyata yang dilihatnya saat ini terasa sangat berbeda dengan dunia yang dilihatnya semalam.

Pada temannya, Sanchez, ia berkata ia akan keluar dari hotel tempatnya bekerja dan bekerja di hotel yang lain. Sanchez bingung. Kenapa Chan Seong pergi ke hotel lain setelah diterima di hotel terbaik Seoul.

“Hotel dengan pantai pribadi dan bar di lantai tinggi menuju ke langit.”

Sanchez bingung memangnya ada hotel seperti itu. Ia juga ingin ke sana.

“Tidak bisa. Jika kau datang, kau akan berakhir di kamar 404.”

Lalu ia masuk ke kamarnya. Menegaskan kalau inilah dunia nyata, di mana ia memiliki tempat dan teman. Dan juga banyak tempat lain yang ingin mempekerjakannya. Ia tidak boleh bingung.
Saat menaruh jasnya, ia melihat ada bunga ungu di sakunya. Ia meraih bunga itu dan bunga itu langsung lenyap.

“Benda aneh mengikutiku ke dunia nyata.”


Kilas balik 1000 tahun lalu...

Man Wol, Cheong Myung dan Yeon Woo duduk di tepi sungai tanpa berbicara. Yeon Woo memainkan musik dengan sejenis kecapi. Man Wol menawari Cheong Myung arak di sebuah botol. Botol itu bertanda lingkaran dengan lengkungan di tengah seperti bulan.

Cheong Myung meraih tangan Man Wol lalu membasahinya dengan air. Sambil memegangi tangan Man Wol, ia mengajari cara menuliskan namanya. Man Wol. Katanya itu sebagai balasan karena sudah memberinya arak yang bagus. Keduanya dian-diam tersenyum.


Chan Seong terbangun. Peristiwa tadi ternyata ada dalam mimpinya. Dan sekarang Man Wol meneleponnya untuk memberi pekerjaan pertama. Menjual lukisan Gunung Baekdu.

Man Wol membawa Chan Seong ke ruangan tempat ia menggantung lukisan tersebut. Menurutnya energi lukisan itu semakin baik karena roh makhluk mistis yang di dalamnya. Dan mereka bisa menjualnya dengan harga dua kali lipat.

Chan Seong terlihat tak setuju. Jika lukisan itu dijual, bagaimana dengan harimau di dalamnya? Man Wol berkata harimau itu sudah pergi setelah beberapa hari bersenang-senang di sana. Dan ia yakin akan dilahirkan kembali dengan penuh berkah.

“Jadi ini sebabnya kau memintaku mendapatkan lukisan ini? Untuk menjualnya dan bukan karena peduli pada harimau itu?”

Man Wol berkata tentu saja ia peduli. Buktinya ia mengenakan stoking motif harimau. Jika Chan Seong mendapatkan harga bagus untuk lukisan itu, ia akan membelikan jas motif harimau untuk Chan Seong.

“Terimakasih tapi tidak usah. Siapa yang mau mengenakan hal semacam itu?”

“Bukannya kau suka warna coklat yang norak?” balas Man Wol. Ia bahkan sudah membeli mobil baru dengan warna itu demi Chan Seong.

Chan Seong kaget. Man Wol beli mobil baru? Mobil yang kemarin itu juga mobil baru. Man Wol berkata ia bangkrut karena membeli mobil baru jadi Chan Seong harus menjual mobil itu dengan harga bagus. Setidaknya dua kali lipat dari harga awal. Chan Seong pusing tujuh keliling.

Chan Seong bertanya-tanya apakah harimau itu benar-benar sudah pergi. Ia mengaum di depan lukisan, berharap mendapat balasan. Tapi tidak ada suara apapun.


Yu Na palsu melihat dari jembatan penyeberangan tempat ia jatuh. Ia menggenggam kalungnya. Roh Yu Na asli berteriak kalau ia sudah mati di sana dan memerintahkan agar tubuhnya dikembalikan. 

