Jumat, 15 Juli 2016

Sinopsis Mirror of The Witch Episode 17


Para pengawal kerajaan menggeledah tempat persembunyian Hong Joo. Belati sihir hitamnya ditemukan di tungku yang sudah padam. Belati itu tidak rusak, tapi entah apakah belati itu masih menyimpan sihir hitam atau tidak. Sepertinya sih tidak ya karena dibakar dengan api suci.

Hong Joo telah ditangkap dan diadili di aula istana di depan para pejabat. Raja menyatakan Hong Joo menggunakan sihir hitam untuk mendatangkan bencana pada keluarga kerajaan dan juga mendalangi pembunuhan banyak orang oleh Jubah Merah.

Hong Joo diam saja menanggapi semua tuduhan itu. Raja bertanya apakah Hong Joo sedang mengintropeksi diri atas kejahatan yang ia lakukan. Tanpa diduga Hong Joo mengiyakan.
Raja berkata kejahatan Hong Joo terlalu besar hingga ia tidak bisa mengampuninya. Ia akan membakar Hong Joo di tiang di hadapan rakyat. Ia akan mengembalikan kehormatan keluarga kerajaan yang sudah dinodai Hong Joo.

Hong Joo tidak nampak takut sama sekali. Ia berterimakasih karena Raja mengijinkannya mati dengan cara sehebat itu. Raja dan para pejabat tak habis pikir bagaimana Hong Joo bisa seberani itu.


Yeon Hee memikirkan keadaan ayahnya. Jun berkata Hyun Seo pasti menginginkan Yeon Hee mengkhawatirkan dirinya sendiri saat ini. Waktunya yang tersisa tak lama lagi sebelum Bintang Utara menghilang.

Yo Gwang berlari masuk menemui mereka. Ia memberitahu kalau Hong Joo akan dihukum mati dengan cara dibakar di tiang. Jun bingung. Bukankah itu hal yang bagus?

“Hong Joo tidak boleh mati. Setelah Yeon Hee menyalakan semua lilin dan mematahkan kutukannya, semua kutukan itu akan berbalik pada Hong Joo yang membuat kutukan. Hong Joo harus mati menanggung kutukan itu agar Yeon Hee benar-benar terbebas dari kutukan tersebut,” Yo Gwang menjelaskan.


Raja sedang bersiap tidur ketika Jun menerobos masuk kamarnya. Raja menegur  Jun yang bersikap tak sopan. Jun meminta maaf tapi ia ada sesuatu yang harus ia katakan.

“Tolong tarik kembali hukuman untuk Hong Joo. Yang Mulia tidak boleh menghukumnya.”

Raja terkejut. Hong Joo sudah melakukan berbagai kejahatan dan layak dihukum mati tapi Jun mencegahnya? Jun berkata Puteri tidak akan bisa mematahkan kutukannya jika Hong Joo mati. Raja baru bisa menghukum mati Hong Joo setelah kutukan Yeon Hee berpindah pada Hong Joo.

“Jika tidak ada tempat untuk kutukan tersebut setelah meninggalkan tubuh Puteri, maka Puteri akan mati.”

“Jadi kaubilang aku tidak boleh membunuhnya meski aku sudah menangkapnya? Bagaimana aku bisa membuatnya menanggung segala dosanya?” kata Raja marah.

Jun berkata ia akan memastikan Hong Joo membayar semua dosanya. Bukankah ia sudah menyembuhkan penyakit Raja? Ia juga pasti akan menyembuhkan Puteri dari kutukannya. Tapi ia mohon agar Raja menangguhkan dulu hukuman mati tersebut.

Hong Joo tersenyum di dalam selnya.


Yeon Hee bergerak-gerak gelisah dalam tidurnya. Keringat dingin membasahi wajahnya. Dalam mimpinya ia mendengar suara tangis bayi.

“Anakku…anakku….bayi itu berada dalam bahaya,” Hae Ran muncul dalam mimpi Yeon Hee. 
“Anakku, bayi itu dalam bahaya.”

Yeon Hee terbangun. Matanya sekejap bersinar. Ia menoleh dan melihat Ibu Suri menungguinya.


Ibu Suri bertanya apa Yeon Hee baik-baik saja. Ia bertanya apa yang terjadi. Yeon Hee dengan jujur mengatakan kalau ia tidak memiliki banyak waktu lagi.

“Hari saat Bintang Utara menghilang semakin dekat. Hanya tersisa 10 hari lagi. Tapi jika aku tidak bisa mematahkan kutukanku sebelum hari itu datang….”

