Selasa, 14 Juni 2016

Sinopsis Mirror of The Witch Episode 9


Ketika kutukan Seo Ri aktif, roh PM Sunhoe di dalam pot berguncang hebat. Namun ketika Heo Jun menangkap Seo Ri yang terjatuh dan kutukan Seo Ri berhenti, roh di dalam pot itu kembali tenang. Hong Joo nampak heran melihatnya. Rangkaian kertas jimat di kuil Chungbing pun pulih kembali dengan sendirinya.

Jun membaringkan Seo Ri yang tidak sadarkan diri. Ia masih nampak terkejut…dan khawatir.

“Jadi semua yang tertulis dalam buku Mauigeumseo adalah  mengenai dirinya?” tanyanya pada Yo Gwang.

“Karena itu Seo Ri membutuhkanmu. Aku tidak tahu bagaimana kau mendapatkan lambang Ok Choo Kyung (lambang di dada Heo Jun), tapi seperti yang kaulihat lambang itu memblokir kutukan Seo Ri.”


Seo Ri terbangun keesokan harinya. Ia heran melihat rambutnya yang sudah kembali hitam.

Yo Gwang dan Heo Jun membereskan peralatan Seo Ri. Yo Gwang masih penasaran dengan lambang di dada Heo Jun. Saking penasarannya, ia bahkan menggunakan ranting untuk mengintip lambang tersebut.

“Lama-lama kau akan membuka pakaianku,” ujar Jun kesal.

“Bukan begitu…ini sangat berharga, jadi kau harus menjaganya baik-baik,” Yo Gwang menempelkan tangannya di dada Jun dengan penuh perasaan. Hehe…malah tambah aneh kelihatannya^^


Yo Gwang mengalihkan pembicaraan dan bertanya kenapa Jun dipenjara.

“Kakaknya…. Oh iya, apa keluarganya tidak tahu ia di sini?” tanya Jun. Ooo…ternyata dia mengenali Poong Yeon sebagai kakak Yeon Hee juga.

“Lebih baik mereka tidak tahu. Tapi kenapa kau menghindari pertanyaanku? Apa kau melakukan kejahatan serius? Bagaimana jika para polisi mengejarmu?!” kata Yo Gwang panik.

“Aku difitnah,” sahut Jun cepat.” Jubah Merah atau Jubah Biru atau apalah... aku sangat kesal dituduh sebagai pembunuh.”

Yo Gwang terpaku lalu mendekati Jun dan berbicara dengan serius. Ia bertanya apa Jun mengenal Jubah Merah atau pernah melihatnya.

“Jika aku tahu, aku pasti sudah menangkapnya,” Jun menepis tangan Yo Gwang yang memeganginya. “Kenapa kau seperti ini?”

Yo Gwang bercerita kalau orang-orang yang dibunuh Si Jubah Merah adalah mereka yang membuat keinginan pada Seo Ri. Si Jubah Merah itu yang menyebabkan Seo Ri tidak bisa mematahkan kutukannya.”


Jun terkejut. Yo Gwang meminta Jun merahasiakannya dari Seo Ri. Saat itulah Seo Ri muncul. Jun  melambai padanya dan menyapanya.

“Kenapa dia di sini?” tanya Seo Ri.

Yo Gwang terbata-bata menjelaskan. Seo Ri tidak percaya penjelasan Yo Gwang. Yo Gwang berkata ia juga tidak menyukai situasi ini tapi buktinya mereka baik-baik saja meski rangkaian jimat hancur. Ia berkata Jun adalah jimat manusia yang bisa melindungi mereka.

Seo Ri tetap tidak percaya karena  semua jimat itu dalam keadaan baik. Yo Gwang menjelaskan kalau rangkaian jimat itu hancur saat Seo Ri keluar dari kuil Chungbing tapi kembali pulih begitu Jun kembali. Seo Ri merenungkannya.

“Semalam…apa kau yang menolongku?” tanya Seo Ri pada Jun.

Jun berkata itulah yang dikatakan Yo Gwang padanya.

“Apa kau melihat semuanya?” tanya Seo Ri pelan.

Dari ekspresi Jun, ia tahu Jun melihat semuanya. Dengan ketus ia berkata ia tidak membutuhkan Jun dan menyuruh Yo Gwang mengantar Jun keluar.


Yo Gwang mengejar Seo Ri ke dalam kuil dan meminta Jun tidak ke mana-mana. Apa Seo Ri merasa malu karena Jun melihatnya dalam kondisi seperti itu? Justru itu lebih baik karena Jun tahu semua isi Mauigeumseo.

“Bawakan plakat keinginan,” kata Seo Ri.

“Seo Ri, bukan itu yang penting saat ini,” Yo Gwang berusaha membujuk.

Tapi Seo Ri berkeras ia harus menyalakan lilin agar kutukan itu segera terangkat. Ayahnya mengatakan kutukan itu harus diangkat agar semua orang bisa hidup. Ia bahkan tidak tahu keadaan kakaknya saat ini.

Yo Gwang berkata itu sebabnya mereka membutuhkan Jun tinggal bersama mereka hingga Seo Ri menyalakan lilin terakhir. Hanya itu pilihan mereka sekarang.


Poong Yeon sudah pulih kembali. Ibunya membawakannya obat untuk memulihkan kekuatannya. Ia berkata ia hanya kelelahan ketika melihat ibunya khawatir.  Poong Yeon patuh meminum obat yang dibawakan ibunya.

Ibu Poong Yeon melihat ke arah belakang telinga puteranya. Tanda kutukan sudah hilang. Ia bertanya apakah Poong Yeon sudah menemukan Yeon Hee.