Tapi anehnya berapa kalipun ia berusaha, ia tidak bisa mendorong roh siswi itu keluar dari tubuhnya.
Pada saat bersamaan Chan Seong hendak melewati bawah jembatan tersebut. Dan ia sempat bertatap mata dengan roh Yu Na asli. Roh Yu Na tiba-tiba berdiri di depan mobil Chan Seong hingga Chan Seong mengerem mendadak. Lalu ia duduk di samping Chan Seong dan menunjuk tubuhnya yang dihuni roh lain. Yu Na palsu tidak peduli dan berjalan pergi.

Chan Seong membawa roh Yu Na ke Del Luna. Bartender Kim berkata Chan Seong sudah membawa pelanggan yang sangat menyebalkan. Hyun Jeong setuju. Yu Na terus saja berkata kalau ia belum mati.

“Ini bukan pertama kalinya melihat roh orang mati berkata kalau mereka masih hidup. Mereka selalu bilang kalau mereka masih hidup, mereka tidak boleh mati dan bertanya kenapa mereka mati. Kita selalu mendengar hal seperti itu.”


Man Wol memarahi Chan Seong karena bukannya menjual lukisan malah membawa tamu tak diinginkan. Chan Seong balik marah. Bukankah Man Wol bilang  tempat ini untuk menenangkan roh. Jadi kenapa tidak membantunya?

“Dia bilangnya tubuhnya dicuri.”
“Kalau itu benar, kita harus mengembalikannya. Kau membawa roh dari seseorang yang masih hidup.”

Chan Seong bingung. Jadi tubuhnya keliaran tanpa roh? Astaga..Chan Seong polos banget. Kata Man Wol tubuh Yu Na pasti diambil roh lain.

Yu Na palsu ada di sekolah. Ternyata siswi yang jatuh adalah teman sekelas Yu Na. Para siswi lain heran melihat “Yu Na” terlihat sedih memegang foto siswi jatuh itu karena Yu Na adalah orang yang paling banyak mem-bully-nya.


Man Wol dan Chan Seong pergi ke rumah Yu Na. Ternyata Yu Na berasal dari keluarga kaya  dan anak satu-satunya. Sangat kaya malah. Chan Seong bertanya apa Man Wol akan membuat orangtua Yu Na membayar untuk mengembalikan tubuh anaknya.

Chan Seong sudah tidak heran lagi. Ia berkata mereka harus mencaritahu kenapa ini terjadi. Tapi Man Wol sudah tahu. Semuanya karena kalung milik siswi yang mengambil alih tubuh Yu Na. Rohnya tinggal dalam kalung lalu mengambi alih tubuhnya. Chan Seong bertanya kenapa seorang teman melakukan hal seperti itu?

Tidak usah banyak tanya, kata Man Wol. Mereka hanya perlu mendapatkan tubuh Yu Na kembali. Pada saat yang sama Yu Na palsu pulang sekolah. Ia langsung kabur ketika melihat mereka. Chan Seong lari mengejarnya. Sementara Man Wol masuk ke dalam rumah.

“Yu Na” sampai di jembatan tempat ia meninggal. Ia hendak menjatuhkan diri agar Yu Na juga meninggal. Tapi Chan Seong menghentikannya.

“Ini bukan tubuhmu. Kenapa kau melakukan hal seperti ini pada temanmu?”


Siswi itu berkata Yu Na bukanlah temannya. Yu Na yang membunuhnya. Chan Seong terkejut.

Siswi itu bernama Jeong Su Jeong dan menjadi korban bully Yu Na. Pada malam ia meninggal di jembatan itu, Yu Na mengambil paksa kalungnya. Su Jeong adalah siswi penerima bantuan sosial dan Yu Na menuduhnya menggunakan uang itu untuk membeli kalung bukannya beli makanan. Menyebutnya menyia-nyiakan uang pajak.

