Jumat, 22 Agustus 2014

Sinopsis It’s Okay That’s Love Episode 9 (Bagian 1)

shot0049

Jae Yeol menatap Hae Soo yang tidur di sisinya. Hae Soo terisak. Jae Yeol mengusap kening Hae Soo yang berkeringat dan menghapus air matanya.

Hae Soo mengulurkan tangannya meraba wajah Jae Yeol lalu terbangun.

“Apa ini?” tanyanya, merasakan mata Jae Yeol yang basah.

“Karena kau menangis. Sudah kubilang aku sebenarnya pasif, tidak seperti yang terlihat.”

shot0006 shot0009

Hae Soo melihat bekas-bekas luka di tubuh Jae Yeol. Ia bertanya mengapa Jae Yeol memiliki begitu banyak bekas luka. Aku tidak tahu, jawab Jae Yeol. Hae Soo sangat sedih dan meminta Jae Yeol tidak terluka lagi. Jae Yeol mengiyakan.

“Apa kau mencintaiku?” tanya Hae Soo.

“Ya,” jawab Jae Yeol tanpa keraguan.

Hae Soo tidak percaya. Ia mengaku ia belum mencapai tahap mencintai Jae Yeol. Jae Yeol berkata tidak apa-apa karena pada suatu waktu Hae Soo akan mencintainya. Ia bertanya kenapa Hae Soo menangis.

shot0016 shot0023

Hae Soo kembali sedih dan mendekat pada Jae Yeol. Ia menyembunyikan wajahnya di dada Jae Yeol dan kembali menangis.

“Aku hanya memikirkan sesuatu.”

“Apa yang kaupikirkan?”

“Nanti….saat aku benar-benar mencintaimu, aku akan memberitahumu apa yang kupikirkan barusan. Saat itu aku juga akan memberitahumu betapa egois dan jahatnya aku. Jika kau masih mencintaiku setelah aku mengatakannya, maka aku akan percaya bahwa kau memang mencintaiku. Tapi aku tidak akan mengatakannya hingga saat itu tiba.”

Jae Yeol mengecup kepala Hae Soo, “Meski begitu aku mencintaimu.”

Hae Soo berkata ia belum mencapai tahap itu. “Sama seperti kebanyakan pria di dunia ini, hanya karena kita tidur bersama, kau….”

“Aku tidak akan berpikir bahwa aku telah memilikimu sepenuhnya.”

Hae Soo tersenyum. Ia berkata ia mengantuk. Jae Yeol menyuruhnya tidur dan membetulkan kain yang menyelimuti Hae Soo.

shot0027 shot0033

Jae Yeol mencoba menulis sambil menunggui Hae Soo yang tidur, tapi ia kesulitan meneruskan cerita yang sedang dibuatnya.

Kaeng Woo sedang bersepeda di daerah dekat rumahnya ketika tiba-tiba sebuah mobil menabraknya. Sepedanya hancur dan Kang Woo terlempar ke udara.

Tapi itu hanya mimpi Jae Yeol. Jae Yeol terbangun dan melihat kakaknya ada di hadapannya. Jae Beom menusuk Jae Yeol dengan pisau. Jae Yeol melihat perutnya mengeluarkan darah.

“Kak….”

“Jika kau mati, aku yakin Ibu akan benar-benar sedih. Benar, kan?” kata Jae Beom.

shot0059 shot0061

Air mata Jae Yeol mengalir. Ia teringat ibunya menyalakan api (sepertinya setelah kematian sayah tiri Jae Yeol). Sambil menahan sakit, Jae Yeol menoleh dan melihat Hae Soo yang masih tidur.

Tampaknya hal itu membawa Jae Yeol kembali pada realita karena Jae Beom tiba-tiba menghilang dari hadapannya. Hanya laut yang luas yang terbentang di hadapannya. Jae Yeol berusaha keras menahan sakitnya agar Hae Soo tidak terbangun.

shot0063 shot0065

Tapi Hae Soo terbangun dan melihat wajah Jae Yeol yang panik. Ada apa, tanyanya khawatir.

“Perut…..perutku berdarah,” kata Jae Yeol terbata-bata. Menunjukkan perutnya dan tangannya yang berlumuran darah.

Hae Soo memegangi kepala Jae Yeol dan bertanya apa Jae Yeol mimpi buruk. Saat itulah Jae Yeol sepenuhnya kembali pada kenyataan. Perutnya sama sekali tidak terluka. Ia terpana.

shot0087 shot0083

“Kang Woo….mengalami kecelakaan. Kakakku….menusukku dengan pisau,” ujar Jae Yeol. Masih bingung antara kenyataan dan mimpinya.

Hae Soo memeluk Jae Yeol dan meminta maaf berkali-kali.