Belum, jawab Poong Yeon. Ia bertanya kenapa ibunya menanyakannya. Ibunya berkilah ia hanya sering memikirkan Yeon Hee akhir-akhir ini.

Sol Gae menanyakan keadaan Poong Yeon saat Poong Yeon keluar dari rumah. Poong Yeon berkata ia mengalami gejalan yang sama seperti pada hari Yeon Hee menghilang. Ia khawatir terjadi sesuatu pada Yeon Hee. Sol Gae terdiam.


Poong Yeon marah besar saat tahu Jun lolos dari penjara. Penjaga penjara dengan ketakutan berkata ia hanya pergi ke kamar kecil sebentar, lalu Jun menghilang.

Melihat kunci yang tidak rusak, ia berkesimpulan ada orang yang membukakan pintu untuk Jun. Seseorang dari dalam diam-diam bersekongkol dengan Jun. Si penjaga penjara cepat-cepat berkata bukan dia orangnya.

Jika ada yang membantu dari dalam, Sol Gae menyimpulkan Jun mungkin lolos dari inspeksi di perbatasan ibukota. Tapi Poong Yeon teringat perkataan Jun kalau Jun justru sedang mencari Si Jubah Merah untuk menangkapnya. Ia yakin Jun masih di ibukota.  Ia memutuskan pergi ke pohon 100 tahun.


Jun mendekati Seo Ri yang sedang membuat ramuan. Ia berkata ia tidak tahu betul apa itu jimat, tapi menurut Yo Gwang tidak akan ada yang terjadi selama ia berada di sisi Seo Ri.

“Aku tidak percaya itu. Jadi tidak usah khawatir dan pergilah,” ujar Seo Ri.

“Dulu kau harus tinggal di rumah itu di Hutan Hitam. Dan sekarang kau juga sepertinya tidak bisa meninggalkan tempat ini. Apa kau tidak merasa tertekan?”

“Bukan urusanmu.”

“Maksudku, jika kau ingin pergi ke suatu tempat, aku akan pergi bersamamu. Aku hanya perlu berada di sisimu. Jika ada kesemek di luar sana, kau juga  bisa memetiknya sendiri.”

Seo Ri terdiam. Jun bertanya apa Seo Ri akan terus mengabaikannya.

“Tidakkah kau lihat aku bukanlah orang yang sama seperti aku yang dulu. Akan lebih baik jika kau tidak terlibat denganku.”

“Kalau begitu seharusnya kau memberiku ramuan Lupa itu. Kenapa kau tidak melakukannya?” tanya Jun.

Seo Ri tidak bisa menjawabnya dan menjauhi Jun. Jun berkata ia sekarang sudah tahu kalau Seo Ri membuat ramuan berdasarkan keinginan orang lain. Dan Seo Ri juga mendapat keuntungan dari hal itu. Ia sudah tahu semuanya dan menghafal semuanya.

“Aku…ingin membantumu.”



Kepala kasim mengambil lenteranya. Di bawah lentera itu ia menemukan sebuah surat. Kepala kasim diam-diam membawa surat itu. Hyun Seo mengawasinya dari jauh. Surat itu darinya. Ibu Suri membaca surat tersebut dan memikirkannya.

Dalam rapat istana, menteri melaporkan mengenai rumor yang beredar bahwa Jubah Merah sebenarnya masih hidup. Menteri lain bertanya bagaimana itu bisa terjadi, bukankah mereka sudah memastikan mayatnya? Ternyata banyak yang melaporkan kalau mereka melihat Jubah Merah (Jun) dalam keadaan hidup.

“Jadi maksud kalian aku salah menangkap orang?” kata Raja.

“B—bukan begitu,” jawab para menteri ketakutan.

“LALU APA!!!!” Bentak Raja, “Temukan sumber rumor itu dan bawa dia ke hadapanku.  Aku akan merobek lidahnya di depan semua orang dan menjadikannya contoh!!”



Kasim melaporkan kedatangan Ibu Suri. Raja menolak menerimanya. Tapi Ibu Suri tidak peduli dan berjalan masuk. Raja membalikkan tubuhnya, tanda tidak menerima kehadirannya.

“Yang Mulia tidak boleh melibatkan emosi dalam memerintah,” Ibu Suri mengingatkan.
 “Yang Mulia harus memperhatikan ketakutan rakyat.”

“Benar, tapi ini adalah tempat untuk membicarakan urusan negara, bukan tempat bermain anggota kerajaan.”

Ibu Suri berkata sepertinya Raja semakin kabur penilaiannya. Bagaimana bisa memerintah dengan  baik dalam keadaan seperti itu? Jika Raja goyah, maka negeri akan hancur.

“Jika Yang Mulia kesulitan mengurus urusan negara karena sakit secara fisik dan mental, maka aku harus maju dalam situasi seperti ini.”

Para menteri heboh mendengar perkataan Ibu Suri.

“Ah, jadi sekarang Ibu Suri menyuruhku menyerahkan tahtaku?”

“Jika diperlukan,” jawab Ibu Suri, “Aku akan mengambil alih dan memerintah mewakili Yang Mulia.”

Perdana Menteri berkata Raja dalam keadaan sehat dan baik-baik saja jadi tidak mungkin digantikan oleh Ibu Suri. Bagaimana jika tidak, tanya Ibu Suri.

Raja memerintahkan agar kepala kasim membawa Ibu Suri kembali ke kediamannya. Ia menyindir penglihatan Ibu Suri sudah mulai kabur. Tapi Ibu Suri malah menyuruh kasimnya membawa seseorang masuk.



Raja terkejut saat melihat orang yang dibawa kasim adalah tabib yang biasa merawatnya. Tabib itu berlutut dengan ketakutan. 

