Kamis, 01 Desember 2016

Sinopsis Legend of The Blue Sea Episode 5

snap-00014

Dam Ryeong mengalahkan ketiga orang berpakaian hitam yang hendak menangkap Se Hwa. Ia dan Se Hwa melarikan diri. Anak buah Bangsawan Yang yang lain mengejar mereka.

Dam Ryeong memastikan Se Hwa tidak terluka.

“Aku merindukanmu,” katanya. Se Hwa menatapnya dengan perasaan yang sama.

Dam Ryeong tidak melepaskan genggamannya ketika mereka berjalan bersama. Se Hwa berhenti untuk melihat bunga-bunga putih kecil yang cantik. Dam Ryeong berkata semua bunga di dunia memiliki arti tersendiri. Ia bertanya apakah Se Hwa tahu arti bunga tersebut. Apa, tanya Se Hwa.

“Sesuatu yang kaumiliki tapi tidak kumiliki....yaitu kenangan.”

snap-00012snap-00015

Mereka kembali ke desa bersama. Pada malam hari Dam Ryeong membawa Se Hwa ke kediamannya. Se Hwa sempat menoleh karena mendengar puteri duyung lain memanggilnya dari lautan yang luas. Tapi akhirnya ia mengikuti Dam Ryeong masuk ke dalam.

Sayangnya mereka terlihat oleh anak buah Bangsawan Yang yang langsung melaporkan mereka. Bangsawan Yang senang karena rencananya berjalan lancar. Puteri duyung sudah masuk ke desa mereka, sekarang tinggal menunggu terjadinya berncana agar rakyat semakin percaya pada rumor yang mereka sebar.

Kebetulan pada saat itu ada seorang pedagang yang marah pada Bangsawan Yang karena sudah menahan kapal mereka dan memaksa mereka menginap di penginapan Bangsawan Yang dengan mahal, tapi juga harus berjanji untuk memberikan hak monopoli barang-barang mereka pada Bangsawan Yang. Ia berkata ini perampokan namanya dan akan memberitahu semua orang mengenai kebusukan Bangsawan Yang.

snap-00027snap-00040

Keesokan harinya pedagang tersebut ditemukan tewas di pinggir pantai. Hasil pemeriksaan menunjukkan pada jasad pedagang tersebut tidak ditemukan tanda pemukulan, pencekikan, maupun tanda keracunan. Juga tidak ada riwayat penuyakit sebelumnya.

Salah satu pejabat desa memberitahu Dam Ryeong kalau beredar rumor bahwa kutukan puteri duyung yang menyebabkan kematian pedagang tersebut dan rakyat ketakutan. Ia menyarankan agar penyelidikan segera diselesaikan dan mayat itu segera dikubur untuk meredam kepanikan rakyat.

Tapi Dam Ryeong berkata belum jelas apakah kasus ini disebabkan oleh kutukan puteri duyung atau rencana yang dirancang seseorang untuk memanfaatkan rasa takut masyarakat. Ia akan mengungkap kebenarannya dan sampai saat itu tiba mayat korban tidak akan dikubur. Ia memerintahkan para pejabat dan tabib menyelidiki kasus ini sebaik-baiknya.

snap-00050snap-00051

Gundik Bangsawan Yang, Hong Nan, mendatangi kantor Dam Ryeong dengan membawa seorang shaman dan diikuti beberapa penduduk. Ia berkata shaman tersebut mengatakan ada puteri duyung jahat yang bersembunyi di kantor kepala desa. Ia mendesak untuk menggeledah kantor Dam Ryeong.

Pengurus kediaman Dam Ryeong menolak karena Dam Ryeong tidak ada di tempat. Tapi ia gemetar ketakutan saat Hong Nan berbisik mengancam akan membunuhnya.

Seorang pengawal berlari melapor pada Dam Ryeong. Dam Ryeong langsung memacu kudanya meninggalkan si pengawal yang malang. Pengawal tersebut mengomel Dam Ryeong tidak tahu berterimakasih.

Se Hwa sedang menunggu di kantor Dam Ryeong. Ia menatap keramik bergambar seorang pria berpakaian modern bersama puteri duyung....yup, keramik yang sedang diteliti Shi Ah. Ia teringat Dam Ryeong memperlihatkan keramik itu padanya semalam.

snap-00057snap-00065

Dam Ryeong bercerita kalau ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia hidup dalam dunia yang aneh dan Se Hwa juga ada di sana. Ia menggambar dirinya dan Se Hwa dari apa yang ia lihat dalam mimpinya.

“Apakah ini hanya mimpi atau khayalan, atau apakah aku melihat masa depan dunia lain, aku tidak tahu. Tapi satu hal yang pasti, semua yang terjadi sekarang juga terjadi pada masa itu. Sungguh aneh bahwa takdir ini terulang kembali.”

Hong Nan dan para pengikutnya menerobos masuk kantor Dam Ryeong membawa sebuah ember berisi air. Ia ingin mengungkap wujud Se Hwa sebenarnya. Sementara Dam Ryeong terus berpacu untuk menyelamatkan Se Hwa. Se Hwa menoleh saat mendengar pintu dibuka.

snap-00068snap-00070

Dan di masa kini, Joon Jae memacu mobilnya menerobos pos pemeriksaan. Ma Dae Young berkata pada Shim Chung kalau ia datang untuk bertanya-tanya mengenai kasus pembunuhan di rumah sebelah dan ingin masuk sebentar. Shim Chung dengan polos memberikan jalan.

Untunglah Joon Jae tiba tepat pada waktunya. Dae Young menutupi wajahnya dengan payung hingga hanya sebagian kecil wajahnya yang terlihat. Joon Jae bertanya beginikah caranya polisi melakukan penyelidikan. Setahunya hal ini biasanya dilakukan oleh 2 orang dalam 1 kelompok, tidak sendirian. Ia meminta Dae Young memperlihatkan kartu pengenal polisi. Ia tambah curiga melihat Dae Young tidak membawa walkie talkie.