“Maaf aku benar-benar lupa kalau kau hanya bisa tidur di kamar mandi. Aku salah, aku salah. Tidak apa-apa…tidak apa-apa…” gantian Hae Soo yang panik berusaha menenangkan Jae Yeol.

 shot0091 shot0095

Jae Yeol masih dalam kondisi linglung dan diam 100 bahasa. Hae Soo menyuruhnya menarik nafas.

“Dua nafas pendek, satu nafas panjang,” Hae Soo memberi contoh. Jae Yeol mengikuti, akhirnya ia mulai bisa bernafas dengan normal. Hae Soo memeluknya.

“Aku tidak apa-apa,” kata Jae Yeol. Hal ini sudah biasa terjadi. Ia mengajak Hae Soo kembali ke hotel. Hae Soo ingin mereka tetap di luar sampai Jae Yeol benar-benar pulih.

Jae Yeol juga masih ingin di luar tapi ia melihat ada orang yang datang. Hae Soo mengira Jae Yeol masih berhalusinasi, ia berkata tidak ada orang. Jae Yeol berkata ada 2 orang. Hae Soo menoleh dan panik takut dilihat orang kalau mereka bermalam di pantai. Mereka buru-buru membereskan barang mereka dan kembali ke hotel.

shot0105 shot0109

Jae Yeol melihat Hae Soo menaruh bantal dan selimut di bathtub. Ia mempersiapkan tempat tidur Jae Yeol.

“Kau akan menganggapku tidak menarik jika kau melihatku tidur di bathtub,” kata Jae Yeol. “Ah sudahlah. Jika kau ingin putus denganku karena aku tidak suka cara tidurku, maka kita bisa putus.”

Ia masuk ke dalam “tempat tidur” yang sudah disediakan Hae Soo. Ia tampak nyaman di sana. Hae Soo menyelimutinya dan menyuruhnya tidur. Jae Yeol menyuruh Hae Soo juga tidur di kamar karena nanti sore mereka akan pulang.

“Aku sudah tidur banyak. Giliranku untuk membantumu tidur. Tidurlah,” Hae Soo mengusap kepala Jae Yeol.

“Aku mengantuk. Kupikir aku sebaiknya tidak putus denganmu. Kau sangat membuatku nyaman.”

Hae Soo pura-pura protes. Jae Yeol tersenyum dan menggenggam tangan Hae Soo. Hae Soo menggenggam tangan Jae Yeol dan menepuknya. Ia menghela nafas dan tersenyum. Lalu ia terlihat khawatir.

shot0117 shot0133

Dong Min sedang berusaha menelepon Young Jin, sementara So Nyeo berusaha menarik perhatian Soo Kwang pada sepatunya. Yoon Soo menghampiri Dong Min dan menanyakan kapan Hae Soo akan pulang.

Dengan cuek Dong Min berkata Hae Soo pasti akan pulang. Memangnya dia mau tinggal di sana? Tapi Yoon Soo khawatir dan ragu apakah Jae Yeol bisa dipercaya. Bagaimana jika mereka putus setelah perjalanan ini dan Hae Soo patah hati.

“Tidak ada yang namanya kalah dan patah hati dalam cinta,” kata Dong Min. Yoon Soo tidak setuju, tentu saja ada.

Dong Min berkata cinta membuat kenangan dan patut disyukuri bagi wanita berharga diri tinggi seperti Hae Soo. Yoon Soo mengerti, adiknya memang berbeda dari wanita lain.

shot0134shot0135  

Akhirnya Young Jin mengangkat telepon Dong Min. Dong Min menanyakan kelanjutan masalah kakak Young Jin. Young Jin berkata Dong Min benar, kakaknya ternyata berselingkuh dengan manajer toko. Ia hendak menghindari masalah ketika ketahuan suaminya, hingga menuduh suaminya memiliki Othello Syndrom (kecemburuan yang membabi buta hingga membayangkan pasangannya telah berselingkuh).

Ia mengakui bahwa ia telah melibatkan perasaannya dalam kasus ini (karena menyangkut kakaknya dan mengingatkannya pada pernikahannya dengan Dong Min). Ia berkata kakaknya dan suaminya akan menjalani konsultasi terkait ketidakpercayaan kakak iparnya dan ketidaksetiaan kakaknya.

Dong Min mengajak Young Jin bertemu. Mereka tidak akan begitu saja mengakhiri persahabatan yang telah terjalin 20 tahun lebih, bukan? Young Jin berkata ia berjanji akan menghubungi Dong Min jika ia sudah siap.

shot0138shot0143 

Perhatian Dong Min beralih pada Seo Nyeo dan Soo Kwang yang sedang bertengkar. Seo Nyeo memaksa Soo Kwang membelikannya sepatu baru yang cocok dengan baju baru pemberian Soo Kwang.

