Kamis, 14 Desember 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 30

snap-00188

Jae Chan menjemput Hong Joo yang baru saja keluar dari rumah sakit. Bukan hanya itu, ia juga sudah meminta polisi untuk melindungi Hong Joo karena ia saksi penting. Siapa tahu Yoo Bum mengincarnya lagi.

Tak perlu menebak siapa polisi yang dihubunginya. Jae Chan bertanya apa Woo Tak satu-satunya polisi di daerah ini. Begitu kebetulan. Woo Tak tersenyum dan berkata ia juga terkejut mendapat tugas ini. Kebetulan sekali.

“Kebetulan apanya,” sergah Kyung Han. “Entah Jaksa Jung yang meminta kita atau Letnan Han yang mengajukan diri.”

Jae Chan berkata ia tidak pernah meminta hal itu. Woo Tak balas berkata ia juga tidak mengajukan diri. Kyung Han berkata salah satu dari mereka pasti sedang pura-pura untuk membodohi mereka. Menurutku keduanya pura-pura. Jae Chan memang meminta Woo Tak sekaligus Woo Tak memang mengajukan diri.

snap-00150snap-00153

Jae Chan kembali ke kantor untuk mempersiapkan persidangan. Jaksa Lee mengamatinya dan bertanya bagaimana Jae Chan bisa setenang itu padahal Hong Joo hampir mati. Jika terjadi pada dirinya, ia pasti sudah mendatangi Yoo Bum dan paling tidak menarik kerah bajunya.

“Apa aku terlihat tenang?” tanya Jae Chan. “Aku sama sekali tidak tenang. Aku sangat marah. Setiap saat aku membayangkan aku menarik kerahnya, membentaknya dan memukulinya.”

Ternyata Jae Chan pernah bermimpi ia memukuli Yoo Bum dan akhirnya ia dikeluarkan dari kasus itu oleh Pak Park.

Jae Chan berkata melampiaskan kemarahannya seperti itu hanya akan berakibat buruk. Ia akan dikeluarkan dari kasus itu dan tidak bisa melakukan apapun. Ia juga akan dilarang mendekat. Semuanya akan hancur.

Karena itu ia menahan kemarahannya. Rahanya sampai sakit setiap pagi karena menggertakkan gigi kuat-kuat pada malam hari. Jaksa Lee berkata ia punya pelindung mulut.

“Kenapa kau baru mengatakannya sekarang? Besok bawa ya,” kata Jae Chan.

Jaksa Lee mengiyakan sambil mengeluh semua miliknya sekarang jadi milik Jae Chan juga. Sama seperti mobilnya.

snap-00159snap-00161

Ada yang bermimpi dalam persidangan Pak Choi ditanyai Pengacara Ko mengenai tulisan tangannya pada dokumen bukti kasus pembunuhan berantai. Lalu Hong Joo diminta membaca sesuatu olehnya. Hong Joo berkata Woo Tak tak boleh membuat kesalahan.

Hingga akhirnya Woo Tak ditanyai Jae Chan mengenai warna payung. Dan Woo Tak mengakui kalau ia tidak bisa membedakan warna dalam persidangan itu.

Ternyata itu mimpi Woo Tak. Ia terbangun dan bertanya apa yang harus ia lakukan. Karena sepertinya kesaksiannya akan menghancurkan semuanya.

snap-00169snap-00173

Hari persidangan pertama. Jaksa Lee dan Jae Chan memasuki gedung. Jaksa Lee menyuh Jae Chan rileks karena hari ini mereka hanya menyusuri daftar bukti. Di dalam mereka melihat Yoo Bum dan Pengacara Ko sudah tiba.

Pengacara Ko menyalami mereka dan meminta mereka bersikap lunak hari ini. Ia memuji Jaksa Lee sudah menyelidiki semuamya dengan teliti.

“Kalau begitu jangan terlalu banyak tidak menyetujui bukti-vukti tersebut. Itu akan menyulitkan kedua belah pihak,” kata Jaksa Lee.

Pengacara Ko setuju. Ia juga tidak suka persidangan yang lama.

Yoo Bum tersenyum sinis meremehkan Jae Chan. Namun Jae Chan tidak terpengaruh dan tetap tenang.

Lain di mulut, lain di tindakan. Karena dalam sidang itu, Pengacara Ko banyak tidak menyetujui bukti yang diajukan jaksa. Termasuk bukti pernyataan Hong Joo, Pak Choi, dan Woo Tak. Artinya mereka bertiga harus hadir dalam persidangan untuk ditanyai langsung oleh pengacara dan jaksa.

Jaksa Lee dan Jae Chan tahu Pengacara Ko berniat mengempaskan kredibiltas ketiga orang tersebut dalam persidangan. Ini akan menjadi persidangan yang panjang.

snap-00294snap-00297

Jae Chan mengajak Woo Tak minum bersamanya dan Hong Joo. Sebagai rasa terima kasihnya karena sudah mengawal Hong Joo beberapa hari ini. Woo Tak bergurau Jae Chan selalu pelit saat mengungkapkan rasa terima kasih.

“Tidak, dia cukup ekspresif denganku,” kata Hong Joo.

Layar ponsel Woo Tak menyala. Hong Joo melihat homescreen ponsel Woo Tak adalah bayangan 2 orang pria dan wanita. Si wanita seperti bersandar pada Woo Tak.

“Siapa ini?” kata Hong Joo.

Woo Tak gugup an tak tahu bagaimana menjawabnya.

“Astaga, pasti dia kan? Kecenganmu, benar kan?”

“Benarkah? Ini bayangan wanita yang kausukai?” tanya Jae Chan.

snap-00178snap-00179

Woo Tak terpaksa mengiyakan. Hong Joo berkata wanita itu pasti cantik, berwajah polos dan pintar.

“Apa kau sedang membicarakan dirimu sendiri?” tanya Jae Chan.

“Bukan, orang ini,” Hong Joo menunjuk foto itu.