“Apa kau benar-benar polisi?”

Dae Young tersenyum lebar. Lalu ia berlari kabur begitu melihat 2 polisi betulan menghampiri. Joon Jae memberitahu mereka mengenai Dae Young yang mencurigakan. Tapi bagi kedua polisi itu Joon Jae lebih mencurigakan karena menerobos pos pemeriksaan. Ha...salah satunya adalah si pengawal Dam Ryeong yang malang.

snap-00083snap-00087

Joon Jae berbohong ia mendengar ada kasus pembunuhan di sekitar sini jadi ia mengkhawatirkan kekasihnya yang sendirian di rumah.

“Kekasihku mudah takut.”

“Iya, kau mudah takut.”

“Aku?” tanya Shim Chung.

Polisi itu meminta Joon Jae memperlihatkan KTPnya. Joon Jae menyerahkan salah satu kartu penyamarannya. Ia melihat Detektif Hong di depan pagar rumahnya. Ia cepat-cepat berdiri membelakangi agar wajahnya tidak terlihat. Meski begitu Detektif Hong merasa familiar dengan postur Joon Jae dan mulai berjalan mendekati.

Untunglah walkie talkienya menyala memberi informasi ada seseorang yang melihat Ma Dae Young di Oksoo-dong. Detektif Hong langsung pergi setelah mendengar laporan tersebut. Padahal informasi itu adalah informasi palsu yang dilaporkan Nam Doo pada polisi untuk menyelamatkan Joon Jae.

snap-00096snap-00102

Polisi yang memeriksa Joon Jae berhasil mengkonfirmasi alamat dan nama Joon Jae. Tapi karena Joon Jae sudah melanggar aturan, ia didenda. Dengan galak ia berkata Joon Jae harus membayar denda itu dalam waktu 60 hari. Joon Jae mengiyakan dengan patuh.

“Ayo kita masuk. Kau pasti sangat terkejut, kan?” ia merangkul Shim Chung.

“Tidak, aku tidak terkejut,” kata Chung polos.

“Tidak, kau sangat terkejut. Ayo kita masuk,” Joon Jae menggiring Chung masuk ke dalam.

Polisi tadi melihat mereka dengan heran. Ia bertanya di mana ia pernah melihat Joon Jae. Ia tidak mengenal Joon Jae tapi anehnya ia tidak menyukainya.

“Kau tahu rasanya ketika kau bertemu dengan seseorang untuk pertama kalinya tapi entah untuk alasan apa kau tidak menyukainya.”

snap-00112snap-00115

Di dalam, Chung melihat ada luka di tangan Joon Jae. Ia terlihat khawatir dan bertanya apa luka itu sakit. Joon Jae sejenak terdiam melihat kekhawatiran Chung. Ia menarik tangannya lalu menegurnya karena membuka pintu sembarangan.

“Aku membukanya karena manusia yang datang. Bukan hiu, tapi manusia,” kata Chung.

“Untuk apa hiu datang ke sini?” sergah Joon Jae. “Dan lagi manusia lebih berbahaya dari hiu. Dalam setahun kurang dari 5 hiu yang membunuh manusia, tapi ada puluhan ribu manusia yang membunuh hiu. Jadi siapa yang lebih berbahaya?”

“Manusia?”

Joon Jae membenarkan, begitulah berbahayanya manusia. Ia berkata Chung tidak boleh membuka pintu untuk orang yang tidak dikenal. Tapi Chung kembali mengkhawatirkan luka di tangan Joon Jae.

Joon Jae menepis tangan Chung dan mengingatkannya untuk melindungi diri sendiri sebelum melindungi orang lain. Mengkhawatirkan diri sendiri lebih dulu sebelum mengkhawatirkan orang lain. Ia menatap Chung yang menunduk dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri sebenarnya apa yang ia lakukan.

“Aku benar-benar aneh beberapa hari ini.” Ia menghempaskan dirinya di sofa.

snap-00126snap-00127

Chung merasa Joon Jae sudah selesai memarahinya. Ia mendekatinya lalu berkata ia penasaran akan sesuatu.

“Ke mana orang-orang kecil di dalam sana pergi?” tanyanya sambil menunjuk TV. “Apa mereka di dalam sini? Tidak bisakah kau menyuruh mereka keluar?”

Joon Jae tertawa. Chung memperagakan drama yang tadi ia tonton. Drama itu berakhir dengan kalimat “sampai nanti”. Padahal ia benar-benar penasaran lanjutannya.

Joon Jae bertanya apa Chung benar-benar penasaran. Ia akan menanyakan langsung pada mereka. Chung bersemangat dan bertanya apa Joon Jae mengenal mereka.

“Tentu saja aku mengenal mereka. Mereka membayar sewa untuk tinggal di rumahku. Mereka tingga di dalam sana, kan?” katanya menunjuk TV.

snap-00143snap-00144

Lalu ia menelepon Nam Doo. Chung berusaha mendekatkan diri ke ponsel Joon Jae untuk menguping. Joon Jae pura-pura menjadi pemilik rumah yang memarahi “orang dalam TV” karena pergi begitu saja tanpa menyelesaikan perkataan mereka. Sementara Nam Doo tidak mengerti sama sekali apa yang dikatakan Joon Jae. Lagian kenapa telepon Nam Doo segala ya, kan tinggal puter nomor acak juga Chung tidak akan tahu ;p

Joon Jae pura-pura sudah mengetahui jawabannya lalu menutup telepon. Ia berkata Shim Chung harus lebih dulu mengatakan bagaimana mereka bertemu di Spanyol dan apa yang terjadi dan kenapa ia tidak ingat apapun. Barulah ia akan memberitahu chung lanjutan drama itu.