“Kau bahkan bukan tabib kerajaab, tapi kudengar kau merawat Yang Mulia setiap malam. Apa itu benar?” tanya Ibu Suri.

Tabib itu membenarkan dengan ketakutan. Ibu Suri menanyakan keadaan Raja padanya. Tabib itu berkata Raja mengidap penyakit kulit yang tidak diketahui. Ada pendarahan dan semakin parah. Ia berkata Raja dalam keadaan sangat buruk.

“Beraninya kau!!!” Raja berteriak marah.

Para menteri terkejut dan heboh membicarakannya. Ibu Suri menatap Raja.

“Aku tahu Yang Mulia memutuskan dengan bijaksana untuk menutupi penyakit Yang Mulia  dari rakyat dan para pejabat agar mereka tidak khawatir. Tapi kesehatan Yang Mulia berkaitan langsung dengan kesejahteraan negeri ini. Ini bukanlah sesuatu yang bisa ditutupi begitu saja.”

“Itu bohong! Ibu Suri sudah memfitnahku!!” seru Raja penuh emosi.

Saat itulah penyakitnya kambuh. Darah mengalir dari lengan jubahnya. Raja tersungkur dan berlutut di lantai…di hadapan para menteri dan Ibu Suri.

“Astaga….penyakit Yang Mulia sangat parah,” kata Ibu Suri dengan wajah khawatir meski nadanya ada kesan menyindir. Ia berkata Raja harus merawat kesehatannya.

“Jangan khawatir dan ijinkan aku mengambil alih mengurus negara.”



Luka Raja semakin parah. Hong Joo menggunakan sihir hitamnya untuk menahan penyakit tersebut. Raja menagih janji Hong Joo untuk menyembuhkannya. Hong Joo meminta Raja bersabar karena kesembuhan itu membutuhkan waktu.

Tapi tampaknya Raja sulit untuk bersabar. Ia merasa sulit mempertahankan tahtanya karena ia bukan keturunan langsung Raja sebelumnya. Ia mewarisi tahta karena tak ada pilihan lain. Dan ia merasa semua orang hendak membunuhnya. Jadi Hong Joo harus segera menyembuhkannya.

Hong Joo berkata Raja harus bertahan. Setelah sembuh, Raja akan bisa menghadapi semuanya. Dan ia akan menyingkirkan semua orang yang menghalangi Raja.

Tapi Raja tidaklah bodoh. Ia tahu Hong Joo akan meminta imbalan lebih dari sekedar kembali ke Seongsucheong. Apa itu? Hong Joo awalnya berkata ia kembali ke istana untuk menyingkirkan sumber masalah di negeri ini. Tapi ia tidak menyangkal kalau ada hal lain yang ia inginkan.

“Aku ingin membantu menghancurkan kekuasaan Ibu Suri yang sudah mengusirku, seorang shaman biasa. Aku berharap bisa menjadi abdi Yang Mulia yang setia.”



Heo Jun melihat bahan-bahan yang digunakan Seo Ri dan mengetahui kalau Seo Ri sedang membuat ramuan untuk bisa melihat hantu.  Ia bertanya untuk apa ramuan itu.

Ia tidak bergeming meski Seo Ri menyuruhnya minggir terus menerus dan tidak mengacuhkannya. Ia bertanya memangnya ada orang yang ingin bisa melihat hantu.

Seo Ri menghela nafas panjang. Ia berkata Jun tidak bisa membantunya. Ia akan cepat menyelesaikan tugasnya agar Yo Gwang bisa mengirim Jun pergi. Jadi Jun bisa membantunya dengan tidak ikut campur.

“Sepertinya tidak ada orang yang membuat keinginan, jadi kenapa kau harus buru-buru?” tanya Jun. Haha…kata-kata Seo Ri kayanya cuma masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Ngga ngefek bahasa kerennya sih^^

Jun melirik ramuan Pelihat Hantu dan memikirkan sesuatu. Lalu ia meminum ramuan tersebut. Huruf “hantu” muncul di leher Jun.

Seo Ri terkejut melihat Jun meminum ramuan itu. Kenapa Jun meminumnya?



Jun tidak mengatakan apapun dan berjalan pergi. Seo Ri mengikutinya dan bertanya apa yang sedang Jun lakukan dan kemana Jun akan pergi setelah meminum ramuan itu.

“Karena aku sudah meminum ramuan Pelihat Hantu, saatnya untuk pergi bertemu beberapa orang mati. Aku harus menangkap seseorang. Jika aku bertanya pada orang mati siapa dan di mana orang itu, mungkin aku akan menemukannya. Jadi kau harus ikut denganku,” Jun memakaikan jangot  (semacam jubah panjang yang bisa digunakan sebagai penutup kepala) pada Seo Ri dan memujinya sangat cantik.

Tapi Seo Ri tidak mau pergi. Jun mengingatkan kalau mereka harus tetap bersama seperti perintah Yo Gwang. Seo Ri berkata ia akan baik-baik saja meski Jun pergi. Tapi Jun tidak percaya karena menurut Yo Gwang sesuatu yang buruk akan terjadi pada Seo Ri jika ia meninggalkan Seo Ri.

“Apa karena kau ragu aku adalah jimat manusia?” tanyanya lembut.

Ia menggenggam tangan Seo Ri dan berkata itu malah menambah alasan bagi mereka untuk keluar. Begitu mereka keluar, mereka akan tahu apakah benar ia jimat bagi Seo Ri atau bukan.



Heo Ok memarahi dan mengancam para penandu yang sudah meninggalkannya malam itu. Karena ketakutan, akhirnya mereka mengaku kalau Soon Deuk yang sudah membayar mereka. Mereka berkata Soon Deuk adalah gadis yang sering muncul di tempat judi.