“Ambil saja lagi bajunya atau belikan aku sepatu baru. Ayo pilih, Park Soo Kwang!” Seo Nyeo merengek dan ngadat seperti anak kecil.

Yoon Soo ikut kesal melihatnya. Soo Kwang berkata ia tidak akan membelikannya.

“Belikan!” teriak Seo Nyeo.

“Belikan saja!” bentak Dong Min. “Belikan saja semua yang diinginkan Seo Nyeo. Kau tidak akan memiliki perasaan apapun lagi padanya setelah dompetmu kosong. Belikan saja…belikan semuanya…”

Seo Nyeo tersenyum menang. Soo Kwang mengalah dan mengajak Seo Nyeo pergi. Yoon Soo geleng-geleng kepala melihat keduanya.

 shot0149 shot0153

Jae Yeol dan Hae Soo berjalan-jalan di tepi pantai. Hae Soo menanyakan kapan tulisan Jae Yeol selesai. Jae Yeol tidak tahu, ia akan menyelesaikannya sebelum akhir tahun. Kenapa Hae Soo menanyakan itu?

Hae Soo berkata masalah OCD Jae Yeol harus diobati. Meski ia sendiri ingin menanganinya, tapi ia tidak boleh karena mereka berpacaran. Ia tidak akan bisa merawat Jae Yeol secara objektif.

“Maksudmu kau begitu terpikat denganku hingga tak bisa tetap objektif?” ledek Jae Yeol.

“Dasar playboy,” Hae Soo menepis tangan Jae Yeol dan pergi dengan kesal.

shot0158 shot0164

Jae Yeol tersenyum dan merangkul pundak Hae Soo. Hae Soo bertanya kenapa Jae Yeol tidak pernah menyangkal setiap kali ia menyebutnya playboy.

“Karena aku bukan playboy, tapi kau menganggapku begitu. Jadi aku memberimu kebebasan berpendapat.”

“Jadi kau bukan playboy? Kau menatap dada wanita. Aku melihatmu ketika kau menatap dada si perias saat kita tampil di talk show. Kau juga melirik setiap wanita cantik yang berjalan melewatimu. Ketahuilah bahwa kau membiarkannya karena aku berjiwa besar.”

Jae Yeol mengakui ia memang menatap dada wanita perias saat talk show itu. Tapi perias itu tahu benar ada seorang pria yang duduk di depannya menghadap cermin dan malah sengaja memperlihatkan belahan dadanya. Ia bertanya-tanya apa maksud wanita itu? Ia menyadari wanita itu pasti sangat percaya diri dengan bentuk tubuhnya. Tapi menurut pendapatnya, perias itu tidak perlu sepercaya diri itu.

“Dan aku mengakui aku melirik setiap wanita cantik yang lewat di sini. Kau tahu apa yang kupikirkan? Wah, Hae Soo-ku lebih cantik.”

shot0168 shot0169

Hae Soo tersenyum geli. Apa Jae Yeol membandingkannya dengan wanita lain?

“Apa membandingkan itu hal yang buruk? Bukankah lebih baik daripada marah-marah karena merasa tertipu? Aku malah berharap kau membandingkan aku dengan semua pria yang kaulihat di sekitarmu. Karena semakin kau membandingkan aku dengan yang lain, kau akan semakin terkagum-kagum. Kau akan terkenjut menyadari betapa mempesonanya aku.”

“Apa kau benar-benar mencintaiku?”

“Ya,” Jae Yeol menatap Hae Soo.

Hae Soo bertanya apa tidak terlalu cepat Jae Yeol mengucapkan kata-kata itu. Mereka baru kenal selama 2 bulan. Ia merasa terlalu cepat dan sulit untuk menganggap kata-kata itu serius.

“Jadi jika aku tidak mau mendengarmu mengatakan bahwa aku tidak serius, kapan waktu yang tepat untuk mengatakan padamu aku mencintaimu? Kita memiliki perasaan yang cukup untuk kiss, memeluk, dan tidur bersama tapi jika aku masih tidak diijinkan untuk mengatakan aku mencintaimu, maka kapan waktu yang tepat?”

“Aku tidak tahu, tapi sekarang terlalu cepat.”

“Baiklah. Kalau begitu aku tidak mencintaimu,” kata Jae Yeol enteng.

Hae Soo tertegun. Ia juga tidak suka kalau Jae Yeol berkata tidak mencintainya. Dasar wanita >,<

Jae Yeol tertawa mendengarnya.

shot0179 shot0185

Hae Soo berkata ia ingin tidur bersama Jae Yeol di tempat tidur. Karena itu ingin Jae Yeol mengobati OCD-nya. Nanti, kata Jwa Yeol. Ia berkata Kang Woo akan menjemput mereka di airport untuk berkenalan dengan Hae Soo.