“Tidak bisakah kau saja yang memberikan jawabannya?” tanya Chung penuh harap.

“Tentu saja tidak. Di dunia ini aturannya adalah Give (beri and Take(terima). Bagaimana bisa ada Take jika tidak ada Give?”

“Walau tidak ada Give, tidak bisakah hanya ada Take?” tanya Chung.

Joon Jae berkata dunia tidak bekerja seperti itu. Chung menyerah dan berkata ia akan menunggu “sampai nanti” saja.

“Aku pintar menunggu.”

snap-00152snap-00173

Joon Jae frustrasi karena rencananya lagi-lagi gagal. Ia tak sengaja duduk lebih dekat dengan Chung membuatnya terdiam sesaat. Chung tersipu malu.

“Kau mungkin pintar menunggu, tapi aku tidak. Aku tidak bisa menunggu. Jadi dengar baik-baik. Bagimu, ‘nanti’ itu besok. Jika kau tidak mengatakan apapun sampai besok, kau harus pergi.”

Joon Jae pergi meninggalkan Shim Chung yang termangu. Ia terlihat tak enak hati dengan kerasnya kata-katanya barusan, tapi ia menahan diri.

snap-00179snap-00182

Nyonya Kang menelepon Dae Young dan menanyakan kasus pembunuhan itu. Dae Young menyangkal ia pelakunya. Nyonya Kang memarahinya agar tidak membuat keadaan bertambah rumit. Dae Young hanya harus melakukan apa yang ia suruh karena Dae Young sendiri tahu kartu apa yang ia pegang.

Chi Hyun kebetulan lewat dan mendengar ibunya sedang berbicara dengan seseorang di telepon. Ia terkejut mendengar ibunya menanyakan apakah orang itu sudah menemukan Joon Jae dan meminta orang itu mengirimkan alamat Joon Jae melalui sms.

Dengan berpikir cepat, Chi Hyun memanggil ibunya dan meminta dibuatkan makanan. Ibunya menaruh ponselnya dan pergi ke dapur. Chi Hyun cepat-cepat mengambil ponsel ibunya. Ketika ada pesan masuk, ia menekan password dan membaca alamat Joon Jae. Ia mengingat alamat tersebut.

snap-00187snap-00193

Kemudian ia masuk ke dapur dan berkata ponsel ibunya tadi berbunyi. Nyonya Kang hendak meraih ponselnya tapi Chi Hyun pura-pura tak sengaja menjatuhkan ponsel ibunya ke dalam baskom berisi air. Nyonya Kang kaget dan menegur puteranya karena tidak hati-hati. Ia membuka ponselnya namun ponsel itu sudah rusak.

Chi Hyun meminta maaf. Ia bertanya kenapa ibunya tidak membeli ponsel baru dan masih memakai ponsel model lama. Ia berkata ia akan membelikan model terbaru untuk ibunya.

snap-00194snap-00199

Joon Jae berbaring dan siap tidur ketika tiba-tiba pintu kamar plafon terbuka dan juntaian rambut panjang muncul dari sana. Joon Jae tersentak kaget.

“Kau melihatku?” tanya Chung. “Jangan pedulikan aku. Aku hanya ingin melihatmu.”

Tapi melihat hanya kepala Chung yang nongol dari atas membuat Joon Jae memalingkan wajahnya dan menyuuruh Chung masuk. Chung masuk lalu keluar lagi.

“Kenapa teman-temanmu belum pulang?”

“Mereka tidak pulang malam ini.”

“Jadi hanya ada kita berdua?” Chung terkekeh-kekeh.

“Hei, kau lebih menakutkan bila tertawa seperti itu. Kau tidak mau masuk? Memangnya kau hantu?”

snap-00207snap-00208

Chung malah sengaja mengangguk-anggukkan kepala karena menurutnya menyenangkan. Ia berkata Joon Jae hanya perlu memejamkan mata agar tak bisa melihatnya.

“Ini kan bukan musim film horror! Jika sesuatu terus jatuh dari atas bagaimana aku bisa memejamkan mata?” protes Joon Jae.

“Jadi kau tidak suka aku melakukannya? Jika kau tidak suka, apa sebaiknya aku turun? Baiklah kurasa aku harus turun.” Chung mulai menuruni tangga.

“Turunlah. Turun agar kau bisa pergi. Pergi hari ini atau besok tidak ada bedanya,” ujar Joon Jae.

Chung langsung naik lagi ke atas dan menutup pintu palfon meski ia menyisakan sedikiiiiit untuk mengintip. Joon Jae menyuruhnya menutup rapat-rapat. Chung akhirnya menurut.

Malam itu ia tidak bisa tidur. Ia menghentikan jarum jam yang terus berdetak.

“Andai saja esok hari tidak datang,” gumamnya.

snap-00217snap-00230

Keesokan paginya, Shi Ah datang ke rumah Joon Jae. Chung membuka pintu sedikit dan berkata Joon Jae melarangnya membukakan pintu untuk orang asing. Aku bukan orang asing, kata Shi Ah. Ia mendorong pintu tapi Chung menahannya.

“Bagiku kau orang asing.”

“Memangnya ini rumahmu? Aku ke sini untuk menemui Heo Joon Jae!” Shi Ah terus berusaha mendorong pintu.

Chung melepaskan pegangannya hingga pintu terbuka dan Shi Ah terjerembab di tanah. “Ah begitu ya,” ujarnya cuek. “Ayo masuk, untuk apa kau duduk di bawah seperti itu?”

snap-00246snap-00252

Sambil menggerutu Shi Ah mengikuti Chung masuk ke dalam. Ia bertanya di mana Joon Jae. Chung berkata Joon Jae sedang pergi lari pagi. Shi Ah baru menyadari Nam Doo dan Tae Oh juga tidak ada.