Heo Ok menangkap Soon Deuk dan bertanya di mana Jun. Soon Deuk berkata ia tidak tahu. Tapi Heo Ok tidak percaya. Ia berkata ia harus menangkap Jun dan membunuhnya. Jika Soon Deuk tidak memberitahunya maka ia juga akan membunuh Soon Deuk.

Tapi Soon Deuk memang tidak tahu. Sejak hari itu ia tidak bertemu Jun lagi. Ia mendorong Heo Ok dan berusaha melarikan diri. Tapi ia tidak berhasil. Heo Ok berkata ia akan membuat Jun keluar dari persembunyiannya dengan menggunakan Soon Deuk.



Seo Ri akhirnya ke kota bersama Jun. Tapi ia tidak mau memperlihatkan wajahnya karena ia takut ia berubah dan membuat takut orang-orang. Ia terus menutupi kepalanya dengan jangot dan terus menunduk. Jun berkata justru sikap Seo Ri yang seperti ini malah mengundang perhatian orang.

“Mereka pasti berpikir seberapa jeleknya kau hingga menutupi wajahmu seperti itu.”

Seo Ri berkata di sini terlalu banyak orang. Jun melepaskan jubah yang menutupi kepala Seo Ri dan membuatnya melihat keadaan sekitarnya. Tidak ada satu orangpun yang memperhatikan mereka. Semua sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

“Lihat? Kau baik-baik saja. Tidak ada satu orangpun yang melihatmu dengan pandangan aneh. Bagi mereka, kau hanya salah satu orang yang melewati jalan ini. Tidak ada bedanya dengan mereka. Orang biasa.”

Seo Ri melihat sekelilingnya lalu menatap Jun. Jun tersenyum.

“Mereka mungkin menatapmu karena kau cukup cantik.Tapi salahmu sendiri karena berwajah cantik, jadi hadapi saja,” ujar Jun.

“Jangan khawatirkan aku. Khawatirkan saja dirimu sendiri,” kata Seo Ri ketus.

“Kenapa malu-malu?” gumam Jun sambil tertawa kecil. Ia berjalan mengikuti Seo Ri.



Tiba-tiba ia menoleh dan berteriak ketakutan.   Semua orang langsung menoleh, termasuk Seo Ri.

Efek ramuan itu mulai muncul. Jun melihat hantu anak kecil.  Saking takutnya ia sampai kesulitan untuk berjalan. Orang-orang mengira Jun sudah gila.

Jun bersembunyi di belakang Seo Ri. Hantu anak kecil itu malah memutar-mutar kepalanya 360 derajat.  Jun berteriak ketakutan sampai hampir menangis.

“Aku tidak tahu siapa yang sebenarnya jimat siapa,” gerutu Seo Ri.

Ia mendorong Jun tapi Jun sangat takut dan terus berpegangan pada Seo Ri. Seo Ri bertanya siapa orang mati yang hendak Jun temui.

“Temanku. Dia terbunuh karena aku,” jawab Jun gemetaran.



Poong Yeon dan Sol Gae pergi ke pohon 100 tahun. Berbeda dengan sebelumnya, pohon itu sekarang digantungi banyak kain untuk berkabung dan juga ditempeli tulisan “Pohon Pembunuh”. Poong Yeon menyuruh Sol Gae memeriksa tempat itu dengan seksama untuk mencari bukti atau petunjuk.

Sol Gae bertanya siapa yang sebenarnya mereka cari. Jubah Merah atau Heo Jun? 
Keduanya, jawab Poong Yeon. Jika mereka menangkap Jun, mereka mungkin bisa menangkap Jubah Merah. Jika mereka mengejar Jubah Merah, Jun akan ada di sana.



Seo Ri mengintip tempat yang mereka datangi. Tempat apa ini? Gibang (rumah gisaeng), jawab Jun.

“Apa temanmu itu seorang gisaeng?” tanya Seo Ri agak kaget.

Jun membenarkan. Memangnya kenapa? Tidak apa-apa, kata Seo Ri. Tapi kenapa sangat sepi? Jun  menjelaskan biasanya gibang sepi di siang hari karena semua orang tidur.

“Kenapa kau tahu banyak?” tanya Seo Ri.

“Karena ini seperti rumahku sendiri,” jawab Jun sambil tersenyum. Seo Ri nampak heran tapi ia menurut saat Jun menuntunnya masuk ke dalam.



Saat melihat orang lewat, Jun membawa Seo Ri bersembunyi. Seo Ri terkejut dengan kedekatan mereka. Tapi Jun tidak menyadarinya.  Ia meminta Seo Ri menunggu sebentar.

Tapi baru saja ia menoleh, muncul sesosok hantu gisaeng berwajah setengah rusak.Jun langsung mengkeret ketakutan. Seo Ri melihatnya dengan bingung. Ia mencoba melihat tapi tak ada siapa-siapa di sana.

Jun menguatkan dirinya dan mengajak Seo Ri maju dengan berani. Seo Ri menoleh menatap Jun. Ternyata Jun terus berpegangan padanya karena takut. Jun cepat-cepat melepaskan tangannya lalu tersenyum malu,



Mereka pergi ke kamar Man Wol. Tapi Baru saja membuka pintu, Jun sudah berteriak ketakutan melihat hantu menggantung terbalik. Menyeringai seram ke arahnya.

Ia cepat-cepat menutup pintu dan kabur dari sana. Seo Ri bertanya bagaimana caranya mereka mendapatkan petunjuk kalau seperti ini.

Akhirnya Jun memberanikan diri bertanya pada hantu cengeng yang duduk di luar. Masalahnya setiap kali ia bertanya tentang Man Wol, hantu itu menoleh dan melotot padanya. Lalu kembali menangis. Akhirnya Jun pamit dan mendoakan hantu itu pergi dengan damai. He.