Ibu Suri terkejut.

“Tidak, aku tidak bisa kehilanganmu karena kutukan yang kauderita sejak lahir akibat perbuatanku.”

Yeon Hee meminta Ibu Suri mengijinkannya bersama Jun selama waktu yang tersisa. Ia akan menyalakan lilin bersama Jun dan mematahkan kutukan itu. Ibu Suri mengijinkan. Ia menggenggam tangan Yeon Hee dan berkata Yeon Hee harus mematahkan kutukan itu.


Jun tidur di kuil Chungbing. Tiba-tiba ia mendengar suara Yeon Hee membangunkannya. Jun tidak mau membuka matanya. Yeon Hee terus memanggilnya. Jun tersenyum lalu menarik Yeon Hee agar berbaring di sisinya.

Ia membuka matanya dan melihat Yeon Hee tersenyum padanya. Ia membelai pipi Yeon Hee lalu kembali memejamkan matanya. Yeon Hee memejamkan matanya.


Namun itu hanya mimpi. Sebenarnya mantri Yo Gwang yang tidur di sebelah Jun. Jun mulai merasa ada yang aneh dengan tangan “Yeon Hee” hingga ia membuka matanya.

“Apa kau senang?” tanya Yo Gwang.

Jun berteriak kaget dan melompat bangun. Yo Gwang meledeknya dengan bertanya apa mimpi Jun hingga terus tersenyum seperti itu. Jun mengomel seharusnya Yo Gwang membangunkannya.

“Dasar pria bodoh…aku berusaha membangunkanmu tapi kau terus tersenyum seperti orang bodoh. Apa kau kecewa aku bukan orang yang kauharapkan? Memangnya siapa yang kauharapkan? Seo Ri? Yeon Hee? Atau buah persik? Ah, aku tahu… Puteri!” olok Yo 
Gwang.

Jun cemberut sekaligus malu. Yo Gwang berhenti mengejeknya dan menyuruh Jun bersiap-siap karena Ibu Suri mencarinya.


Jun pergi menghadap Ibu Suri. Ia berterima kasih untuk semua yang dilakukan Jun pada mereka. Ia juga meminta maaf atas semua perkataannya yang menyakitkan.

“Yeon Hee berkata ia ingin bersamamu, tapi aku tidak ingin kau berada di sisinya.”

Jun meminta maaf. Masih banyak pekerjaan yang harus ia dan Yeon Hee lakukan. Hanya ia yang tahu bagaimana cara Yeon Hee menyalakan semua lilin (karena Jun yang hafal Mauigeumseo, salinan Mauigeumseo telah dirampas oleh Hong Joo). Ia berkata ia akan membantu Yeon Hee mematahkan kutukan itu.

“Apa rencanamu setelah ia mematahkan kutukannya?” tanya Ibu Suri. “Setelah Puteri menyalakan semua lilin dan mematahkan kutukannya, kuanggap kau akan meninggalkan Puteri saat itu.”

Jun terdiam dengan sedih.


Poong Yeon menggantikan ayahnya menjadi pemimpin divisi Tao. Saat Raja mengangkatnya, ia bertanya apakah Poong Yeon menyesal tidak menerima tawarannya sebelumnya hingga sekarang menerima posisi ini. Poong Yeon berkata Hong Joo telah kehilangan sihir hitamnya tapi ia tidak akan menyerah dengan mudah. Ia hanya ingin melindungi keluarga kerajaan dengan sedikit kekuatan yang ia miliki.

“Apa kau benar-benar melakukan ini untuk keluarga kerajaan? Aku mengijinkanmu menjadi pemimpin divisi Tao karena persahabatan lama kita. Tapi janjikan aku satu hal.  Aku tahu rencana Hong Joo jadi kau harus menghentikannya menyerang keluarga kerajaan bagaimanapun caranya. Kau tidak boleh mengkhianatiku lagi.”


Ibu Suri sangat gembira saat mendengar kabar kehamilan Ratu. Tapi entah kenapa Raja tidak nampak begitu senang. Ratu berkata ia merasa energi baik telah memasuk istana dengan kabar tersebut. Ia meminta Ratu berhati-hati karena usianya masih muda.

Mungkin Raja masih berburuk sangka pada Ibu Suri? Atau karena kutukan Yeon Hee masih membayangi keluarga kerajaan?  Karena Raja langsung meminta diri begitu Yeon Hee datang.