Bagaimana bisa kau mengetahuinya hanya dengan melihat bayangannya, sergah Jae Chan. Hong Joo berkata ia jelas bisa melihatnya dan berkata ada yang salah dengan mata Jae Chan., Lalu ia menjauh untuk mengangkat telepon dari Du Hyun.

“Dia itu tidak bisa mengomeliku. Dia bahkan tidak tahu kalau itu adalah bayangannya,” gerutu Jae Chan pada Woo Tak.

Woo Tak tertawa dan berkata Jae Chan rupanya sudah tahu. Jae Chan balas berkata Woo Tak sebenarnya sudah tahu kalau ia tahu. Woo Tak tersenyum membenarkan lalu menunduk.

Melihat itu Jae Chan tersenyum dan berkata mereka sebaiknya tidak canggung satu sama lain.

“Aku akan berpura-pura tidak tahu, jadi mari tetap berteman.”

“Kau sangat pengertian. Kalau begitu apa sekarang kita bisa bercakap-cakap seperti teman (menggunakan banmal)?”

“Tidak, aku tidak sepengertian itu.”

Hong Joo bergabung kembali dengan mereka. Ia berkata besok akan banyak reporter yang datang di persidangan. Ia berharap ia tidak membuat kesalahan. Woo Tak berkata ia sangat gugup.

“Kau tidak mungkin lebih gugup daripadaku. Aku merasa sakit jantung,” kata Jae Chan.

Namun ketiganya tidak membiarkan rasa gugup itu menguasai mereka. Mereka tertawa dan bercanda bersama.

snap-00185snap-00186

“Kemarin...hari ini...dan besok... Kami terbiasa menjalani setiap hari seperti hari-hari lainnya. Tapi sebuah hari yang khusus akan dimulai...”

Yoo Bum menjemput Pak Choi untuk pergi ke persidangan bersama. Dengan berat hati Pak Choi mengiyakan.

“Untuk beberapa orang, hari ini akan membawa kegembiraan....atau kemarahan...”

Seung Won menemani Dae Gu di persidangan. Du Hyun dan para reporter lain sedang bersiap.

“Dan beberapa orang akan mengingat hari ini sebagai hari sedih untuk waktu yang lama.”

Woo Tak mengenakan seragam polisi formalnya untuk bersaksi di persidangan.

Seseorang mengirim pesan pada Jaksa Lee bahwa hari ini adalah hari yang penting dan ia akan hadir untuk mendukungnya. Dari siapa ayo?^^

“Di penghujung hari, kita akan mendengar kata-kata terakhir seseorang: Jangan menangis...Salahkan dirimu, sebentar saja. Tapi jangan lupakan apa yang terjadi...”

snap-00192snap-00194

Saat berjalan menuju gedung sidang, Jaksa Lee dan Jae Chan berpapasan dengan Pak Choi dan Yoo Bum. Pak Choi membungkuk pada Jae Chan. Lalu ia pergi lebih dulu bersama Jaksa Lee.

“Cobolah rileks. Orang akan berpikir kau tersangkanya, dan aku jaksanya,” kata Yoo Bum. Ia berkata Jae Chan tidak perlu mempersulit persidangan. Jawabannya sudah jelas jika Jae Chan berpikir hal yang masuk akal.

“Pengacara berkomplot dengan pembunuh berantai untuk membunuh seorang reporter....atau pembunuh berantai berusaha membunuh pengacara dan reporter. Mana yang lebih masuk akal bagimu?”

“Kurasa pernyataan kami akan lebih masuk akal,” jawab Jae Chan.

“Benarkah? Aku penasaran pihak mana yang lebih kredibel menurut hakim.”

“Aku juga penasaran. Siapa yang akan lebih dipercayai hakim kali ini,” kata Jae Chan tenang.

Dan Yoo Bum tidak nampak seyakin tadi.

snap-00196snap-00199

Hong Joo dan Woo Tak tiba di ruang sidang. Hong Joo menghampiri Pak Choi dan menyapanya. Pak Choi menanyakan keadaannya. Hong Joo berkata ia sudah benar-benar pulih., Ia meraih tangan Pak Choi dan menggenggamnya dengan hangat.

“Lama tak bertemu, Ahjusshi.”

Pak Choi tercekat dan mengangguk sambil menggenggam tangan Hong Joo.

“Aku benar-benar ingin bertemu lagi dengan Ahjusshi,” kata Hong Joo.

“Aku juga.”

Jae Chan melihat keduanya lalu tersenyum. Sederhana banget tapi kok jadi pengen nangis ya T_T

snap-00203snap-00207

Sidang dimulai. Pak Choi menjadi saksi pertama yang ditanyai oleh Pengacara Ko. Menurut Pengacara Ko, jaksa menuduh Yoo Bum membunuh Ha Ju Won untuk menutupi kalau ia sudah memalsukan bukti saat menangani kasus pembunuhan infus. Karena itu kunci kasus ini adalah apakah Yoo Bum memalsukan bukti atau tidak.

Ia bertanya apakah Pak Choi setuju kalau bukti 3 botol obat Vecaron dalam kasus pembunuhan infus merupakan bukti yang dimanipulasi. Masalahnya Pak Choi yang menambahkan bukti ketiga botol tersebut. Sebenarnya apa yang terjadi?

Pak Choi menceritakan kalau ia membuat daftar bukti yang ditemukan lalu menelitinya kembali saat kembali ke kantor dengan membandingkan bukti nyata yang mereka temukan. Dan ketiga botol itu tadinya tidak ada namun ia mengira ia memang terlewat memasukkan bukti tersebut.

Pak Choi menunjukkan daftar bukti itu dan bertanya tulisan tangan siapakah itu. Pak Choi mengakui itu tulisan tangannya. Woo Tak mulai merasa semua ini seperti mimpinya.

snap-00212snap-00215

Pengacara Ko berkata Pak Choi yang menyelidiki dan menahan barang bukti, lalu membuat daftarnya. Dan Pak Choi juga yang menambahkan ketiga botol tersebut dalam daftar.