Jun pasrah dan mengajak Seo Ri pergi.

“Hei, mari kita….” Jun menoleh dan mengernyit ketakutan.

Sekelompok hantu gisaeng mengelilingi dan mengamati Seo Ri dengan sangat dekat. Seo Ri tidak melihat apa-apa jadi ia tenang saja. Jun cepat-cepat menarik Seo Ri pergi.



Mereka pergi ke tempat Man Wol kehilangan nyawanya. Ke tempat kincir air. Jun masuk ke sana namun tak melihat siapapun. Apa dia di sini, tanya Seo Ri.

“Tidak ada. Syukurlah, mungkin ia sudah pergi ke tempat lebih baik,” kata Jun.

Tapi ketika ia hendak keluar, ia merasakan sesuatu. Ia menoleh dan melihat hantu Man Wol (untung tidak seram^^). Man Wol menatapnya dengan sedih.

“Man Wol, siapa yang melakukan ini padamu?” tanya Jun diliputi emosi yang mendalam.  

Man Wol memandang ke suatu titik. Jun melihat ke sana. Di tanah, ada sebuah lambang yang tidak Jun kenali.



Ketika ia menengadah, Man Wol sudah tidak ada. Seo Ri tersenyum memberi semangat pada Jun. Jun mengajak Seo Ri pergi.

Saat ia menutup pintu, ia kembali melihat hantu Man Wol. Man Wol memberikan penghormatan terakhirnya pada Jun, lalu tersenyum. Seakan Jun sudah memenuhi keinginannya untuk bertemu di tempat ini. Jun tersenyum lalu menutup pintu.



Setelah memeriksa tempat itu, Poong Yeon mengajak Sol Gae pergi. Sol Gae bertanya apa mereka tidak perlu mengintai tempat ini. Tapi masalahnya tidak ada yang tahu kapan Jubah Merah muncul. Dan karena ini kasus yang sudah ditutup, mereka tidak bisa menggerakkan pasukan.

Seo Ri dan Jun dalam perjalanan kembali. Seo Ri bertanya apa yang terjadi pada teman Jun. Jun berkata ia dengar Man Wol menjadi korban pembunuhan saat sedang menunggunya di tempat tadi.

“Kenapa kau tidak bertanya orang seperti apa aku dan apa rencanaku? Kau pasti penasaran,” kata Jun.

“Kau juga tidak bertanya apa-apa padaku. Apa kau tidak takut saat melihatku (ketika kutukannya aktif)?” tanya Seo Ri.

Jun terdiam. Seo Ri jadi tak enak hati.

“Aku agak terkejut,” Jun mengakui, “Dan hatiku sakit untukmu.”

Seo Ri tersentuh dengan kata-kata Jun…setidaknya Jun tidak takut padanya.

Jun bertanya mereka hendak ke mana karena ini bukan jalan pulang. Seo Ri berkata ada tempat yang ingin ia lihat sebelum pulang.



Ternyata mereka pergi ke pohon 100 tahun. Jika saja mereka tiba lebih awal, mereka akan bertemu dengan Poong Yeon dan Sol Gae yang baru saja meninggalkan tempat itu.

Di pohon itu tergantung plakat keinginan baru bertuliskan: Aku ingin bertemu kembali dengan orang yang kurindukan. Plakat itu ditulis oleh Poong Yeon sebelumnya.

Namun yang membuat Seo Ri terkejut adalah tulisan pada pohon itu. Pohon pembunuh. Jun cepat-cepat mengajak Seo Ri pergi dari sana. Tapi Seo Ri telanjur melihatnya. Ia bertanya mengapa pohon itu disebut pohon pembunuh. Jun bingung bagaimana menjawabnya.



Mereka kembali ke kuil Chungbing. Yo Gwang sudah menunggu mereka dan memarahi mereka habis-habisan karena sudah keluar. Ia menyuruh Jun berada di sisi Seo Ri, bukan mengajaknya keluar. Apa kata-katanya mengenai bahaya yang mengancam Seo Ri bukanlah apa-apa bagi Heo Jun?

Jun hanya diam. Seo Ri bertanya mengapa pohon 100 tahun menjadi seperti itu.

“Pohon itu disebut pohon pembunuh. Apa orang-orang yang menggantung plakat keinginan mereka semua mati? Lilinku padam 12 kali. Apakah mereka semua mati?” tanya Seo Ri dengan mata berkaca-kaca. “Apa ini perbuatan shaman itu?”

Yo Gwang berkata sepertinya Hong Joo mengetahui tentang lilin-lilin itu dan mengirim pembunuh untuk membunuh siapapun yang menggantung keinginan mereka pada plakat itu.

“Jadi semua orang itu mati karena aku juga?” Seo Ri mulai menangis. “Karena kutukanku?”

“Bukan begitu, Seo Ri,” Yo Gwang berusaha menenangkan.



Tapi Seo Ri terlampau emosi. Ia bertanya mengapa Hong Joo melakukan itu padanya. Ia sudah menurut saat dilarang keluar dari Hutan Hitam. Ia sudah berusaha menyalakan lilin untuk mengangkat kutukannya.

“Aku berpikir shaman itu hendak membunuhku karena aku dikutuk. Karena itu aku berpikir satu-satunya jalan adalah dengan mengangkat kutukan itu. Tapi orang-orang mati saat aku berusaha mengangkat kutukan itu!! Tidak peduli seberapa kerasnya usahaku, apakah aku tidak akan bisa lepas dari kutukan ini?”

Ia hampir jatuh pingsan. Heo Jun memeganginya. Ia meminta Seo Ri tenang.

“Aku tidak begitu mengerti apa yang kaukatakan tapi ini bukan salahmu.”