“Mereka belum pulang. Sayangnya...hanya kemarin. Aku berharap untuk selamanya,” Chung memainkan rambutnya.

Shia Ah geram mengetahui Joon Jae dan Chung hanya berdua semalaman. Ia berkata ia dan Joon Jae akan menikah.

“Menikah? Apa itu?

“Menikah itu ketika pria dan wanita hidup bersama, saling mencintai, dan hidup untuk satu sama lain.”

“Ah, maksudmu seperti yang kulakukan bersama Joon Jae sekarang?”

Shi Ah bertambah kesal dan berkata apa yang mereka lakukan bukanlah pernikahan. Lebih tepatnya menjadi parasit. Apa itu parasit? Tanya Chung.

“Menjadi parasit itu mengisap orang lain. Menikah adalah hidup bersama karema kalian saling menginginkan. Itu bedanya. Apa Joon Jae mengajakmu hidup bersama? Tidak, kan? Tinggal di sini seperti ini saat orang lain tidak menginginkannya itu namanya mengisap orang lain. Seperti parasit yang mengisap darah dari manusia.”

“Aku tidak mengisap darah manusia,” ujar Chung terkejut. “Aku tidak mengisap darahnya.”

Mengira Chung sedang mengoloknya, Shi Ah tak tahan lagi dan mengusir Chung agar pergi. Chung menggeram marah. Shi Ah berkata Chung jangan seperti raja parasit dan menunjuk ke pintu menyuruh Chung keluar. Lah dia sendiri apa haknya???

Chung menerjang Shi Ah dan menggigit jarinya. Shi Ah berteriak kesakitan.

snap-00273snap-00278

Mereka berdua duduk bersama setelah Joon Jae pulang dengan keadaan jari Shi Ah diperban. Chung menunduk dalam-dalam.

“Apa kau itu anak anjing gila? Kenapa kau menggigit orang?” Joon Jae memarahi Chung.

“Jangan terlalu keras padanya. Aku tadi menjerit karena aku terkejut, tapi sebenarnya tidak sesakit itu,” kata Shi Ah lembut.

Chung mendelik mendengar kata-kata Shi Ah yang bermuka dua. Joon Jae menegurnya lagi karena mendelik seperti itu.

“Cha Shi Ah mengusirku keluar,” kata Chung dengan suara lembut meniru Shi Ah.

Shi Ah berusaha menjelaskan tapi Joon Jae malah bertanya apa Chung tidak akan pergi. Ia mengingatkan Chung pergi hari ini jika tidak memberitahunya. Shi Ah bertanya apa yang harus diberitahu Chung. Joon Jae tidak mau menjelaskan. Ia mengantar Shi Ah mencari taksi dan menyuruh Chung bersiap pergi.

snap-00286snap-00294

Shi Ah berkata ia akan kembali untuk mengambil mobilnya setelah jarinya sembuh. Ia ingin memberitahu Joon Jae apa yang ia kerjakan akhir-akhir ini. Tapi Joon Jae sama sekali tidak mempedulikannya. Ia memanggilkan taksi lalu menyuruh Shi Ah naik, dan langsung pergi. Shi Ah kecewa karena tidak sempat memperlihatkan gambar dari keramik yang ia teliti.

Bukannya bersiap pergi (lagian apa yang mau disiapin?), Chung malah asyik menonton drama romantis di kamar Joon Jae sambil sibuk makan. Tokoh utama wanita dan pria sedang berkencan di tengah salju.

“Apa kau tahu? Jika kau menyatakan perasaan cintamu pada hari pertama salju turun, maka cinta itu akan menjadi kenyataan.”

“Benarkah? Aku tidak tahu itu. Ternyata begitu ya,” kata Chung.

Saat ada adegan kiss, Chung bersembunyi di balik bungkus makanan, tapi diam-diam ia tersenyum melihat adegan tersebut. Ia langsung naik ke kamar plafon begitu mendengar Joon Jae pulang.

snap-00308snap-00310

Joon Jae pulang dan menggeleng melihat sisa makanan di lantai. Ia melihat adegan kiss yang bertambah hot dan mematikan TV. Chung menyalakan lagi dari plafon akrena ia yang memegang remote. Ia berusaha menguping tapi tidak terdengar suara apa-apa lagi di bawah.

Hanya satu yang bisa membuat Chung keluar dengan sendirinya. Bau makanan. Ia pergi ke balkon dan melihat Joon Jae sedang memanggang sosis. Joon Jae menyuruhnya makan. Chung sangat senang dan meniupi sosis yang panas. Joon Jae menyuruhnya cepat makan.

Setelah selesai makan, Joon Jae menyerahkan sebuah ponsel baru untuk Chung. Chung tidak tahu apa itu ponsel. Joon Jae mengajarinya untuk menekan angka 1 lama hingga suaranya terdengar. Chung mencobanya.

“Jangan menekannya sembarangan. Tekan itu ketika kau berubah pikiran, ketika kau ingin mengatakan semuanya padaku. Kau boleh menekannya hanya pada saat itu.”

Joon Jae juga memberi kartu bis. Ia berkata sekarang Chung boleh pergi.

“Apakah ini “sampai nanti” kita?” tanya Chung.

“Ya, kau berjanji padaku kemarin. Apa kau tahu janji itu untuk apa?”

snap-00327snap-00334

Chung teringat Joon Jae pernah memberitahunya bahwa janji harus ditepati dan ketika ia menjawab benar Joon Jae mengusap kepalanya dengan senang. Tapi kali ini situasinya berbeda.

“Janji untuk ditepati,” jawabnya. Tak ada senyum maupun usapan di kepala.

“Kau tahu itu. Jadi jika tidak ada yang hendak kaukatakan lagi padaku, ambil itu dan pergilah.”