“Jadi menurut pendapat saksi, siapa yang seharusnya dicurigai pertama kali karena memalsukan bukti?”

Jaksa Lee protes pada hakim kalau pertanyaan itu tidak tepat karena berdasarkan asumsi. Tapi Hakim memperbolehkan pertanyaan tersebut. Meski begitu Pak Choi juga berhak menolak menjawab pertanyaan tersebut. Pak Choi memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan itu. Akibatnya orang-orang akan beranggapan kalau Pak Choi yang memalsukan bukti.

Giliran Jae Chan. Ia bertanya di mana pengecekan kembali daftar bukti itu dilakukan. Di kantor lama Yoo Bum. Jae Chan meminta Pak Choi menyebutkan nama orang-orang yang membantunya mengecek daftar tersebut. Selain ia dan Yoo Bum, ada satu orang lagi yang membantu mereka.

Jadi hanya ada tiga orang dan tiga orang itu yang berpeluang memalsukan bukti. Namun hanya satu dari tiga orang yang menerima penghargaan dari Jaksa Agung akibat selesainya kasus ini. Hanya Yoo Bum yang menerimanya.

Jae Chan bertanya kenapa hanya Yoo Bum yang menerima penghargaan itu. Pak Choi berkata karena ia dan temannya hanya penyidik. Semua tanggungjawab dan kehormatan ditujukan pada jaksa.

Jae Chan bertanya kapan Yoo Bum mendapat tawaran dari Firma Hukum Hae Kwang. Sesudah menerima penghargaan tersebut. Lalu apakah Pak Choi menerima penghargaan atau hadiah apapun? Tidak.

Mengapa Jae Chan menanyakan pertanyaan-pertanyaan itu? Ia berkata dari ketiga orang yang mungkin memalsukan bukti, siapa pelakunya bisa ditemukan dengan mengajukan sebuah pertanyaan. Siapa dari mereka bertiga yang diuntungkan dari pemalsuan bukti itu? Siapa yang paling diuntungkan?

Pak Choi mengerti. Ia menunjuk Yoo Bum.

“Pengacara Lee Yoo Bum.”

Tidak ada pertanyaan lagi.

snap-00229snap-00230

Berikutnya giliran Hong Joo.

Jaksa Lee berkata hal terpenting untuk menentukan apakah Yoo Bum melakukan pembelaan diri atau pembunuhan adalah bagaimana Hong Joo bisa sampai di atap.

“Pengacara berkeras Ha Ju Won menggendongmu di punggungnya. Apa kau ingat apa yang terjadi?”

Hong Joo berkata ia ingat apa yang terjadi, bahwa Yoo Bum lah yang telah menggendongnya ke atap. Jaksa Lee berkata Yoo Bum tidak bisa menggendong Hong Joo karena diberi obat.

“Tidak. Ia tidak di bawah pengaruh obat apapun hingga kami di atap.”

Jaksa Lee bertanya kenapa Hong Joo bisa seyakin itu. Hong Joo berkata saat di atap, ia melihat dua orang memegang payung. Ia jelas melihat mereka memegang payung. Jika Ha Ju Won menggendongnya seperti yang dikatakan Yoo Bum, dia tidak mungkin bisa membawa payung juga.

“Jika terdakwa berada di bawah pengaruh obat, dia tidak akan terpikir untuk membawa dua payung. Kedua payung itu bisa dijelaskan jika dia dalam keadaan sadar. Dia pasti membawaku ke atap dan Ha Ju Won mengikutinya dengan membawa dua payung.”

Jaksa Lee berkata Yoo Bum berkeras ia tidak bisa melakukannya karena diberi obat yang sama seperti yang diminum Hong Joo. Dan obat itu juga ditemukan dalam hasil tes darah Yoo Bum.

“Dia mungkin memakannya setelah membunuh Ha Ju Won. Agar bisa menyatakan kalau itu adalah pembelaan diri.”

Jaksa Son heran Pengacara Ko tenang-tenang saja mendengar pernyataan Hong Joo padahal pernyataan itu baru asumsi Hong Joo. Apa itu artinya mereka mengakui asumsi Hong Joo?

snap-00234snap-00236

Jaksa Lee berkata menurut Hong Joo Ha Ju Won membawa dua buah payung. Untuk apa ia melakukannya?

“Kurasa itu menunjukkan kalau ia bermaksud meninggalkan tempat itu bersama terdakwa,” kata Hong Joo. Artinya Ha Ju Won tidak memiliki niat untuk membunuh Yoo Bum seperti yang dinyatakan Yoo Bum.

“Dengan kata lain terdakwa mendorong Ha Ju Won dan membunuhnya padahal Ha Ju Won tidak berniat membunuhnya. Itu bukan pembelaan diri. Itu pembunuh,” kata Hong Joo berapi-api.

Giliran Pengacara Ko menanyai Hong Joo. Ia mengeluarkan botol obat berisi obat yang sama dengan yang disuntikkan pada Hong Joo dan dimakan Yoo Bum. Ia menyuruh Hong Joo membacakan efek samping obat tersebut dengan alasan penglihatannya kurang baik karena ia sudah tua.

Woo Tak ingat ia melihat hal ini dalam mimpinya dan ia mulai tertekan karena jika seperti ini maka berikutnya ia yang harus maju jadi saksi.

Hong Joo mulai membaca lalu terdiam selama beberapa saat. Namun ia meneruskan membaca.

“Dilaporkan ada kemungkin bermcam-macam efek samping termasuk pikiran tidak normal dan perubahan perilaku. Efek samping yang dilaporkan termasuk halusinasi visual, halusinasi pendengaran, dan perubahan kepribadian. Jadi menurut Anda, saya berhalusinasi?” kata Hong Joo marah.

Pengacara Ko berkata ia tidak mengatakan seperti itu. Ia hanya menyatakan efek samping yang mungkin terjadi. Hong Joo berkata ia tidak mengalami efek samping tersebut pada saat itu.