Su Jeong berusaha mengambil kembali kalungnya dan tak sengaja mendorong Yu Na. Yu Na marah. Ia menyerang Su Jeong hingga terjatuh dari jembatan. Su Jeong berkata ia tidak ingat apapun setelah jatuh. Ketika ia sadar, ia sudah berada dalam tubuh Yu Na dengan kalungnya di tangannya,

“Apa kau ke sini untuk mengembalikan tubuh Yu Na? Ia yang membunuhku!”
Chan Seong jadi bingung.


Sementara itu roh Yu Na memberitahu Man Wol di mana kalung Su Jeong. Man Wol mengambilnya dan berkata roh Su Jeong tidak akan lenyap dengan mudah. Yu Na berkata cukup beritahu orangtuanya dan mereka akan melakukan apapun untuknya.

“Tentu saja. Mereka yang sudah membuatmu,” kata Man Wol penuh arti.

Man Wol menemui orangtua Yu Na dan memberitahu mereka kalau Yu Na sudah membunuh temannya yang diberitakan bunuh diri di jembatan. Buktinya adalah kalung di tangannya. Orangtua Yu Na tidak nampak kaget. Mereka bertanya apa yang Man Wol inginkan. Man Wol datang untuk mendapatkan hadiah.


Su Jeong bertanya apakah salah jika ia membunuh Yu Na. Chan Seong berkata mereka akan mencari cara lain. Tapi Su Jeong berkata dengan cara apapun ia tidak bisa kembali hidup.

“Aku juga ingin hidup! Meski mereka menyebutku parasit, aku tetap ingin hidup.”

Ia tidak bisa membiarkan Yu Na kembali ke tubuhnya dan hidup seolah tak terjadi apapun. Chan Seong sangat bingung. Ia akhirnya memutuskan untuk mengambil kembali kalung itu dan Su Jeong tetap hidup dalam tubuh Yu Na.

Tapi ketika ia menoleh ia melihat Man Wol sudah menunggunya. Ia berlari pada Man Wol dan berkata mereka belum bisa membiarkan Yu Na kembali ke tubuhnya. Akan sangat tidak adil bagi Su Jeong. Man Wol berkata ia sudah mengembalikan kalung itu pada orangtua Yu Na. Su Jeong nampak pasrah.


Di rumah Yu Na, orangtua Yu Na hendak membakar kalung Su Jeong.  Man Wol memberitahu mereka ada dua cara untuk membayar perbuatan Yu Na. Pertama, kalung itu dijadikan bukti untuk membuktikan kesalahan Yu Na dan menghukumnya.Mereka juga harus meminta maaf pada Su Jeong. Kedua, mereka bisa merahasiakan semua ini dan menyingkirkan kalung itu.

Mereka tidak perlu berpikir lama untuk memutuskan. Mereka akan membayar sebanyak apapun agar kalung itu diserahkan pada mereka secara diam-diam. Man Wol tersenyum dan berkata mereka akan membayar mahal untuk keputusan mereka ini. Roh Yu Na tersenyum puas.

Ia mengantar Man Wol keluar rumah dan berkata semuanya akan kembali seperti biasa. Man Wol mengiyakan. Begitu kalung itu lenyap, tidak ada yang tahu Yu Na membunuh Su Jeong.

“Sudah kukatakan dendamnya sangat kuat, bukan? Begitu kalung itu dibakar, kesempatanmu untuk dimaafkan olehnya pun akan lenyap.”

“Tidak masalah,” jawab Yu Na.

Tentu saja masalah, kata Man Wol tertawa. Karena Yu Na tidak akan bisa kembali ke tubuhnya. Roh Yu Na akan lenyap tanpa ada seorangpun yang tahu. Yu Na terkejut. Ia langsung masuk kembali ke rumah.

Orangtua Yu Na menganggap semua sudah berlalu toh gadis itu sudah tiada lalu membakar kalung itu. Sedangkan Yu Na mereka bisa lanjut hidup dengan baik. Mereka akan menganggap semua tidak pernah terjadi. Tapi mereka teringat pada perkataan terakhir Man Wol sebelum pergi.