“Kalau begitu kau juga berjanji padaku.”

Untuk apa, kata Joon Jae. Chung mengingatkan prinsip Take and Give. Joon Jae bertanya apa yang harus ia janjikan.

“Biarlah “sampai nanti” kita yang berikutnya di hari pertama salju turun. Karena ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu pada hari pertama salju turun.”

Joon Jae menyuruhnya mengatakan sekarang. Chung malah tersipu. Ia berkata ia tidak bisa mengatakannya sekarang. Dan tempat mereka bertemu berikutnya adalah di Menara Namsan.

Joon Jae tidak mau. Tempat itu sangat ramai pada hari bersalju, belum lagi macetnya. Ia tidak suka pergi keluar pada hari-hari seperti itu.

“Tapi ada sesuatu yang harus kukatakan padamu pada hari itu. Jika kau berjanji padaku, aku akan pergi.”

Akhirnya Joon Jae berjanji. Ia berdiri dan menyuruh Chung pergi. Dengan sedih Chung akhirnya pergi. Di luar ia sempat melihat ke balkon. Joon Jae melihatnya dengan dingin lalu cepat-cepat masuk ke dalam. Chung berjalan pergi.

snap-00345snap-00355

Joon Jae cepat-cepat kembali ke balkon dan memeriksa ponselnya. Ternyata ia sudah menyalakan pelacak GPS pada ponsel Chung. Dengan begitu ia bisa melihat ke mana Chung pergi. Ia bertekad untuk menyelidiki siapa Chung, ke mana ia pergi, dengan siapa ia bertemu, dan kenapa ia di sini.

Ia melihat Chung akhirnya berjalan...ke restoran seafood. Ikan-ikan di akuarium depan restoran seafood langsung panik melihat Chung. Chung berkata ia tidak akan memakan mereka jadi mereka tidak usah takut. Ia mengobrol dengan ikan-ikan itu. Ikan-ikan itu curhat merasa diperlakukan tidak adil.

“Kau merasa tidak adil? Lebih tidak adil dari apa yang kualami? Aku bepergian sejauh ini hanya dengan mataku tertuju pada seorang pria. Aku tidak meminta banyak. Aku hanya ingin hidup dengannya, saling mencintai, dan memndampingi satu sama lain (definisi menikah yang ia dengar dari Shi Ah). Tidak mengisapnya. Aku hanya ingin melakukan itu.”

Pemilik restoran keluar dan bertanya apa ia mau makan di dalam. Chung mengucapkan selamat tinggal pada para ikan itu.

snap-00366snap-00372

Nam Doo dan Tae Oh telah kembali. Mereka memprotes Joon Jae karena mengusir Chung di cuaca sedingin ini.

“Tidak sedingin itu,” sanggah Joon Jae.

Tae Oh langsung menyodorkan berita kalau hari ini adalah hari terdingin musim dingin. Joon Jae berkata tidak mungkin ia mengurus Chung selamanya. Nam Doo mengingatkan Joon Jae sendiri yang kemarin menerobos pos pemeriksaan karena Chung sendirian di rumah.

“Dan sekarang kau mengusir gadis malang itu pada musim dingin yang membekukan seperti ini?”

“Aku melakukannya kemarin karena berbahaya.”

“Bukankah dunia di luar berbahaya? Lebih berbahaya di luar sana!” kata Nam Doo.

Sementara Tae Oh lagi-lagi menyodorkan berita peningkatan kriminalitas pada musim liburan. Joon Jae berkata ia bukan penjaga Chung. Nam Doo membenarkan tapi ia mengingatkan kalau Chung adalah malaikat yang memberi gelang seharga 6 miliar won gratis untuk Joon Jae.

Joon Jae makin merasa tak enak hati. Tae Oh memelototinya sambil cemberut. Joon Jae menjitaknya. Nam Doo berseru Joon Jae yang selalu mengingatkan agar tidak mempersulit orang yang tidak punya apa-apa.

“Chung bukan saja tidak punya apa-apa, tapi ia benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi di sekitarnya!”

snap-00378snap-00382

Joon Jae meninggalkan mereka dan diam-diam mengecek ponselnya untuk mengetahui di mana Chung berada. Ia terkejut melihat Chung bergerak ke Gangnam. Ia segera bergantian pakaian dan memberitahu Nam Do dan Tae Oh ia akan ke Gangnam.

Nam Doo berseru sekarang bukan saatnya untuk ke Gangnam karena ia sudah menemukan target berikutnya. Joon Jae tidak mempedulikannya dan tetap pergi.

Nam Doo menceritakan pada Tae Oh kalau target baru mereka sebenarnya lulusan SMA tapi di mobilnya ditempeli stiker Harvard. Ia juga sangat sensitif dengan sistem sekolah dan lingkungan (pokoknya harus elit). Ia memiliki anjing bernama Oh Baek (500) karena harga anjing itu 5 juta won.

Wanita ini memanipulasi pembukuan suaminya dengan menurunkan penjualan alias menggelapkan uang. Dan ia sedang mencari tempat untuk investasi. Dia adalah korban yang tepat karena uang itu tidak bisa dilaporkan meski dihabiskan.

snap-00388snap-00393

Dan siapa lagi wanita itu kalau bukan Jin Joo. Jin Joo dan Yoo Ran membawa anjingnya ke petshop. Pegawai di sana malah menyapa Yoo Ran sebagai nyonya dan mengacuhkan Jin Joo. Jin Joo mengira itu terjadi karena Yoo Ran memegangi tas mahalnya sementara ia menggendong anjingnya.

Maka ia menyuruh Yoo Ran menggendong anjingnya sementara ia menenteng tas mahalnya. Tapi pegawai lain datang untuk mengambil anjing itu dan memanggil Nyonya pada Yoo Ran. Jin Joo sangat kesal.