“Kebanyakan orang yang mengalami efek samping seperti itu akan mengatakan hal yang sama. Bahwa mereka baik-baik saja,” kata Pengacara K.

Hong Joo terlihat sangat kesal.

snap-00241snap-00244

Jaksa Son berkata ternyata ini sebabnya Pengacara Ko tadi tidak menyatakan keberatan mereka atas asumsi Hong Joo. Mereka berniat menghancurkan kredibilitas pernyataan Hong Joo.

Hong Joo berkata ia ingat jelas apa yang terjadi. Ia ingat Yoo Bum membopongnya ke atap. Lalu Yoo Bum memegang payung dan bersekongkol dengan Ha Ju Won untuk membunuhnya.

Tapi Pengacara Ko berkata semua ingatan itu adalah setelah Hong Joo diberi obat tersebut 9obat yang dimasukkan dalam kopi oleh Yoo Bum). Jae Chan bangkit berdiri dan berakta bukan hanya Hong Joo yang minum obat itu.

Jika kesaksian Hong Joo dianulir karena obat itu maka semua pernyataan Yoo Bum juga harus dianulir karena ia di bawah pengaruh obat yang sama.

“Dia menyatakan kalau ia berusaha menyelamatkan nyawa Nona Nam dan mendorong Ha Ju Won karena Ha Ju Won menyerangnya. Ia berkeras kalau itu pembelaan diri tapi semua itu mungkin saja efek halusinasi dari obat tersebut.” Yes!!

Saking marahnya, Hong Joo sampai meneteskan air mata. Seung Won tersenyum lega. Pak Choi melihat Jae Chan dengan bangga.

Jae Chan kembali duduk dan mengangguk pada Hong Joo untuk menenangkannya. Kyung Han berkata kesaksian Woo Tak akan menjadi kunci penyelesaikan kasus ini. Woo Tak sangat gugup dan gelisah.

snap-00247snap-00249

Para jaksa mengadakan rapat singkat sebelum sidang dilanjutkan. Jaksa Son khawatir kesaksian Woo Tak akan dipatahkan juga oleh pihak lawan. Jaksa Lee protes kenapa Jaksa Son berkata seperti itu.

Hee Min berkata itu tidak akan terjadi karena mereka memiliki bukti kedua payung yang sudah dipastikan ada sidik jari Yoo Bum dan Ha Ju Won. Menurutnya Woo Tak bahkan tidak perlu bersaksi.

Masalahnya kedua payung itu ditemukan di taman depan gedung, bukan di atap. Hee Min berkata itu pasti karena angin. Hari itu sangat berangin. Tapi Pak Park berkata itu tidak bisa dibuktikan. Pihak lawan bisa saja mengatakan kalau mereka memang meninggalkan payung itu di lantai dasar. Mereka memerlukan saksi yang menyatakan melihat kedua payung itu di atap.

Jae Chan menenangkan mereka kalau Woo Tak adalah seorang polisi dan juga orang yang pertama tiba di TKP. Ia pasti bisa bersaksi.

snap-00258snap-00261

Padahal Woo Tak sedang sangat kebingungan. Sidang akan dimulai 15 menit lagi. Apa yang akan ia lakukan? Yoo Bum akan lepas jika ia melakukan kesalahan.

Hong Joo berlari menghampirinya.

“Woo Tak, kau tidak tahu warna payung-payung itu kan? Dengar baik-baik. Satu berwarna hijau, satu lagi merah. Mereka akan menanyakan seperti apa payung-payung itu. Jika kau tidak bisa menjawabnya, mereka akan tahu kau buta warna dan kau harus meninggalkan kepolisian. Jadi ingatlah, payung yang panjang berwarna hijau, yang dilipat berwarna merah.”

Woo Tak tertegun. Ia bertanya bagaimana Hong Joo bisa tahu. Hong Joo berkata itu tidak penting sekarang.

“Pokoknya kau tidak boleh membuat kesalahan, mengerti?”

snap-00266snap-00269

Woo Tak hanya menatapnya. Hong Joo menggeleng. Ia berkata lupakan yang ia katakan. Ia menyuruh Woo Tak berbohong dengan mengatakan ia sakit dan pulang. Pengacara itu pasti akan terus menanyai Woo Tak dan akhirnya Woo Tak menyerah hingga buta warnanya ketahuan.

“Kau pergi saja sekarang. Aku akan mengatakan pada mereka kalau kau pingsan.”

“Lee Yoo Bum mungkin akan dibebaskan,” kata Woo Tak.

Hong Joo berkata itu tidak penting. Woo Tak tidak bisa meninggalkan kepolisian. Ia tahu Woo Tak tidak ingin meninggalkan kepolisian. Jika kondisi Woo Tak yang sebenarnya ketahuan, Woo Tak harus menyerahkan segalanya.

“Jadi pergilah saat tidak ada siapapun. Aku akan menjelaskannya nanti pada Jae Chan. Jadi kau sebaiknya....”

Woo Tak menarik Hong Joo dalam pelukannya. Hong Joo terkejut.

snap-00273snap-00276

“Aku tidak akan melarikan diri. Aku tidak akan membuat kesalahan. Jangan khawatir,” katanya pelan.

Maka ia berdiri di ruang sidang dan mengucapkan sumpahnya sebagai seorang saksi. Kyung Han dan Hong Joo nampak mencemaskannya.

snap-00278snap-00280

Epilog:

Woo Tak melihat Hong Joo sendirian menunggu bisa. Jae Chan sedang kembali ke rumah karena ponselnya ketinggalan. Mereka menunggu bis bersama. Saat menoleh, Woo Tak melihat bayangannya dan bayangan Hong Joo. Diam-diam Woo Tak mengambil ponselnya dan memotret bayangan mereka berdua di mana bayangan Hong Joo seperti sedang bersandar padanya. Aaaaa....Woo Tak :’(

snap-00284snap-00285

Komentar:

Antara sedih dan senang melihat episode ini. Senang karena banyak Woo Tak nya, sedih karena cinta Woo Tak yang bertepuk sebelah tangan. Tapi melegakan karena persahabatan mereka sudah sangat teruji melewati bayang-bayang maut. Ketiganya sudah gantian masuk rumah sakit kan ;p

Bagi seorang yang lurus seperti Woo Tak, memang rasanya tidak masuk akal jika ia sampai menghindari memberi kesaksian. Tapi bagaimana jika kesaksiannya yang membuat Yoo Bum bebas? Seandainya ia memilih tidak bersaksi, bukankah Yoo Bum juga mungkin dibebaskan?