Ibu Suri memberitahu Yeon Hee mengenai kehamilan Ratu. Awalnya Yeon Hee ikut senang, tapi lalu ia teringat pada mimpinya. Dalam mimpinya, seorang wanita (Hae Ran) memperingatkan kalau bayi itu dalam bahaya. Jangan-jangan bayi Ratu? Tapi ia tidak menceritakan mimpinya pada Ibu Suri.


Ia terus memikirkannya sampai tak mendengar saat Jun memanggilnya “Puteri!”.

“Buah persik!” panggil Jun lebih keras. Barulah Yeon Hee menoleh. Jun bertanya apa yang dipikirkan Yeon Hee tapi Yeon Hee juga tidak menceritakannya pada Jun.

Jun berkata keadaan di istana tampak lebih bahagia. Yeon Hee memberitahu kabar kehamilan Ratu, jadi kekhawatiran semua orang mulai berkurang. Jun berkata sekarang tugas mereka adalah menyalakan lilin yang tersisa. Ia mengusulkan agar mereka mencari dari tempat terdekat.


Maka pergilah ia dan Yeon Hee, bersama Yo Gwang, menemui Soon Deuk. Yeon Hee mengenakan pakaian biasa hingga tidak dikenali orang sebagai Puteri (termasuk Soon Deuk). Mereka menanyakan apakah Soon Deuk memiliki keinginan.

“Keinginan? Aku ingin menjadi orang terkaya di Joseon dan bermain seharian. Yup, itulah hidup,” ujarnya.

“Yang benar saja,” gumam Yo Gwang. “Sudah kubilang ini tidak ada gunanya.”

Memangnya ada apa? Tanya Soon Deuk saat melihat ekspresi Jun dan Yeon Hee.

“Tidak apa-apa, kau makan saja dan bermain seharian. Lakukan itu seumur hidupmu,” kata Yo Gwang.


Jun dan Yeon Hee saling menatap seperti bertukar kode. Jun bertanya apakah Yo Gwang memiliki keinginan. Yo Gwang melirik Soon Deuk yang sibuk makan.

“Keinginanku adalah semua berakhir dengan baik dan semua orang kembali ke kehidupan normal mereka dengan bahagia. Tidak ada lagi yang kuinginkan,” ia mengibaskan rambutnya.

Soon Deuk tak bisa menahan tawanya.

Ibu kedai membawakan daging terbaik pesanan mereka. Yo Gwang berkata ia yang memesannya karena akhir-akhir ini ia merasa lelah dan memerlukannya untuk menambah energi. Tapi ibu kedai meminta bayaran lebih dulu. Semuanya pura-pura sibuk mencari uang di balik pakaian mereka. Yeon Hee mengambil kantungnya dan menyodorkan segenggam uang pada ibu pemilik kedai. Tentu saja pemilik kedai sangat senang.

Yo Gwang dan Soon Deuk berebut daging mereka. Yeon Hee tersenyum melihat tingkah mereka. Tapi ia tidak bisa mengenyahkan perasaan tak enak dalam hatinya.


Malam itu, seorang pria bertopeng memasuki kamar Ratu dan menaruh tungku berisi sihir hitam di dekat Ratu yang tidur nyenyak. Untunglah Yeon Hee datang pada saat yang tepat. Dengan kekuatannya ia memadamkan asap tersebut. 

Pria itu berlari keluar. Yeon Hee mengejarnya. Pria itu berhenti lalu berbalik. Matanya bersinar. Yeon Hee menggunakan kekuatannya untuk melempar pria itu. Pria itu melayang membentur tembok lalu melarikan diri. Sayangnya, seorang dayang melihat kejadian itu dan nampak ketakutan.


Yeon Hee dengan marah menemui Hong Joo yang ditahan dalam sel. Rupanya ia tahu kalau pria bertopeng tadi adalah Hyun Seo. Ia mengulurkan tangannya hendak menggunakan kekuatannya untuk mencekik Hong Joo. Tapi ia mengurungkan niatnya saat menyadari banyak dayang dan pengawal yang bisa melihatnya.

Ia bertanya apa yang Hong Joo rencanakan dengan mneggunakan ayahnya. Hong Joo bertanya apa yang bisa ia lakukan saat ia kehilangan sihir hitamnya dan terkurung dalam sel.

“Ayah berusaha mencelakai Ratu dan kau yang menyuruhnya!”

“Sepertinya kau ingin membunuhku. Lakukan saja.”