Sepulangnya dari petshop, ia membereskan seluruh pakaiannya dan menyuruh Yoo Ran membawa semua pakaian itu ke tempat pembuangan. Ia akan pergi ke mall untuk membeli yang baru. Yoo Ran berkata sepertinya masih banyak pakaian baru di kantung-kantung tersebut. Melihat tatapan kesal Jin Joo, ia buru-buru mengatakan kalau ia mengerti.

Jin Joo mengkritik pakaian Yoo Ran. Yoo Ran tak mengerti apa yang salah dengan pakaiannya. Jin Joo berkata Yoo Ran harus menjawab bukan bertanya balik. Yoo Ran tersinggung dan melotot. Jin Joo makin marah dan menyuruhnya merendahkan tatapannya. Yoo Ran mendengus kesal. Tak terima, Jin Joo memecat Yoo Ran.

snap-00400snap-00413

Yoo Ran berjalan lesu ke tempat pembuangan. Ia tak menyadari sebuah mobil yang membawa Nyonya Kang berjalan melewatinya.

Nyonya Kang ternyata pergi ke rumah Jin Joo untuk mengembalikan wadah makanan. Jin Joo menanyakan pendapatnya soal makanan yang ia kirim. Nyonya Kang berkata suaminya sudah lama tidak nafsu makan tapi ia bisa memakan makanan kemarin. Jin Joo sangat senang dan berkata ia akan membuatkan lebih banyak lagi kapan saja. Nyonya Kang tersenyum dan pamit.

Setelah Nyonya Kang pergi, Yoo Ran pulang dengan lesu. Jin Joo segera memanggilnya. Yoo Ran berkata ia akan mengemas barangnya dan pergi.

“Ke mana?” tanya Jin Joo.

“Kau menyuruhku keluar.”

Jin Joo berkata ia menyuruh Yoo Ran keluar karena membuang sampah kan di luar. Setelah buang yang kembali lagi. Yoo Ran bingung, bukankah tadi Jin Joo yang protes cara menatapnya dan caranya berpakaian.

“Bukan, maksudku adalah jika kau terus melihat ke atas seperti itu matamu akan lelah, karena itu kau harus menatap rendah dengan nyaman. Dan pakaianmu...beli di mana? Aku bertanya karena pakaianmu bagus. Apa kau terluka dengan kata-kataku?” tanya Jin Joo membujuk.

Yoo Ran berkata ia sudah bekerja keras selama ini. Jin Joo membenarkan dan untuk itu ia berterimakasih. Ia berkata ia akan berhati-hati mulai sekarang. Yoo Ran mengatakan ia yang salah paham dengan kata-kata Jin Joo tadi. Jin Joo menggandeng Yoo Ran dan berkata mulai sekarang tidak ada lagi kesalahpahaman di antara mereka. Mau tidak mau Yoo Ran tersenyum.

snap-00427snap-00434

Shim Chung bertemu kembali dengan gelandangan keren Hong Jin Kyung dan mereka bersama-sama memilih baju-baju yang tadi ditinggalkan Yoo Ran. Ia menceritakan apa yang dialaminya.

“Kau bertemu pria itu lalu diusir?”

“Bukan diusir. Dia hanya menyuruhku pergi.”

“Itu namanya diusir.”

Chung berkata mereka nanti akan bertemu lagi nanti. Gelandangan Hong berkata sepertinya Chung harus menjalani hidup sebagai gelandangan juga. Sayangnya waktunya tidak tepat karena sekarang dingin. Ia menyuruh Chung mencari dus kulkas untuk melindungi dari dingin.

Mereka melihat ibu dan anak memasuki sebuah rumah. Gelandangan Hong berkata Chung pasti iri pada mereka. Chung membenarkan. Ia berharap ia juga punya rumah.

“Tapi itu bukan rumah mereka melainkan milik bank. Jadi sebenarnya mereka miskin. Mereka pengemis yang memiliki rumah,” kata gelandangan Hong. Maksudnya orang-orang itu berhutang (kredit) pada bank untuk membeli rumah.

“Ah, mereka pengemis,;” kata Chung mengerti.

“Tentu saja. Mereka pengemis bank. Lihat bahu mereka semua menurun. Itu karena mereka harus membayar hutang pada bank.”

Chung berkata pantas saja Joon Jae selalu membicarakan uang. Gelandangan Hong berkata mereka sebenarnya lebih kaya dari orang-orang itu karena setidaknya mereka tidak punya hutang. Mereka hanya perlu mengkhawatirkan 3 hal: cuaca dingin, panas, dan kelaparan.

snap-00439snap-00451

Chung bertanya bagaimana cara mereka mendapatkan uang. Gelandangan Hong mengajarinya cara membagikan brosur. Karena cuaca sedang dingin, orang-orang memasukkan tangan mereka ke saku. Tujuan mereka adalah mengeluarkan tangan orang-orang itu untuk mengambiol brosur mereka. Ia berkata Chung tidak perlu sakit hati jika orang-orang itu tidak mau mengambil brosurnya.

Ia menunjuk ke arah jam 10 dan memperlihatkan sebuah mobil dengan seorang ahjusshi di dalamnya. Itu adalah bosnya. Setelah mengajari Chung dan memberi banyak petunjuk, gelandangan Hong pamit.

Chung bertanya apakah gelandangan Hong tidak mencari uang. Gelandangan Hong berkata ia tidak perlu uang bila hanya untuk menghangatkan diri dengan kasdus dan remah-remah roti untuk memenuhi perut yang lapar. Ia berjalan pergi sambil melambaikan tangan.