Menurutku yang paling janggal sebenarnya kenapa Hong Joo repot-repot dibawa ke atap di saat hujan. Jika Ha Ju Won memang berniat membunuh keduanya seperti pernyataan Yoo Bum, toh keduanya sudah diberi obat (menurut versi Yoo Bum). Tinggal disuntik keduanya...beres. Repot banget ya Ha Ju Won harus menggendong Hong Joo ke atap ;p

Lebih masuk akal Yoo Bum yang menggendong Hong Joo ke atap karena ia memang berniat menjatuhkan Ha Ju Won dari sana. Menurutku sih ya lebih sederhana seperti itu hahaha XD

Tapi aku apresiasi banget sih sidangnya karena menunjukkan kepintaran Jae Chan dan Hong Joo dalam menghadapi persidangan itu^^

Kamis, 07 Desember 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 29

snap-00120

Woo Tak segera menelepon kantor pusat agar mengirim ambulans dan polisi ke kantor Yoo Bum. Kyung Han bertanya apa orang yang menelepon Woo Tak adalah orang yang bisa dipercaya. Ya, jawab Woo Tak. Mereka harus tiba di lokasi dalam waktu 5 menit.

Sementara itu Jae Chan meminta sopir taksi agar lebih cepat.

Ha Ju Won, pelaku pembunuhan berantai dengan suntik infus, menyuntikkan obat pada Hong Joo. Ia berkata obat itu akan melumpuhkan semua otot Hong Joo hingga Hong Joo tidak bisa bernafas dan mati pelan-pelan dalam waktu 5 menit, seakan tertidur.

Hong Joo bertanya jam berapa sekarang dan di mana dirinya sekarang. Ju Won memberitahunya.

“Jam setengah sebelas di atap kantor Firma Hukum Hae Kwang.”

“Jae Chan, kau dengar itu? Kau mendengarnya, kan?” kata Hong Joo lirih. Lalu ia memejamkan matanya.

Yoo Bum diam-diam mengeluarkan sebotol obat lalu mengeluarkan satu dari antaranya dan memakannya.

Terdengar suara sirine mobil polisi mendekati gedung. Ju Won terkejut, sementara Yoo Bum tersenyum licik.

snap-00006snap-00014

Woo Tak dan Kyung Han tiba di kantor Yoo Bum. Tapi lift tidak jalan karena sedang ada pemadaman listrik. Satpam memberitahu di mana letak tangga darurat.

Ju Won berkata Yoo Bum terlihat menakutkan seakan hendak membunuhnya. Yoo Bum dengan enteng mengatakan ia memang akan melakukannya. Ju Won tidak percaya Yoo Bum akan menjadi pembunuh.

“Tidak. Tentu saja tidak. Aku hanya membersihkan sampah. Kau berusaha membunuh reporter itu dan juga membunuhku. Aku membunuhmu saat berusaha menghentikanmu. Dengan kata lain aku melakukannya sebagai pembelaan diri. Aku akan dinyatakn tidak bersalah. Kau sendiri yang menasihatiku agar menyelesaikannya dengan baik dan memastikan semuanya menang. Ini jawaban yang kutemukan.”

Dalam sekejap, Yoo Bum menyerang Ju Won.

snap-00019snap-00021

Woo Tak akhirnya menemukan tangga darurat dan berlari ke atap. Setibanya di sana, ia melihat Yoo Bum sedang menggendong Hong Joo. Ia segera mengambil alih dan membopong Hong Joo. Sementara Yoo Bum terhuyung-huyung mengikutinya karena obat yang diminumnya mulai bekerja. Saat Kyung Han menanyakan keadaannya, ia berkata ia tidak apa-apa dan memintanya mendahulukan Hong Joo.

Jae Chan baru tiba ketika Woo Tak sampai di lantai dasar. Jae Chan meminta Woo Tak membaringkan Hong Joo di lantai dan memanggil paramedis dengan alat pernafasan. Dari mimpi, ia sudah tahu Hong Joo tidak bisa bernafas karena paru-parunya dilumpuhkan.

Ia memohon agar Hong Joo bertahan dan memberikan nafas buatan. Sama seperti yang dilakukan Hong Joo padanya 13 tahun lalu.

snap-00024snap-00026

Yoo Bum sadarkan diri di rumah sakit. Dua orang detektif polisi sudah menantinya. Mereka bertanya apa yang terjadi. Yoo Bum berkata ia bertemu dengan Hong Joo di kantornya untuk wawancara. Mereka minum kopi bersama. Tapi ia tiba-tiba merasa lemah.

“Seseorang pasti menaruh semacam obat di dalamnya,” katanya.

Ia merasa pusing tapi ia melihat Ha Ju Won membawa Hong Joo keluar dari kantornya. Ia berusaha menghentikannya tapi ia tidak bisa bergerak karena obat.

“Ha Ju Won adalah wanita yang tewas karena jatuh, bukan?” tanya si detektif.

Yoo Bum membenarkan. Ia berkata Ju Won datang menemuinya sebelumnya dan mengaku sebagai pembunuh berantai sebenarnya. Ia datang untuk berkonsultasi.

“Aku menyarankan agar ia menyerahkan diri, tapi ia menolaknya. Kurasa ia melihatku bertemu dengan Nona Nam dan mengira aku membocorkan informasi pada media.”