“Kalian harus tahu bahwa pilihan yang kalian buat akan membunuh jiwa puteri kalian.”

Yu Na berteriak agar orangtuanya mengambil kalung itu sebelum terbakar. Tapi tentu saja mereka tidak mendengar sekeras apapun teriakannya. Dan rohnya terbakar seiring dengan terbakarnya kalung tersebut.

Su Jeong benar-benar hidup dalam tubuh Yu Na sekarang meski sebagai parasit. Man Wol berkata ia harus berusaha bangkit lagi. Meski Su Jeong sekarang benar-benar menjadi parasit dalam tubuh Yu Na, setidaknya ia hidup dalam keluarga yang bergelimang emas. Ia akan dimanjakan orangtua Yu Na tanpa tahu kalau Yu Na bukanlah puteri mereka.


Man Wol mendapat bayaran emas sebagai ganti kalung itu. Chan Seong masih merasa kasihan pada roh Yu Na. Tapi Man Wol berkata itu akibat perbuatannya sendiri. Chan Seong jadi teringat perkataan Bartender Kim.

“Apa kau juga sedang membayar akibat perbuatanmu? Kudengar kau sedang dihukum.”

“Benar,” kata Man Wol setelah terdiam sejenak. “Seseorang mengatakan kalau aku arogan dan bodoh. Meski aku tidak setuju.”

Ia bertanya apa Chan Seong sekarang merendahkannya. Tidak, katanya. Hanya saja ada kalanya...sangat jarang...ia merasa bersimpati pada Man Wol.

Tapi yang diberi simpati malah sibuk marah-marah karena pesanan mobilnya dibatalkan. Ia menelepon dealer mobil dan membentak-bentak mereka.

Sekembalinya ke hotel, Hyun Jeong membawa Chan Seong ke gudang anggur. Ia berkata Man Wol banyak minum champaign jika sedang marah. Jadi Manajer No selalu menyiapkannya untuknya. Chan Seong berkata ia tidak tahu pekerjaannya termasuk menyediakan minuman.

“Kau tidak beruntung. Kau sebenarnya di urutan ketiga tapi jadi manajer kami. Kami juga tidak tahu kau akan datang,” kata Hyun Jeong.

Apa maksudnya aku urutan ketiga, tanya Chan Seong kaget. Upsss....Hyun Jeong ember ;D
Melihat Chan Seong kesal, Hyun Jeong berkata Chan Seong sudah jadi pemenangnya. Ia menyerahkan kotak champaign. Di atas kotak itu ada simbol yang tidak asing. Lingkaran dengan lengkung di tengah. Simbol Man Wol yang dilihatnya pada botol arak di mimpinya. Hyun Jeong berkata semua benda dengan lambang itu artinya milik Man Wol.


Chan Seong membawa kotak itu ke kantor Man Wol. Di sana ada ibu Choi yang sedang merapikan meja. Ia bertanya apa Ibu Choi tahu seperti apa Man Wol ketika masih hidup dan apa artinya ia sedang dihukum.

“Kau hanya pengunjung yang lewat. Seperti mereka yang singgah selama bertahun-tahun, anggap saja kau hanya berkunjung sebentar dan tinggalkan tempat ini secepat keinginanmu,” kata Ibu Choi tanpa mau memberitahu.

Chan Seong mengamati lukisan dan foto-foto Man Wol dari berbagai jaman dengan lebih dekat. Ia bertanya-tanya kenapa Man Wol hidup begitu lama seperti ini. Ia juga melihat lukisan sebuah pohon dan bertanya apakah itu pohonnya.


Ia pergi ke taman dan menemukan Pohon Bulan. Man Wol tiba dan bertanya apa yang Chan Seong lakukan di sini. Chan Seong berkata Man Wol tidak memperlihatkan taman padanya jadi ia datang untuk melihat.