“Aku akan mencari uang! Aku akan mencari uang dan memberikannya pada Heo Joon Jae yang sangat menyukai uang!” seru Chung penuh semangat.

snap-00458snap-00467

Joon Jae mencari-cari Chung berbekal GPS di ponselnya. Ia menemukan Chung sedang sibuk membagikan brosur. Ia buru-buru bersembunyi agar tidak terlihat. Ia melihat Chung yang berusaha membagikan brosur tapi tidak berhasil satu pun. Dasar bodoh, gumamnya.

Tapi ia kesal saat ia melihat Chung dimarahi bosnya dan diancam tidak akan diberi uang. Ia menelepon petugas parkir dan membuat mobil bos Chung diderek.

snap-00473snap-00479

Chung masih kesulitan membagikan brosur. Tiba-tiba sekelompok anak sekolah meminta brosurnya, bahkan ada yang meminta lebih dari satu. Dengan senang hati Chung memberikan brosurnya pada mereka..

Para pelajar itu membawa brosur mereka pada Joon Jae yang menunggu di tempat sepi. Joon Jae membayar brosur yang mereka ambil 1000 won (sepuluh ribu rupiah? Wah lumayan tuh^^). Ia akan memberi dobel jika mereka mengambil lebih banyak. Dan ia hanya mau menerima brosur yang dibagikan Chung.

Selain dingin, Chung juga mulai lapar. Ia menelan ludah saat melihat orang-orang yang lewat sambil makan kue panas. Tiba-tiba seorang ahjumma menghampirinya dan memberinya sekantung kue. Ia juga memakaikan syal pada Chung dan menyemangatinya untuk kerja keras. Chung sangat terharu hinggal melambai-lambai pada ahjumma itu dengan kuenya.

Ahjumma itu juga dibayar oleh Joon Jae. Ia bertanya apakah Chung wanita yang akan dinikahi Joon Jae. Joon Jae menyangkal keras. Kalau begitu cinta pertama? Bukan, kata Joon Jae. Tapi ahjumma itu tidak percaya.

snap-00483snap-00505

Berikutnya, seorang pria muda berpakaian rapi mendekati Chung dan berkata Chung adalah tipenya. Ia meminta nomor telepon Chung. Chung awalnya bingung, lalu orang itu bertanya apakah Chung memiliki ponsel.

Chung mengeluarkan ponsel dan ponsel itu ternyata berbunyi. Ia mengangkatnya dan sangat gembira begitu mendengar suara Joon Jae.

“Aku lupa memberitahu sesuatu. Jika seseorang menanyakan nomor teleponmu, jangan berikan. Mengerti?”

“Kenapa?” tanya Chung heran.

“Apanya yang kenapa? Mereka itu laki-laki jahat.”

Chung langsung mendelik pada pria itu.

“Kau pintar menggigit, kan? Jika laki-laki macam itu mendekatimu, gigit saja mereka.”

Chung memperlihatkan giginya sambil melotot. Pria itu minta maaf dan pergi ketakutan.

snap-00510snap-00519

Chung bertanya Joon Jae ada di mana. Aku sangat jauh darimu, kata Joon Jae. Tepat saat itu roda makanan tempat Joon Jae berlindung dibawa pergi pemiliknya. Chung melihatnya dan memanggil-manggil Joon Jae dengan gembira. Joon Jae pura-pura kaget melihat Chung.

“Kenapa kau datang? Apa kau datang untuk menemuiku?”

“Memangnya aku gila? Aku cuma lewat. Bukannya kau yang mengikutiku?”

“Tidak, aku benar-benar tidak melakukannya,” kata Chung sungguh-sungguh.

snap-00525snap-00526

Joon Jae berkata Seoul itu sebenarnya sebesar telapak tangan jadi bisa saja bertemu orang yang mereka kenal secara kebetulan. Chung bertanya apakah mereka bisa bertemu secara kebetulan lagi. Tidak tahu, kata Joon Jae. Ia pamit karena ia sedang sibuk. Sibuk nungguin Chung dia sih XD

“Heo Joon Jae!” panggil Chung.

Joon Jae menegurnya agar tidak memanggilnya keras-keras seperti itu. Chung berbisik di telinga Joon Jae.

“Aku di sini sedang mencari uang. Aku akan mencari uang yang banyak dan memberikan semuanya padamu,” katanya sambil tersenyum. Joon Jae tertegun.

Chung kembali sibuk membagikan brosurnya dengan penuh semangat.

snap-00543snap-00544

Chi Hyun bekerja pada ayah tirinya, Presdir Heo. Mereka memiliki hubungan yang baik dan Chi Hyun tampaknya bekerja dengan baik. Presdir Heo menyuruh Chi Hyun berpakaian lebih hangat pada cuaca dingin ini. Chi Hyun menggandeng ayahnya.

“Ayah, Ayah merindukan Joon Jae, kan? Cuaca semakin dingin. Aku juga ingin tahu kabarnya dan ingin bertemu dengannya. Sudah waktunya ia pulang. Apakah aku perlu mencarinya?”

“Tidak usah. Untuk apa kau melakukannya?” kata Presdir Heo. Tapi lalu ia mengakui kalau ia mencari tahu keberadaan Joon Jae atas permintaan Manajer Nam. Ia berterimakasih karena Chi Hyun mengkhawatirkannya.

“Sudah seharusnya. Tapi ayah, kurasa lebih baik tidak memberitahu ibu kalau Ayah mencari Joon Jae,” kata Chi Hyun tanpa menjelaskan alasannya.

snap-00556snap-00565

Ma Dae Young mendekati Chung lalu mengulurkan tangannya meminta brosur. Chung hendak memberikan brosur tapi lalu ia menarik tangannya setelah melihat wajah Dae Young.

“Kau memakai topi lagi?” tanyanya.

Dae Young tertegun. Tiba-tiba turun hujan hingga Chung lari untuk mencari tempat berteduh.