“Temanmu juga mati karena aku.”

“Kenapa itu salahmu? Sudah kubilang, Jubah Merah yang melakukannya.”

Tapi Seo Ri tidak mau mendengarnya. Jun tidak mau melepas Seo Ri. Seo Ri memohon agar Jun melepaskannya. Dengan sedih akhirnya Jun melepas Seo Ri. Seo Ri menangis dan meninggalkan mereka.



Ibu Suri menanyakan keadaan Raja pada Hong Joo. Hong Joo bertanya apa yang dikhawatirkan oleh Ibu Suri. Pulihnya Raja dengan cepat? Atau Ibu Suri khawatir Raja meninggal?

“Tentu saja aku harus khawatir. Tubuhnya akan digunakan oleh puteraku.”

Hong Joo meminta Ibu Suri tidak khawatir. Ia akan memindahkan roh PM Sunhoe ke dalam tubuh Raja Seonjo setelah tubuhnya sehat dan kuat.

“Kudengar Yang Mulia sekarang mengurus urusan negara.”

“Aku harus melindungi tahta yang akan diwarisi puteraku.”

Hong Joo tersenyum. Ibu Suri memerintahkan agar Hong Joo mengadakan upacara ritual untuk kesehatan Raja. Semua orang pasti sudah tahu mengenai sakitnya Raja, jadi sudah sepatutnya mereka mengadakan upacara itu. Hong Joo berkata ia akan melakukan perintah Ibu Suri.

“Hadirilah rapat istana besok pagi dan bicarakan masalah ini,” kata Ibu Suri.

Hong Joo tersenyum karena Ibu Suri kembali percaya padanya.



Seo Ri pergi ke altar dan melihat lilin-liling yang belum menyala. Ia merasa putus asa dan menangis.

Jun melihatnya. Ia membawa plakat keinginan yang mereka temukan di pohon 100 tahun.
Tadinya ia hendak membiarkan Seo Ri sendiri. Tapi lalu ia duduk tak jauh darinya.

“Karena aku, ibuku meninggal. Karena aku, temanku meninggal. Karena aku terus menyalahkan diriku sendiri, aku tidak mampu melakukan apapun. Tapi… apakah itu benar-benar kesalahanku?

Aku hanya ingin menjalani hidupku sebagaimana yang lainnya dan berusaha menjadi anak yang berbakti. Aku hanya ingin melakukan sama seperti yang orang lain lakukan. Tapi mereka mengatakan aku salah dan seharusnya aku tidak melakukan apapun.

Mereka bilang keberadaanku adalah suatu kesalahan. Jadi aku akan berjuang sampai mati demi kehidupanku dan melanjutkan hidup. Dengan begitu aku bisa membantu orang lain dan mungkin aku bisa menemukan alasan untuk hidup.”

Seo Ri mendengar kata-kata Jun dan mengangkat kepalanya. Sepertinya kata-kata Jun sudah menyemangatinya.



Dalam rapat istana, Ibu Suri memerintah di belakang Raja. Ibu Suri mengemukakan rencananya untuk mengadakan upacara kesembuhan Raja. Karena itu ia menghadirkan Hong Joo dalam rapat hari ini.

“Juga…karena penyakit Raja sangat serius, aku tidak hanya akan mengadakan upacara di Seongsucheong, tapi juga pada divisi Tao kerajaan.”



Senyum Hong Joo perlahan lenyap. Raja bertanya apa Ibu Suri sedang berencana menguubah istana menjadi rumah shaman. Lah…memangnya siapa yang bawa shaman ke istana?

“Yang Mulia sudah mengabaikan penolakan para cendekiawan dengan tetap mengembalikan Seongsucheong. Jadi kenapa kita tidak boleh membuka kembali divisi Tao? Bukankah Yang Mulia Raja juga menginginkannya?” tanya Ibu Suri. (Masih ingat kan Raja Seonjo pernah meminta Poong Yeon membuka kembali divisi Tao tapi Poong Yeon menolak karena ayahnya belum kembali?)

Raja mengiyakan dengan kesal. Ia berkata ia yang akan mengurusnya karena ia sudah memutuskan orang yang paling tepat untuk posisi kepala divisi Tao. Ia meminta Ibu Suri tidak melanjutkan rencananya.



Tapi Ibu Suri tidak peduli. Ia mengumumkan siapa kepala divisi Tao yang dipilihnya.

“Seseorang yang telah melakukan tugasnya dengan baik sejak lama. Seorang yang setia dan tidak berpihak, Pendeta Choi Hyun Seo.”

Hong Joo terbelalak kaget.

Hyun Seo melangkah masuk ruang istana dengan mengenakan jubah pendetanya. Hong Joo tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Hyun Seo memberi salam pada Ibu Suri dan berkata ia akan melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya.



Hong Joo terlihat marah. Apalagi ketika ia tahu Hyun Seo menghadap Ibu Suri.

Ibu Suri berkata ia sudah memenuhi permintaan Hyun Seo untuk mengembalikannya ke istana. Jadi sekarang ia menyuruh Hyun Seo membeberkan apa motif Hong Joo sebenarnya dalam menggunakan sihir hitam untuk membuatnya hamil.

“Dia hendak memilih Raja sesuai keinginannya dan memotong garis keturunan keluarga kerajaan. Ia berencana menghancurkan Joseon dengan mencegah adanya keturunan langsung keluarga kerajaan.”

“Apa maksudnya dengan menghancurkan negeri ini? Ia berkata ia akan mematahkan kutukannya,” tanya Ibu Suri.

Hyun Seo berkata Hong Joo tidak bisa mematahkan kutukan itu karena Hong Joo juga terikat pada kutukan tersebut. Hanya ada seseorang yang bisa mematahkan kutukan itu.
“Yaitu saudara kembar PM Sunhoe, Sang Puteri.”