“Kau seperti ini karena tahu kami belum bisa membunuhmu, kan? Seseorang tidak membunuh hanya dengan menikam atau mencekik. Lihat saja, aku akan mematahkan kutukan ini dan membuatku menderita lebih dari kematian itu sendiri.”

“Coba saja,” tantang Hong Joo. “Kita lihat siapa yang akan mati dengan menanggung kutukan itu.”


Anak buah Hong Joo mencabut selebaran yang menyatakan kejahatan Hong Joo dan menggantinya dengan selebaran berisi rumor mengenai Puteri yang dikutuk. Bahwa iblis dengan kekuatan besar mendiami tubuh Puteri dan menyebabkan wabah di seluruh negeri. Puteri adalah penyebab kemalangan di negeri ini yang tiada akhir dan tragedi akan segera terjadi karena dirinya.

Rumor itu sampai di istana. Dayang yang semalam melihat Yeon Hee bercerita pada temannya kalau ia melihat mata Yeon Hee berubah warna dan menyebabkan orang lain terlempar tanpa menyentuhnya. Ibu Suri mendengarnya dan nampak khawatir.


Raja juga menerima laporan rumor tersebut dari para pejabat. Ibu Suri datang dan berkata rumor itu tidak benar dan mereka tidak boleh membiarkan nama keluarga kerajaan terkotori dengan mempercayai rumor seperti itu. Ia meminta Raja menghentikan rumor tersebut untuk menenangkan rakyat.

Tapi raja bertanya bagaimana cara  menghentikan rumor yang sudah tersebar. Selama wabah masih berlangsung, mereka tidak bisa menghentikan rakyat yang menuduh Puteri sebagai penyebabnya.

“Tapi semua ini tidak ada kaitannya dengan Puteri! Masalah ini juga terkait dengan keluarga kerajaan. Jadi bantu kami, Yang Mulia,” kata Ibu Suri
.
Raja balik menyalahkan Ibu Suri yang tidak mau mendengar peringatannya saat pertama kali Ibu Suri membawa kembali Puteri ke istana. Tidak ada hari damai di istana sejak kedatangan Puteri. Dan sekarang rumor berkembang karena dirinya. Ia berkata Puteri hanya mencelakai keluarga kerajaan.

“Yang Mulia!!” protes Ibu Suri.

Akhirnya Raja berkata lebih baik mereka membiarkan rumor itu berhenti dengan sendirinya. Ia mengijinkan Ibu Suri untuk berusaha menangani masalah ini, tapi Ibu Suri harus bertanggungjawab penuh atas semua akibatnya.


Ibu Suri menemui Poong Yeon dan meminta bantuannya untuk mengadakan upacara doa mewakili Puteri demi mengenyahkan wabah dari negeri ini. Banyak rakyat yang sekarat karena wabah dan ia khawatir mereka akan menyalahkan Yeon Hee atas penderitaan mereka.

Ia meminta Poong Yeon memimpin upacara ini sebagai pemimpin divisi Tao  dan ia juga akan meminta Yeon Hee berpartisipasi. Ia ingin memperlihatkan pada rakyat kalau Puteri juga berdoa bagi kebaikan negeri ini.

“Bukankah itu cara terbaik untuk menekan pandangan negatif terhadap Puteri?”

Poong Yeon ragu karena ia masih baru menduduki posisi ini. Tapi Ibu Suri memohon dan berkata hanya Poong Yeon yang bisa melindungi keluarga kerajaan dan Yeon Hee. Akhirnya Poong Yeon bersedia.


Malamnya, Poong Yeon menemui Yeon Hee.  Ia bertanya apa Yeon Hee tidak apa-apa
.
“Aku datang karena kupikir kau akan tertekan dengan wajah jelekmu. Tapi wajahmu lebih jelek dari yang kubayangkan,” Poong Yeon mencoba bergurau. “Jangan khawatir, kakakmu pasti melindungimu.”

Yeon Hee sedikit tersenyum. Poong Yeon berbalik pergi tapi tiba-tiba ia memegangi dadanya yang sakit. Yeon Hee membawanya ke kediamannya dan hendak melihat lukanya. Poong Yeon tidak mau. Tapi Yeon Hee berkeras.

Ternyata bekas luka akibat sabetan belati Hong Joo belum sembuh dan mengeluarkan asap hitam. Yeon Hee membubuhkan obat. Jun tak sengaja melihatnya. Poong Yeon berusaha menenangkan Yeon Hee dengan berkata ia semakin membaik (meski terlihat memburuk).