Detektif bertanya apa itu sebabnya Ju Won menaruh obat dalam kopi Yoo Bum. Yoo Bum berkata itulah yang ia duga. Saat itu ia tidak memiliki kekuatan untuk bergerak tapi ia tidak sepenuhnya tidak sadar. Ia pikir ia harus menghentikan Ju Won membunuh orang lagi, jadi ia dengan susah payah mengikuti ke atap.

“Tapi Ha Ju Won sudah lebih dulu menyuntikkan obat pada Nona Nam. Aku ingin menghentikannya tapi aku tidak bisa bergerak karena obat itu. Lalu Ha Ju Won menyerangku. Kami berkelahi saat aku berusaha menghentikannya. Aku tak sengaja mendorongnya dan ia terjatuh.”

“Lalu kau pingsan saat kau berusaha menolong Nona Nam,” sambung detektif.

Yoo Bum terlihat menyesal dan berkata seandainya ia tidak diberi obat, ia pasti bisa menyelamatkan nyawa Hong Joo.

“Jangan khawatir. Ia baik-baik saja,” kata detektif itu.

Yoo Bum terkejut. Hong Joo masih hidup? Bukankah obat itu dapat membunuh orang hanya dalam waktu 5 menit? Detektif itu berkata ini memang sebuah keajaiban. Satu menit saja terlambat, Hong Joo bisa meninggal.

“Jaksa Jung Jae Chan menyelamatkan nyawanya dengan terus menerus memberikan nafas buatan.”

Yoo Bum terkejut Jae Chan datang ke lokasi. Para detektif itu berkata Hong Joo sangat beruntung. Yoo Bum membenarkan, meski ia sebenarnya sangat kecewa. Kedua detektif itu tidak melihatnya, tapi Woo Tak melihatnya.

snap-00035snap-00043

Dokter memberitahu ibu Hong Joo dan Jae Chan kalau Hong Joo sudah melewati masa kritisnya. Tapi ia tidak bisa memastikan kapan Hong Joo akan sadarkan diri. Karena tidak bernafas selama beberapa waktu, otaknya sempat tidak terpasok oksigen selama beberapa saat. Dan itu bisa menyebabkan trauma secara psikologis juga. Saat ini mereka tidak bisa memastikan apapun.

Ibu Hong Joo hampir jatuh lemas. Jae Chan menopangnya dan meminta maaf karena tidak menyelamatkan Hong Joo lebih cepat. Ibu berkata Jae Chan tidak boleh mengatakan hal seperti itu. Ia malah berterimakasih karena Jae Chan menyelamatkan nyawa Hong Joo.

Ia membelai Hong Joo dan berusaha menenangkan dirinya sendiri. Ia berkata Hong Joo pasti akan sadar seakan tidak pernah terjadi sesuatu.

snap-00053snap-00054

Saat Jae Chan sendirian, Woo Tak menghampirinya dan menanyakan keadaan Hong Joo. Jae Chan memberitahunya apa yang dikatakan oleh dokter.

Woo Tak memberitahu Jae Chan mengenai apa yang dikatakan Yoo Bum pada para detektif. Bahwa ia melakukan pembelaan diri dalam peristiwa itu. Jae Chan marah dan bertanya di mana Yoo Bum sekarang. Woo Tak berusaha menghentikannya.

Tapi kedatangan Pak Choi lah yang menghentikan Jae Chan. Ini pertamakalinya mereka bertemu setelah ia tahu Pak Choi adalah ahjusshi polisi anak buah ayahnya.

“Kenapa Bapak pergi begitu tiba-tiba? Kenapa pada saat seperti ini? Bapak meninggalkanku sendirian,” ia tak bisa lagi menahan tangisnya. Pak Choi memeluknya.

“Maafkan aku, Jaksa Jung.”

Jae Chan menangis tersedu-sedu dalam pelukannya.

snap-00057snap-00061

Mereka berdua berbicara di taman. Jae Chan sudah tenang sekarang. Ia berkata tidak ada yang tahu Pak Choi mengundurkan diri jadi anggap saja Pak Choi sedang cuti. Tapi Pak Choi berkata ia tidak akan kembali. Ia akan bekerja di kantor Yoo Bum. Jae Chan tak mengerti mengapa Pak Choi memutuskan bekerja pada Yoo Bum.

Pak Choi bercerita dulu adiknya melarikan diri dari wajib militer dengan membawa senjata. Setiap kali adiknya menelepon mengeluh tidak tahan dan ingin keluar, ia selalu mengatakan semua orang menjalani wamil dan bertahan. Bahwa pengalaman itu akan membuatnya lebih dewasa.

“Aku hanya memarahinya seperti itu dan tidak benar-benar mendengarkannya. Aku merasa bersalah. Aku merasa buruk karena tidak pernah mendengarkannya. Jadi ketika ia menemuiku setelah melarikan diri, membujuknya untuk menyerahkan diri bukanlah hal pertama yang muncul dalam pikiranku. Aku pikir ia pasti lapar, jadi prioritasku adalah memberinya makanan.”

Pak Choi ketika itu memborong makanan dan kembali ke tempat ia terakhir bertemu dengan adiknya. Namun adiknya sudah tidak ada. Lalu ia mendengar adiknya menembak komandannya sendiri dan menyebabkan kematian orang lain.

“Aku ingin membunuh diriku sendiri. Aku berpikir aku sudah menjadi komplotan.”

snap-00067snap-00068

Jae Chan marah dan bertanya kenapa Pak Choi baru mengatakannya sekarang. Pak Choi memiliki banyak waktu, bahkan bisa memberitahunya saat mereka pertama kali bertemu. Sekarang lalu apa? Apa Pak Choi menginginkan ia memaafkannya? Atau ingin ia membencinya?

“Tidak keduanya. Kau bertanya kenapa aku pergi ke Firma Hukum Hae Kwang. Aku menjawab pertanyaanmu. Aku tidak ingin lagi menjadi komplotan. Aku tidak boleh lagi mengabaikan kesalahan seperti yang kulakukan dulu. Karena itu aku keluar. Tidak ada alasan lain.”