Ibu Suri terkejut.



Di sisi lain, Hong Joo menceritakan pada Raja Seonjo perihal saudara kembar PM Sunhoe. Ia berkata Ibu Suri melahirkan anak kembar melalui ritual sihir hitam. Dan karena sihir hitam itu, Puteri terlahir dengan kutukan dan dibuang tanpa nama.

“Kutukan katamu?” tanya Raja.

Hong Joo berkata semua hal buruk yang terjadi di negeri ini dan juga penyakit Raja adalah akibat kutukan tersebut. Karena itu Ibu Suri yang terdahulu memerintahkan agar Puteri dibunuh, tapi Hyun Seo menyelamatkannya.

Kenapa, tanya Raja. Hong Joo berkata Hyun Seo tergerak oleh empati dan mengabaikan perintah.

“Dan sekarang orang itu kembali ke divisi Tao?”

Hong Joo berkata Hyun Seo memihak pada Ibu Suri. Raja Seonjo berkata Ibu Suri sudah menghancurkan negeri ini dengan kesalahannya sendiri dan sekarang sedang berencana untuk menutupi kesalahannya itu.

“Di mana Puteri itu?” tanyanya marah.



Ibu Suri terkejut mendengar puterinya masih hidup. Ia tambah terpukul saat Hyun Seo memberitahunya kalau Raja Myeongjeong yang memerintahkan agar ia menyelamatkan Puteri dan bahwa Raja tahu bagaimana mereka bisa dilahirkan. Raja juga tahu mengenai kutukan tersebut.

Ibu Suri berkata ini adalah kesalahannya. Ia yang menyebabkan suami dan puteranya menderita.

“Puteri akan menghentikan Hong Joo,” kata Hyun Seo.

Selama ini ia menyembunyikan puteri selama ini karena ia takut. Ia menyuruh puteri bersembunyi dari Hong Joo dan berusaha mematahkan kutukannya.

“Meski nyawanya dalam bahaya dan tidak ada jalan keluar, aku membuatnya tinggal tersembunyi tanpa memberitahunya apapun. Tapi sekarang Puteri mungkin sudah tahu kalau ia tidak bisa lagi bersembunyi. Puteri seorang yang kuat. Ia akan tahu apa yang harus ia lakukan dan menghadapi lawannya.”



Seo Ri menghampiri Jun dan meminta bantuannya. Ia memutuskan untuk pergi sendiri menemui orang yang menggantungkan keinginan.

“Karena aku tujuannya. Aku harus memastikan orang yang menggantung keinginan itu selamat.”

Yo Gwang khawatir karena ia saja bukan tandingan si Jubah Merah. Bagaimana jika Seo Ri tertangkap?

“Aku juga tahu betapa berbahayanya dan cerobohnya ini. Aku khawatir kalian berdua akan terluka. Tapi mereka percaya padaku dan membuat keinginan. Aku tidak bisa hanya duduk diam mengetahui mereka akan menjadi target orang yang begitu berbahaya.”

Lalu apa yang akan kaulakukan, tanya Yo Gwang frustrasi. Seo Ri berkata ia akan memberitahu si Jubah Merah untuk menemuinya jika menginginkan sesuatu darinya. Dan memastikan ia tidak akan menyakiti mereka yang menggantungkan plakat keinginan mereka.

Jun setuju. Menghadapi orang itu adalah hal yang terbaik.

Yo Gwang protes. Jun berkata orang-orang pengecut itu hanya akan memanfaatkan mereka terus  dan lebih kejam jika mereka bersembunyi dan melarikan diri.

“Kita harus menunjukkan kalau kita tidak takut karena itu yang sebenarnya. Bukan begitu?” kata Jun.

Seo Ri mengangguk sementara Yo Gwang tak bisa berkata apa-apa lagi.



Hyun Seo kembali ke markasnya dengan tertatih-tatih. Rupanya luka di perutnya belum sembuh dan sudah membusuk. Ia bisa bertahan karena sihir hitam Hong Joo. Ia sangat kesakitan.

Hong Joo masuk dan menempelkan tangannya pada luka itu. Jika Hyun Seo kesakitan kenapa tidak diam saja? Hyun Seo menepis tangan Hong Joo.

“Kenapa kau begitu ceroboh berusaha melawanku?” tanya Hong Joo.

“Kau mungkin menyelamatkanku untuk membunuh Yeon Hee, tapi aku tidak akan dikendalikan olehmu.”

“Begitukah menurutmu?” tanya Hong Joo. “Kalau begitu serahkan Puteri dan pergilah dengan tenang. Kau bertahan hidup berkat kekuatan sihir hitamku. Kau seharusnya tahu kau harus memegang tanganku jika ingin tetap hidup,” Hong Joo mengulurkan tangannya.

Tapi Hyun Seo tidak membiarkan Hong Joo menyentuhnya. Ia berkata Hong Joo akan menyesal karena sudah menyelamatkan nyawanya.  Ia akan memastikan kutukan yang dimulai Hong Joo akan membunuh Hong Joo.

Tapi Hong Joo tersenyum. Selama ini Hyun Seo selalu membelakanginya, membiarkannya melakukan apapun. Hyun Seo berkata ia tidak akan berharap yang sia-sia lagi. Ia tidak akan lagi membiarkan Hong Joo.

“Coba saja,” tantang Hong Joo sambil menarik tangannya. “Tapi jangan lupakan mengapa kau masih tetap hidup sekarang. Jika sakitnya tak tertahankan lagi, jangan menahannya dan temui aku.”