“Aku menyesal melakukan ini padamu. Seharusnya aku tidak membawamu keluar pada hari itu. Maafkan aku. Aku bilang aku akan melindungimu tapi aku tidak bisa.”

“Hari paling bahagia dalam hidupku adalah ketika aku meninggalkan rumah dan melihat dunia untuk pertama kalinya bersama kakak,” kata Yeon Hee.

Poong Yeon tersenyum. Ia hampir membunuh Yeon Hee karena perasaannya dikendalikan oleh emosi yang buruk. Ia tahu perasaan seseorang tidak bisa diperoleh dengan sihir tapi ia tetap mencobanya.

“Cepat patahkan kutukan itu dan tunjukkan padaku betapa bodohnya aku selama ini. Maka aku yakin aku akan bisa melepaskanmu suatu hari ini.”

“Kakak…aku…”

“Jangan minta aku melepaskanmu secepatnya. Aku sudah mencintaimu selama yang bisa kuingat. Jika aku harus melepaskanmu, berikan sedikitnya waktu sebanyak itu.”

Jun mendengar semua percakapan mereka. Ia menunduk lalu pergi.


Tapi ketika Poong Yeon keluar, ia melihat Jun telah menunggunya. Jun menanyakan keadaannya. Poong Yeon bertanya apa Jun mengawasinya karena takut ia menjadi jahat lagi.

“Apa yang akan kaulakukan setelah Yeon Hee mematahkan kutukannya? Apa kau akan terus berada di sisinya?”

Jun menunduk tak bisa menjawab. Poong Yeon mengangguk. Ia berkata jika Jun berencana tetap di sisi Yeon Hee maka baik Yeon Hee dan Jun akan terluka. Jun mengerti. Ia berkata ia mendoakan Poong Yeon segera sembuh.

Poong Yeon memberitahu Jun kalau ia akan mengadakan upacara besok bersama Yeon Hee. Ia yakin Yeon Hee gugup dan takut jadi ia meminta Jun berada di sisi Yeon Hee.


Hyun Seo merobohkan para penjaga penjara dan menemui Hong Joo. Hong Joo tersenyum lembut padanya dan mengulurkan tangannya yang terikat. Hyun Seo menggenggam tangan Hong Joo.

“Semua selesai sekarang. Apa kaukira aku akan hancur hanya karena aku kehilangan sihir hitamku? Jika manusia bukanlah makhluk yang menjijikkan, sihir hitam tidak akan pernah berhasil. Karena setiap orang tidak pernah mau mengakui kesalahan mereka sendiri maka mereka menyalahkan sihir hitam. Aku bertanya-tanya apa yang akan mereka salahkan sekarang setelah mereka tidak bisa lagi menyalahkan sihir hitam. Lihatlah dengan kedua matamu sendiri,” kata Hong Joo.


Esok paginya, para warga berkumpul di depan istana karena upacara yang akan diadakan istana dan Puteri. Rakyat ingin tahu seperti apa rupa Puteri Yeon Hee yang dikabarkan dikutuk, berambut putih dan sebagainya. Soon Deuk yang mendengar kabar tersebut ikut merasa penasaran dan ikut menonton.

Ibu Suri membantu Yeon Hee bersiap-siap. Ia mengingatkan agar Yeon Hee tidak bertindak yang tak sepantasnya di depan rakyat. Yeon Hee mengangguk meski terlihat gugup. Jun menemaninya ke tempat upacara.

Selain Yeon Hee, Raja dan Ibu Suri juga menghadiri upacara tersebut. Poong Yeon mempersiapkan upacara dibantu oleh Yo Gwang.

Rakyat merasa heram melihat Yeon Hee yang terlihat normal, tidak seperti rumor yang beredar kalau Yeon Hee berambut putih. Soon Deuk terkejut saat melihat Yeon Hee yang dikenalnya tersenyata seorang puteri. Dan Yo Gwang membantu upacara.


Rakyat mulai berdoa dan menangis memohon pada langit dipimpin oleh Poong Yeon. Sol Gae juga melihat upacara tersebut.

Tiba-tiba sebuah panah melesat dan menjatuhkan papan nama di meja upacara. Semua orang terkejut.

Anak buah Hong Joo muncul menyerang. Salah satu dari mereka menghunus pedang ke leher Raja. Raja memberi isyarat agar para pengawalnya tidak mendekat.