“Dia mengenaliku,” gumam Dae Young. O-ow....

snap-00571snap-00576

Chi Hyun memarkir mobilnya di dekat rumah Joon Jae. Radio memberitakan akan turun salju setelah hujan. Dan benar saja, salju mulai turun.

Chung berteduh di depan sebuah tempat les ketika salju mulai turun. Seorang anak kecil datang dan mengenali Chung. Ia adalah anak kecil yang berbaik hati membelikan makanan dan memberi uangnya pada Chung. Namanya Yoo Na.

Yoo Na bertanya mengapa Chung ada di sini lagi. Bukan untuk memalak anak-anak lagi, kan? Chung berkata ia sedang mencari uang, sambil memperlihatkan brosur yang dibawanya. Ia bertanya apakah ini salju pertama. Yoo Na mengiyakan. Ia berkata apa bagusnya salju, hanya menghalangi jalan saja.

Chung berkata ia harus pergi ke Menara Namsan dan bertanya apa yang harus ia lakukan. Yoo Na bertanya apa Chung akan menemui Heo Joon Jae.

“Bagaimana kau tahu?”

“Kakak baru saja mengatakannya bahwa kakak akan menemui Heo Joon Jae.”

“Kau bisa mendengarnya? Orang lain kelihatannya tidak bisa mendengar suara asliku,” kata Chung.

Tapi Yoo Na tidak mengerti apa yang Chung bicarakan. Ia berkata Chung bisa naik taksi atau bis untuk menuju ke Namsan. Chung berterimakasih dan berpamitan.

snap-00596snap-00597

Joon Jae melihat dari GPSnya kalau Chung bergerak menuju Namsan. Ia menggerutu kenapa hal mengganggu muncul sejak munculnya si bodoh itu. Ia berganti pakaian sambil mengomel kalau mereka bisa berbicara lewat telepon atau sms. Tapi ia tidak bisa menahan senyumnya. Ia cepat-cepat pergi saat melihat Chung hampir sampai.

Joon Jae pergi dengan mobilnya. Diam-diam Chi Hyun membuntuti di belakangnya.

snap-00609snap-00610

Chung turun dari bis dan tersenyum melihat Menara Namsan yang sudah dekat. Ia tinggal berjalan ke sana. Sementara mobil Joon Jae telah memasuki pintu masuk. Ia tidak melihat Chung yang berjalan di persimpangan jalan.

Chung terus melihat ke atas ke arah Menara Namsan. Tiba-tiba ia ditabrak. Brosurnya beterbangan. Chung terbaring di jalanan.

Joon Jae tidak melihat kejadian itu dan menjalankan mobilnya masuk ke area Namsan. Chi Hyun keluar dari mobilnya. Nampak shock menyadari ia telah menabrak orang.

snap-00626snap-00633

Joon Jae tiba di Menara Namsan. Ia tersenyum meski kedinginan dan bertanya-tanya di mana Chung. Dengan tubuh sulit digerakkan dan penuh luka, Chung menatap Menara Namsan. Lalu ia memejamkan mata. Air mata mengalir di pipinya.

snap-00646snap-00650

Epilog:

Ketika Se Hwa ditangkap Bangsawan Yang pertama kali, anak-anak desa berkerumun untuk melihatnya. Se Hwa melihat mereka dan meminta tolong. Seorang anak mendengar permintaan tolong itu sementara anak lain tidak ada yang mendengar. Dia adalah Yoo Na jaman Joseon.

snap-00658snap-00661

Dan sekarang Yoo Na berdiri di balkon rumahnya dan menatap ke arah Menara Namsan. Ibunya bertanya apa yang dilakukannya di sana.

“Ibu, dia meminta tolong,” katanya menunjuk ke arah Namsan.

“Siapa?”

“Kakak,” jawab Yoo Na.

Ibunya tidak mengerti apa yang dibicarakan Yoo Na dan menyuruhnya segera masuk untuk belajar. Yoo Na masuk namun ia menoleh ke arah Namsan.

snap-00668snap-00669

Komentar:

Chung bertemu dengan Dae Young yang memakai topi di mana ya? Waktu di rumah Joon Jae, Dae Young memakai jas hujan polisi. Tapi di balik jas hujan, Dae Young memang memakai topinya sih.

Masih belum jelas apakah Chi Hyun seorang yang baik atau diam-diam jahat seperti ibunya. Dalam episode ini ia masih terlihat baik, atau sedang menguji ayahnya dengan mengungkit soal Joon Jae? Mudah-mudahan sih baik ya....tapi agak ragu sih hehe ;p

Makin tidak suka dengan Shi Ah yang bermuka dua. Bisa-bisanya ia mengusir Chung padahal ia sendiri juga tidak diinginkan kehadirannya oleh Joon Jae. Sebenarnya yang parasit itu siapa ya?

Aku suka Nam Doo dan Tae Oh lebih membela Chung. Padahal mereka baru saling mengenal 1 hari. Apalagi Tae Oh yang biasanya cuek ternyata peduli banget dengan Chung.

Begitu juga Joon Jae yang sok dingin mengusir Chung padahal diam-diam terus menguntit dan membantu dari jauh. Pakai acara cemburu pula XD

4 komentar:

  1. Trimakasih unnie sinopnya ....
    Jadi penasaran kelanjutannya gimana..
    Semangat terus ya bikin sinopnya..

    BalasHapus
  2. Sinopsisnya bagus dan detail sesuai alur tayangan drakornya, terimakasih unnie

    BalasHapus
  3. Y kasian bngt Chung udh seneng"mau ketemu joon jae ehh mlh ketabrak,, duh moga ama chi yhun g jahat jd khawatir gara" mba funny blng kemungkinan chi hyun jahat๐Ÿ˜–๐Ÿ˜–

    BalasHapus
  4. Pas selesai nonton kembang api ma dae young memakai topi juga pas mau ngejar joon jae

    BalasHapus

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)