Ia menasihati Jae Chan agar tidak bertindak ceroboh. Pergi menemui Yoo Bum sekarang untuk menanyainya adalah tindakan ceroboh. Dan sikap seperti itu tidak akan menghasilkan apapun.

“Sekarang pilihlah. Pukul dia sekarang dan dikeluarkan dari penyelidikan dan proses hukum atau menahan diri sekarang agar kau bisa memberinya pukulan yang pantas melalui penyelidikan dan sidang nanti?”

Jae Chan menahan tangis dan berusaha meredam emosinya. Pak Choi mengusap air matanya seperti seorang ayah pada anaknya.

snap-00074snap-00078

Jae Chan bertanya bagaimana Pak Choi tahu ia akan ada di sana. Ia berkata sesuatu memberitahunya bahwa Jae Chan akan dikeluarkan dan tidak bisa melakukan apapun jika saat ini menemui Yoo Bum dan membuat keributan. Ia berkata ia cukup peka.

Jae Chan menatapnya. Menyadari kalau Pak Choi bermimpi juga seperti mereka. Karena itu ketika Pak Choi bertanya apakah Jae Chan menganggapnya omong kosong, ia berkata ia tidak menganggapnya omong kosong. Ia berjanji tidak akan bertindak ceroboh.

“Bagus. Itulah yang harus kau lakukan sebagai putera Komandan Jung. Aku benar-benar ingin bertemu denganmu lagi, putera Komandan Jung,” Pak Choi membelai kepala Jae Chan dan memeluknya sambil menangis.

Hong Joo yang masih tak sadarkan diri, meneteskan air mata. Apa ia melihat pertemuan ini dalam mimpinya?

snap-00082snap-00084

Para jaksa rapat membicarakan peristiwa yang baru saja terjadi. Kasus pembakaran trailer selesai dengan Ha Ju Won sebagai tersangka utamanya. Bukti CCTV di pom bensin dan jejak sepatu di TKP adalah bukti kuat. Tapi karena ia sudah tewas, maka kasus ditutup.

Kasus pembunuhan berantai dengan suntikan juga dipastikan Ha Ju Won pelakunya. Semua korban yang terjadi setelah ayah Dae Gu ditangkap, juga semua korban sebelumnya, dirawat di bangsal yang sama dengannya. Hasil penggeledahan ke rumahnya juga ditemukan suntikan dan botol obat-obatan yang digunakan dalam kasus tersebut. Tapi karena ia sudah tewas, maka ia tidak bisa dituntut lagi.

Bagaimana dengan kasus pemalsuan bukti?

Yoo Bum sengaja datang ke minimarket tempat Dae Gu bekerja paruh waktu. Untung Seung Won ada di sana menemani Dae Gu. Ia berkata Ha Ju Won yang sudah memanipulasi bukti.

“Jadi maksudmu dia yang memfitnah ayahnya sebagai pembunuh, bukan kau?” kata Seung Won kesal.

snap-00089snap-00090

Yoo Bum berkata seingatnya obat-obatan itu ditemukan di kantor ayah Dae Gu. Kantor itu ada di dalam rumah sakit, jadi Ha Ju Won memiliki akses ke kantor itu sebagai salah satu pasien ayah Dae Gu. Masuk akal, bukan?

“Masuk akal,” Dae Gu mengakui, “Begitu mudahnya bagimu membuat teori seperti itu. Lalu kenapa dulu sangat sulit? Kenapa kau tidak memikirkannya pada saat itu?”

Yoo Bum menghela nafas panjang lalu berlutut. Orang-orang yang melihat dari luar, heboh membicarakannya dan merekamnya.

“Maafkan aku. Sebagai seorang jaksa, aku seharusnya tidak berhenti mencurigainya. Aku hanya tidak berpikir kenapa seseorang bisa begitu rapi dan licik. Ini semua salahku.”

“Kalau begitu kau harus bertanggungjawab. Kau bilang itu salahmu,” kata Seung Won. Maksudnya Yoo Bum sendiri yang harus mengakui kalau ia salah menuduh ayah Dae Gu.

“Aku ingin bertanggungjawab. Tapi membuat kesalahan semacam itu, tidaklah dianggap tidak sah,” katanya berbisik.

Dae Gu marah dan melompat menyerang Yoo Bum. Untung Seung Won menghentikannya. Dae Gu berteriak histeris meminta Yoo Bum mengembalikan ayahnya. Yoo Bum tersenyum licik.

snap-00095snap-00096

Kematian Ha Ju Won menutup sejumlah kasus karena pada akhirnya semua disimpulkan dengan ia sebagai pelakunya.

Jae Chan mendapat pesan dari ibu Hong Joo kalau Hong Joo sudah sadar. Ia segera meminta ijin. Begitu tahu alasannya, Pak Park dan yang lainnya langsung menyuruh Jae Chan pergi.

Setelah Jae Chan pergi, Pak Park mengusulkan agar Jaksa Lee bekerjasama dengan Jae Chan menangani kasus Yoo Bum. Jaksa Son dengar pengacara yang akan membela Yoo Bum adalah Pengacara Ko, CEO Firma Hukum Hae Kwang, bos Yoo Bum sendiri.

“Kau tidak akan bisa menanganinya sendirian,” kata Jaksa Son.

Jaksa Lee tiba-tiba tertawa membuat semua orang kaget. Ia berkata Pengacara Ko tetap saja hanya seorang pengacara, tidak ada bedanya.

“Karena beliau, permintaan kita untuk menahan Lee Yoo Bum ditolak. Ia bahkan tidak ditahan untuk investigasi pembunuhan. Bukankah itu mengesankan?”

“Benar, jelas itu sebabnya gajinya berdigit 8,” Pak Park menambahkan.