Pasukan Hong Joo berbaris  di hadapan Raja. Tapi tiba-tiba mereka berbalik menghadap rakyat seakan hendak menembak mereka. Yeon Hee berdiri dan siap menggunakan kekuatannya. Tapi Ibu Suri cepat-cepat mencegahnya. Yeon Hee kesal karena merasa tak berdaya.


Hyun Seo maju ke depan meja upacara. Semua orang terkejut. Hyun Seo berkata jika ada yang mendekat maka akan terjadi pertumpahan darah. Rakyat ketakutan.

“Jangan khawatir, aku datang untuk menemui Heo Jun hari ini,” kata Hyun Seo sambil tersenyum.

Pasukan Hong Joo mengarahkan panah mereka pada Jun. Jun meminta Yeon Hee membiarkan mereka.

“Biarkan mereka, jangan lindungi aku,” ujarnya.

“Tapi…” protes Yeon Hee.

“Tidak!” kata Jun.

Hyun Seo tersenyum lalu mengangkat tangannya. Anak buah Hong Joo menarik panah mereka, siap untuk menembakkannya.


“Tembak!” seru Hyun Seo.

Pada saat itu juga Yeon Hee mengangkat tangannya. Anak buah Hong Joo terdorong ke belakang. Melihat itu rakyat berseru kalau rumor itu benar. Puteri seorang penyihir!

Terlanjur, Yeon Hee menggunakan kekuatannya sekali lagi untuk menjatuhkan anak buah Hong Joo. Dalam sekejap keadaan berubah kacau. Yeon Hee terduduk lemas karena terlalu banyak menggunakan kekuatannya.

Rakyat merangsek maju meminta agar Yeon Hee ditangkap dan dibunuh. Poong Yeon dan Yo Gwang segera berdiri melindungi mereka. Ibu Suri terduduk lemas. Raja nampak shock, karena sebelumnya ia belum pernah melihat kekuatan Yeon Hee.

Jun menarik Yeon Hee dan membawanya pergi dari sana. Hyun Seo melarikan diri.


Di tengah perjalanan, Yeon Hee melepaskan tangannya dari Jun. Ia menyuruh Jun pergi dan tidak mengikutinya. Saat Jun menghentikannya, ia menggunakan kekuatannya untuk melempar Jun.

Melihat Jun terluka karena dirinya, Yeon Hee merasa terpukul. Ia berlari pergi.


Poong Yeon dengan marah menemui Hong Joo di penjara dan mencekiknya.

“Kami seharusnya tidak membiarkanmu hidup. Kami seharusnya membunuhmu.”

“Lakukan saja dan lihat apa yang akan terjadi pada Puteri.”

Poong Yeon bertanya apa yang dilakukan Hong Joo pada ayahnya. Hong Joo berkata Hyun Seo sudah melakukan hal yang besar dengan mempertaruhkan nyawanya.

“Pikirkan apa yang bisa kaulakukan untuk keluarga kerajaan.”

“Aku tidak akan jatuh pada kebohonganmu jadi jangan bermimpi.” Tiba-tiba luka Poong Yeon kembali terasa sakit.

Hong Joo bertanya kenapa Poong Yeon mempertaruhkan nyawa untuk keluarga kerajaan. Mereka hanya akan menyingkirkan Poong Yeon setelah tidak lagi berguna, tanpa penyesalan sama sekali. Bukankah Poong Yeon sudah pernah mengalaminya.

“Jadi jangan pertaruhkan nyawamu berjuang untuk orang-orang seperti mereka. Kau hanya akan berakhir menyedihkan.”

Poong Yeon pergi tanpa mengatakan apapun. Hong Joo berkata pada akhirnya Poong Yeon akan melakukan apa yang ia inginkan.


Jun tahu Yeon Hee ke kuil Chungbing. Ia menyusulnya ke sana. Namun ia memberi waktu untuk Yeon Hee menyendiri.

Teriakan-teriakan rakyat agar Puteri dihukum dan menjadi penyebab wabah terus terngiang di benak Raja. Ia tidak bisa menyingkirkannya.

Ia menemui Hong Joo dan bertanya apa yang ia rencanakan. Hong Joo berkata ia tidak memiliki apapun lagi, berbeda dengan Raja yang memiliki banyak dan bisa kehilangan banyak. Ia bertanya apa yang menyusahkan Raja hingga datang menemuinya.

“Yang Mulia hanya perlu melakukan apa yang biasa Yang Mulia lakukan. Bukankah begitu cara keluarga kerajaan? Membuang orang-orang yang tidak lagi berguna untuk mereka. Jika Yang Mulia tidak lagi memerlukan Puteri, singkirkan saja dia. Dan kembali damai.”