Yo Gwang dan Heo Jun mengantar Seo Ri mengantar ramuan. Jun bertanya ramuan apa itu. Itu adalah ramuan yang bisa membuat seseorang bermimpi indah, jawab Seo Ri. Orang ini ingin bertemu dengan orang yang ia rindukan, jadi ia akan membuat mereka bertemu meski dalam mimpi.

Mereka tiba di tempat yang dituju.  Tempat itu adalah sebuah rumah tua tak terpakai dan sangat gelap. Mereka berpencar untuk mencari orang yang menggantungkan plakat itu.

Sekilas mereka melihat orang di balik tembok. Jun dan Seo Ri berjalan ke sana.

“Apa kau menggantung plakat keinginan di pohon 100 tahun?” tanya Seo Ri.



Tiba-tiba pedang terhunus ke lehernya. Begitu juga ke leher Heo Jun.

Sol Gae menghunus pedangnya ke leher Heo Jun. Sedangkan Poong Yeon menghunus pedangnya ke leher Seo Ri. Seo Ri pelan-pelan mengangkat kepalanya. Poong Yeon terpaku.

“Yeon Hee….”

“Kakak…”



Komentar:

Mulai ada petunjuk mengenai si Jubah Merah meski belum diketahui lambang apakah itu. 

Sedih sekali melihat pertemuan dan perpisahan singkat Jun dan Man Wol. Man Wol hanya seorang gadis yang ingin dicintai dan mencintai, tapi nyawanya direnggut dengan tragis.

Ibu Suri ternyata tidak begitu saja jatuh pada perangkap Hong Joo. Benar-benar kejutan ketika ia mengambil alih tahta demi mengembalikan Hyun Seo ke istana dan mengetahui semua yang terjadi. Tapi masalahnya apakah ia bisa tetap kuat seandainya Hong Joo lagi-lagi mengeluarkan kartu as-nya….yaitu roh  puteranya.

Mulai kesal sama Raja Seonjo yang begitu mudahnya percaya pada Hong Joo. Apa dia tidak tahu nama ayah Poong Yeon? Seharusnya orang yang ia pilih untuk menjadi kepala divisi Tao adalah ayah Poong Yeon juga kan? 

Berharap Raja Seonjo segera sadar dan bersatu dengan Ibu Suri untuk mencegah niat Hong Joo tercapai. Menurutku Ibu Suri tidak membenci Raja Seonjo, malah menganggapnya sebagai pengganti puteranya. Tapi Raja Seonjo yang sepertinya salah paham mengira Ibu Suri menginginkan kematiannya. Yah tak tertutup juga kemungkinan Ibu Suri benar-benar memilih puteranya daripada Raja Seonjo sehingga ia tega mengorbankan Raja Seonjo demi mendapat tubuh bagi puteranya.

Jun benar-benar menjadi jimatnya Seo Ri. Seo Ri aman kalau bersama Jun. Aku jadi berpikir Jun adalah satu-satunya orang yang kebal dengan kutukan Seo Ri. Atau apakah kutukan itu akan berlaku juga untuk Jun jika Jun dan Seo Ri nantinya saling mencintai? Mudah-mudahan tidak >,<

Hyun Seo bertahan hidup dengan sihir hitam Hong Joo. Apa seperti dugaan Hong Joo, yaitu untuk membunuh Seo Ri? Atau karena perasaan di antara mereka berdua? Bagaimanapun juga pasti ada sesuatu di antara keduanya. Jelas Hong Joo menyimpan perasaan pada Hyun Seo, bukan sekedar balas budi. Jadi penasaran dengan masa lalu mereka berdua.

Menurutku Hyun Seo sengaja membakar jimat di luar kuil Chungbing agar Seo Ri tidak lagi bersembunyi dan berani menghadapi musuhnya.  Dan itu juga langkah yang akhirnya diambil Seo Ri.  Tapi…kalau kutukan Seo Ri aktif, bukankah Poong Yeon juga akan menderita?  Atau Hyun Seo sudah tahu mengenai keberadaan Jun hingga ia berani membuat Seo Ri keluar?

9 komentar:

  1. Akhirnya di post juga, tiap hari bolak balik nyari eps 9, alhamdulillah terimakasih. tambah seru, penasaran, keren deh.
    Ditunggu post'an selanjutnya buat ngabuburit

    BalasHapus
  2. trims mba fanny..ditunggu lanjutannya..semangat!!

    BalasHapus
  3. Makin kesini makin spechless sama Hong Joo.. Kejaaaaam

    BalasHapus
  4. wah, bener ternyata Hyun seo emg hidup lagi karena pengaruh sihir Hong Joo. pertanyaannya apakah kalau nanti Hong Joo mati, Hyun seo ikut mati juga gak ? hehe, mulai deh.
    Ok, makasih mbak Fanny eps.9 nya. ditunggu kelanjutannya yaa 😊
    Fighting mbak !!! 😉

    BalasHapus
  5. ditunggu eps selanjut nya y mba fanny....
    bner2 bkin pnsran crtanya
    ....

    BalasHapus
  6. thx mba fanny paling suka baca komentarnya mb fanny:)
    ayo mba lanjut jawaban pertanyaan mb fanny ada di episode 10.hehe

    ttp smgt mb fanny mskpun dah ntn ttp suka baca sinopsis nya jd lebih paham

    BalasHapus
  7. Makin seru aja niy...aku tunggu tunggu sinopsisnya tiap minggu loh mba...semanfaat

    BalasHapus
  8. Drama yang keren, makasih mbak fanny:-)
    TTapi aku sangat mendukung bersatunya seo ri dengan poong yeon, walau jalan ceritanya lebih memihak heo jun.
    Semangat!! DDitunggu sinopsis selanjutnya mbak..

    BalasHapus

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)