“Tamu tidak bisa ke sini. Jadi kau tidak perlu melihatnya.”

Chan Seong bertanya apakah itu pohonnya. Pohon yang disentuh ayahnya. Alasan kenapa ia dijual di sini. Man Wol membenarkan, karena itu Chan Seong juga ikut membayarnya (dengan bekerja di Del Luna.

“Tapi kudengar tidak harus aku. Aku cuma urutan ketiga. Tadinya kukira harus aku. Kau bilang kau menyukaiku jadi aku membuat keputusan besar untuk datang ke sini. Tapi aku di sini menggantikan nomor 1 dan 2,” gerutu Chan Seong. Ha...kok kesannya Chan Seong malah pengen jadi nomor 1 XD
“Siapa bilang kau urutan ke-3?”

“Masih ada lagi sebelum aku?” tanya Chan Seong kaget.
“Kau urutan ke nol. Harus kau orangnya,” jawab Man Wol serius.

Chan Seong terdiam. Yeee...dalam hati jangan-jangan senang^^


Man Wol menawarkan segelas minuman untuk Chan Seong sebagai hadiah karena mau menjual lukisan Gunung Baekdu. Chan Seong bertanya apa harimau itu sudah melihat apa yang ingin dilihatnya. Mungkin saja, kata Man Wol, karena harimau itu pergi dengan tenang.

“Ia melihat masa lalunya seperti mimpi, waktu di mana ia tidak bisa kembali. Ia cukup beruntung.”
“Aku yakin ada hal-hal yang kaurindukan di masa lalu...tempat kau tidak bisa kembali. Kurasa aku melihatnya. Sudah kubilang aku melihatmu dalam mimpi,” kata Chan Seong.

Tadinya Man Wol tidak menanggapi dengan serius. Tapi kemudian Chan Seong berkata ia melihat Man Wol tersenyum di bawah sebuah pohon besar. Lalu ada seseorang berkata akan membuatkan Man Wol rumah. Ketika itu Man Wol menanggapi dengan kata-kata pedas tapi terlihat bahagia. Ia juga melihat Man Wol minum pada malam bulan purnama diiringi alunan musik dan suara tawa. Man Wol tidak sendirian tapi ada seseorang di sisinya. Orang yang mengajari cara menuliskan nama Man Wol.

“Apakah orang itu yang paling kaurindukan selama kau tinggal di sini?”


Man Wol terguncang.

“Kau....Kau benar-benar melihat orang itu?”

Chan Seong berkata selama ini Man Wol terus menanti orang itu. Man Wol bertanya kenapa Chan Seong bisa melihat semua itu. Chan Seong juga tidak tahu.

“Jang Man Wol-sshi, setelah aku mulai melihatmu dalam mimpiku..aku banyak memikirkanmu. Maksudku adalah kau mengisi seluruh malam dan mimpiku.”


Komentar:

Awww...Chan Seong jujur banget....

Tapi apakah benar yang dinanti Man Wol adalah Cheong Myung? Aku bisa merasakan Man Wol mulai jatuh hati pada Cheong Myung di malam ia mengajar menuliskan namanya. Welll...siapa yang tidak akan jatuh hati dengan senyum semanis itu ;p

Sebenarnya lebih gemes melihat  kisah masa lalu Man Wol sih...penasaran apa yang terjadi pada mereka bertiga hingga Man Wol dihukum seperti ini. Dan apa hubungannya dengan Chan Seong hingga ia bisa bermimpi demikian? Apa hanya karena Dewa Mago memilihnya? Dan lagi apa yang ditunggu Dewa Mago untuk melepaskan hukumannya?

Aku senang dengan cara Man Wol menyelesaikan masalah Su Jeong dan Yu Na. Ia memberikan mereka kesempatan untuk memperbaiki kesalahan tapi mereka memilih hal yang salah hingga harus membayar mahal. Dapat emas banyak lagi hehe...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)