Raja bertanya apakah ini bagian dari rencana Hong Joo. Hong Joo bertanya bukankah Raja ingin menjadi raja yang baik. Apa Raja tidak mendengar teriakan rakyat di luar? Rajajuga harus memikirkan anak yang belum lahir, bukan? Raja terlihat marah mendengar Hong Joo menyinggung anaknya.

“Rakyat hanya memerlukan seseorang untuk disalahkan. Yang Mulia paling tahu perasaan seperti itu, bukan? Yang Mulia hanya perlu bersikap tak peduli dan menyerahkan Puteri.
Hanya aku yang bisa membunuh Puteri jadi aku akan mengurus semuanya. Menurut Yang Mulia, apa yang akan rakyat lakukan jika mereka tahu apa yang telah terjadi di dalam istana? Yang Mulia hanya perlu  menyalahkan semuanya pada Puteri. Pertimbangkan baik-baik, serahkan Puteri atau serahkan tahta.”


Poong Yeon mengkhawatirkan keadaan Yeon Hee dan meminta Yo Gwang mencari tahu di mana keberadaan Jun dan Yeon Hee.

Ibu Suri datang menangis memohon pada Raja agar tidak membuang Yeon Hee. Kasim kepala berkata semua murid istana juga berdemo melawan Puteri. Ibu Suri memohon agar ia saja yang dibuang.  Poong Yeon juga berusaha menasihati Raja. Tapi Raja sudah memutuskan. Ia tidak mau kehilangan apapun.

Maka ia pergi pada Hong Joo dan menyuruhnya menangkap dan membunuh Yeon Hee. Beuh…. *facepalm*


Yo Gwang pergi ke kuil Chungbing. Ia memberitahu Jun kalau keluarga kerajaan tidak lagi mengakui Yeon Hee. Mendengar itu, Jun langsung menemui Yeon Hee.

Yeon Hee berkata ia ingin melarikan diri ke tempat di mana ia bisa menyendiri. Ia ingin bersembunyi di tempat di mana tak ada seorangpun yang bisa menemukannya.

“Yeon Hee…mari kita melarikan diri,” kata Jun. “Ke tempat yang sangat jauh.”

Ia mengulurkan tangannya dan Yeon Hee menyambut tangan Jun.


Ketika Hong Joo dan pasukannya tiba di tempat itu, Yeon Hee dan Jun sudah tidak ada di sana.  Hong Joo melihat tersisa 5 lilin yang belum menyala.

Ia kembali ke istana dan meminta Raja meminjamkan pasukannya karena Puteri sudah melarikan diri bersama Jun. Raja tidak bersedia karena apa yang bisa pasukannya lakukan jika Hong Joo saja tidak bisa menemukannya.

Hong Joo berkata ia memerlukan pasukan Raja untuk menangkap Yeon Hee. Tapi Raja tidak mempercayai Hong Joo.

Hong Joo mengingatkan kalau rakyat akan mengarahkan kemarahan mereka pada Raja jika bukan pada Yeon Hee. Dan Raja pasti tahu itu hingga bersedia bersekutu dengannya.  
Raja bukan keturunan yang berhak atas tahta dan tidak berhasil meninggalkan warisan sejarah yang baik.  Karena itu rakyat menderita. Kekeringan dan wabah jelas membuktikan kalau langit sudah meninggalkan raja.

Raja marah dan menyuruh Hong Joo diam. Hong Joo berkata semua itu yang dikatakan rakyat sebelum muncul Puteri. Dan sekarang tidak ada lagi yang menuduh Raja sebagai penyebab bencana. Sekarang rakyat bersatu hendak membunuh Puteri yang dikutuk.

“Kenapa Yang Mulia ragu di saat semuanya sudah ditimpakan pada Puteri? Jika Yang Mulia menyingkirkannya sebagai penyebab semua ini, rakyat akan memuji Raja sebagai pemenang. Tidak ada lagi yang akan menghalangi Yang Mulia.”

Dan begitulah…kata-kata Hong Joo kembali menggoyahkan Raja. Ia bersedia memberikan pasukannya dan Hong Joo harus menangkap Yeon Hee bagaimanapun caranya.

Hong Joo meminta Raja memerintahkan Poong Yeon untuk  menghukum mati Yeon Hee setelah ia berhasil menangkapnya.