Jaksa Lee terkejut. Hee Min berkata pendapatannya sekita 27 juta won per hari (kalau rupiah lebih dari 270 juta...per hari). Hehe...kok jadi inget pengacara yang belakangan ini beken karena “kemewahan”nya ya^^

“Meski ia hanya bekerja 4 hari dalam setahun, pendapatannya tetap lebih banyak darimu.”

Jaksa Lee setuju bekerjasama dengan Jae Chan setelah mendengar semua itu.

snap-00104snap-00105

Jae Chan tiba di ICU tapi sekarang bukan jam besuk. Begitu melihat seorang perawat ia memohon agar ia diijinkan masuk sebentar saja. Ia hanya ingin melihat wajah Hong Joo lalu pergi. Tapi perawat tidak mengijinkannya dan menyuruhnya kembali pada jam besuk berikutnya.

“Kumohon. Aku hanya ingin memastikan ia baik-baik saja.”

“Aku baik-baik saja,” terdengar suara Hong Joo.

Jae Chan menoleh. Hong Joo sedang duduk meski ia masih diinfus. Jae Chan bertanya apakah Hong Joo benar baik-baik saja dan bisa mengenalinya. Tentu saja, kata Hong Joo. Ia bahkan tahu Jae Chan berusaha sekuatnya untuk menyelamatkannya.

“Aku mendengar semuanya. Semua yang kaukatakan.”

Jae Chan menarik nafas lega dan mengangkat Hong Joo. Hong Joo berterimakasih karena Jae Chan sudah menyingkirkan mimpi buruknya selama ini...yaitu mimpi tentang kematiannya.

snap-00107snap-00117

Mereka berjalan di taman. Hong Joo berkata ia sudah tidak apa-apa dan akan segera pindah ke bangsal umum. Jae Chan bertanya bagaimana Hong Joo tahu ia akan terlamabt dan menunggunya di luar ICU. Apa Hong Joo bermimpi lagi?

Hong Joo berkata ia terus bermimpi tentang Jae Chan saat ia tak sadarkan diri. Karena itu ia tahu garis besar kasus yang terjadi dan omong kosong yang dikatakan Yoo Bum.

“Aku juga tahu tentang Pak Choi. Ia adalah ahjusshi polisi itu. Aku melihatmu menangis dalam mimpiku.”

Ia meraih tangan Jae Chan dan berkata ia juga menangis bersamanya.

snap-00118snap-00123

Pak Choi resmi bekerja di kantor Yoo Bum. Sesuai janji, ia mendapat kantor sendiri juga kartu kredit perusahaan. Lalu ia memberitahu Yoo Bum kalau Hong Joo sudah sadar.

Yoo Bum tertegun.

“Ia sadarkan diri?”

“Ada apa? Bukankah itu kabar baik?” tanya Pak Choi.

Yoo Bum berkata tentu saja itu kabar baik. Pengacara Ko bergabung dengan mereka dan berkata tentu saja itu kabar baik. Mereka mendapat tambahan satu sekutu lagi sekarang. Sama seperti orang lain, ia mengira Yoo Bum benar-benar berusaha menyelamatkan Hong Joo pada malam itu.

snap-00128snap-00129

Yoo Bum dan Pengacara Ko kembali ke kantor Yoo Bum. Pengacara Ko menyuruh Yoo Bum merencanakan makan malam bersama Hong Joo karena ia di pihak mereka. Mereka harus mengatur apa yang akan mereka katakan di sidang.

Dengan terbata-bata Yoo Bum berkata Hong Joo mungkin tidak berpihak pada mereka. Pengacara Ko heran, bukankah Yoo Bum sudah menyelamatkannya. Tapi Yoo Bum berkata Hong Joo mungkin salah paham padanya.

Pengacara Ko bisa melihat ada yang disembunyikan Yoo Bum. Ia berkata ia sudah lama tidak muncul di sidang dan tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri. Ia bertanya apa yang membuat Hong Joo salah paham. Yoo Bum terdiam. Ragu untuk mengatakannya.

“Begini, Pengacara Lee. Apa kau pikir aku menawarkan diri untuk membelamu karena aku menyukaimu? Apa kau pikir aku mengambil kasus ini demi uang secuil? Aku tidak ingin tahu kau orang seperti apa. Aku bahkan tidak mempercayaimu. Entah kau sengaja membunuhnya atau tidak, bukan masalah bagiku. Aku hanya tidak suka nama firmaku tercoreng.”

Pengacara Ko berkata Yoo Bum harus memberitahu semuanya agar ia bisa menyelesaikannya atau menutupinya.

“Jadi katakan padaku sekarang. Kesalahpahaman apa yang mungkin terjadi?”

“Pak...sebenarnya....”

snap-00140snap-00142

Komentar:

Akhirnya mengerti kenapa Pak Choi merasa bersalah atas kematian orangtua Jae Chan dan Hong Joo. Ia sebenarnya memiliki kesempatan untuk menghentikan adiknya. Tapi susah juga ya...mana terpikir kalau adiknya akan menembaki orang seperti itu >,<

Tapi lagi-lagi tidak terjawab apakah Pak Choi sudah tahu sejak awal Jae Chan bergabung di kejaksaan atau baru-baru ini pada peristiwa kebakaran trailer itu. Karena jika sudah tahu sejak awal, ia seharusnya muncul saat Jae Chan juga hendak dilukai akibat kasus atlet panahan. Setidaknya pertemuan mereka mengharukan, karena selama ini Jae Chan kehilangan figur ayah dan sekarang Pak Choi mengisinya.

Aku sebenarnya sangat ingin tahu lebih banyak mengenai Yoo Bum. Tapi sayang ia hanya diperlihatkan sebagai seorang oportunis dan egois tulen yang sanggup melakukan cara apapun demi dirinya sendiri. Psikopat berdasi kalau boleh dibilang. Karena ia tidak menggunakan tangannya untuk membunuh tapi ia membiarkan orang lain dibunuh. Pada akhirnya ia juga membunuh.