Tapi Poong Yeon memohon agar Raja tidak memerintahkannya untuk menggunakan api suci itu ketika Raja memanggilnya dan menyinggung soal api suci. Raja berkata ia tahu Poong Yeon akan membencinya sampai mati tapi tidak ada lagi yang bisa ia lakukan.

Ia memohon agar Poong Yeon membantunya. Ia akhirnya menemukan cara untuk keluar dari penderitaannya, kesempatan untuk membuktikan dirinya sebagai raja.

“Apa Yang Mulia bisa menjadi pemimpin seperti Yang Mulia harapkan dengan menyalahkan semuanya pada Puteri?” tanya Poong Yeon.

Raja mengerti, tapi ia tidak bergeming. Ia tetap memerintahkan Poong Yeon membunuh Yeon Hee pada saatnya nanti. Jika Poong Yeon tidak mengikuti perintahnya, ia akan membunuh Poong Yeon dengan kedua tangannya sendiri.


Hong Joo membaca Mauigeumseo dan menyadari halaman terakhir yang hilang. Ia bertanya pada Hyun Seo apa yang Hyun Seo sembunyikan darinya.

“Kau tidak bisa melawanku lebih lama lagi,” bisiknya. “Aku juga tidak ingin lagi membelakangimu.”

“Katakan apa yang kauinginkan,” kata Hyun Seo.

“Aku ingin halaman terakhir Mauigeumseo. Bawakan halaman terakhir yang kausembunyikan dariku.”


Komentar:

Sigh…seperti yang kukatakan, musuh selalu selangkah lebih maju. Dan itu belum berubah pada episode ini. Benar apa yang dikatakan Hong Joo, penyebabnya bukan sihir hitam melainkan hati manusia yang tidak mau mengakui kesalahan.

Di saat aku mulai menyukai Raja eh ia malah lagi-lagi jatuh dalam perangkap Hong Joo. Hong Joo pintar mengetahui kelemahan seseorang dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

Luka berasap hitam di dada Poong Yeon agak mengkhawatirkan karena itu artinya ada sihir hitam yang mengenainya. Begitu juga dengan Hyun Seo yang sepertinya belum terlepas dari sihir hitam Hong Joo. Hyun Seo seperti cadangan Hong Joo saja.

Aneh juga kenapa Hong Joo ditangkap tapi pasukannya dibiarkan begitu saja. Kelemahan drama ini memang dari segi keamanan. Maksudnya keamanan keluarga kerajaan dan istana. Orang dengan mudahnya keluar masuk istana.  Pengawalan terhadap keluarga kerajaan begitu longgar sehingga pasukan Hong Joo dengan mudah menyandera Raja. Mungkin karena fokus drama ini pada kutukan Yeon Hee ya…jadi mereka tidak terlalu memperhatikannya^^

Hmmm…kalau istana sudah membuang Yeon Hee artinya Yeon Hee bukan Puteri lagi dong? Jadi dia bebas bersama Jun, bukan?




9 komentar:

  1. Woooww
    Ngebut nih mba fanny...
    Hwaitinggg!!!

    BalasHapus
  2. Beneran lebih suka yeon hee yg orang biasa mbk fan..soalnya kalo jd putri mlah nambah2in ribet kehidupan yeon hee yg emg udah ribet 😑😑

    BalasHapus
  3. Mbulet Nih cerita muter2 aje disitu...paling sebel klo udh cerita mbulet begini, males jadinya lama2

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. ko aku bingung sama ceritanya...
    dulu queen shim kan mandul, terus punya anak hasil dari sihir hitam. (berarti kan ini anak nya raja)
    terus kenapa sekarang raja punya istri lagi ?
    bukannya queen shim itu masih istrinya raja ?
    mohon pencerahannyaaa :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Queen Shim adalah istri raja sebelum raja Sunjo. Jabatan queen shim sekarang adalah ibu suri. Dan ratu yang sekarang memang istri raja Sunjo. Istilahnya, queen Shim itu bibi raja Sunjo, karna raja Sunjo adalah keponakan tiri raja Myungjong yang merupakan raja sebelumnya, ayah kandung Yeon Hee, suami dari queen Shim. Jadi, raja Sunjo itu bukanlah ayah Yeon Hee.

      Hapus
  6. ga sabar baca lanjutannya :'3

    BalasHapus
  7. ga sabar baca lanjutannya :'3

    BalasHapus
  8. ga sabar baca lanjutannya :'3

    BalasHapus

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)