Hae Soo mengangguk. Ia berkaa ia akan pastikan akan datang kembali ke tempat ini tahun depan, sendirian. Ia akan cuti dan mulai berkeliling dunia.

“Kau tidak akan melarangku pergi hanya karena kita berpacaran kan?”

“Pergilah. Alami berbagai hal di dunia ini. Dan rawatlah pasien-pasien yang menderita karena berbagai masalah berbeda, dengan kehangatan dan kebaikan. Kurasa itu keren. Apa kau ingin aku pergi bersamamu?”

“Tidak, tidak , terima kasih. Kau mengeluarkan terlalu banyak uang.”

Jae Yeol mencium Hae Soo dengan gemas. Hae Soo protes kenapa Jae Yeol selalu mengambil kesempatan untuk menciumnya. Tapi kali ini mereka tidak bertengkar dan terus berjalan-jalan.

shot0194 shot0199

Soo Kwang membelikan sepatu baru untuk Seo Nyeo dan memakaikannya. Meski wajahnya cemberut, ia memperlakukan Seo Nyeo layaknya seorang gentleman.

“Mari kita pacaran,” kata Seo Nyeo.

“Apa kau akan berselingkuh dari pemuda bermotor itu denganku?”

“Kalau begitu, tidak boleh?”

shot0204 shot0207

Soo Kwang tidak menjawabnya. Ia membayar dan keluar lebih dulu. Tanpa sengaja, ia menabrak roda tukang rongsok (kalau di tempatku sih disebut tukang rongsok, yang suka mengumpulkan kardus bekas , buku bekas, dan barang-barang bekas). Soo Kwang meminta maaf dan membantu memunguti kardus yang terjatuh.

Seo Nyeo keluar dan terlihat tidak suka meliat si tukang rongsok. Tukang rongsok itu juga buru-buru pergi begitu melihat Seo Nyeo.

“Setiap hari seperti pengemis. Benar-benar membuatku kesal,” ujar Seo Nyeo sambil berjalan pergi.

shot0210 shot0212

Soo Kwang menahannya. “Apa ia ayahmu?” tanyanya.

“Memangnya kenapa kalau iya?”

“Jika ia memang ayahmu, kau tidak boleh bersikap seperti ini pada ayahmu.”

“Apa urusannya denganmu?”

Soo Kwang kesal hingga hampil memukul Seo Nyeo. Ditambah lagi dengan kemunculan di pemuda bermotor menjemput Seo Nyeo.

“Perasaanku padamu setahun ini benar-benar tulus. Aku tahu aku tidak boleh memiliki perasaan seperti ini padamu karena kau seorang pelajar. Itu sebabnya aku mengejar gadis-gadis lain. Tapi perasaanku padamu tulus. Tapi semua itu berakhir hari ini.” Soo Kwang mengeluarkan semua sisa uangnya dalam dompet dan memberikannya pada Seo Nyeo. “Ini adalah perasaan terakhir yang kumiliki padamu. Ambillah.”

“Pergilah! Apa kau pikir perasaanku akan terluka hanya karena orang sepertimu? Bahkan ibuku mencampakkanku. Tidak ada yang berubah hanya karena seseorang sepertimu juga mencampakkanku!”

shot0224shot0226 

Hae Soo dan Jae Yeol sudah tiba di bandara. Hae Soo sudah tidak mengenakan gips lagi di tangannya. Ia bertanya apakah Jae Yeol berhasil menulis saat ia tidur di pesawat.

Jae Yeol nampak bad mood. Ia berkata ia hanya bisa menulis 2 kalimat dan ia tidak menyukai apa yang ditulisnya. Seakan hanya permainan kata-kata tanpa makna.

Hae Soo menasehati bahwa ada hari-hari di mana segala sesuatu berjalan dengan lancar dan ada hari-hari di mana segala sesuatu tidak berjalan dengan lancar.

“Hanya karena kau belum menulis sehari, kau begitu murung. Kau bahkan belum tersenyum. Kudengar penulis itu sensitif, dan kau tidak terkecuali.”

Jae Yeol terlihat kesal mendengar celoteh Hae Soo. Ia menyuruh Hae Soo pulang sendiri karena Kang Woo tidak datang dan tidak bisa dihubungi. Ia telrihat khawatir dan akan pergi ke rumah Kang Woo.

“Apa ini karena mimpimu? Kaubilang ia terdengar gembira saat ia meneleponmu pagi ini,” kata Hae Soo. Ia tidak ingin pulang sendiri.

shot0230shot0233

Tapi Jae Yeol tampaknya terlalu mengkhawatirkan Kang Woo. Ia pergi dengan terburu-buru, bahkan berlari menyeberang tanpa melihat kanan-kiri lebih dulu. Hae Soo berteriak memanggil nama Jae Yeol dengan ngeri saat melihat Jae Yeol beberapa kali hampir tertabrak.

“Itu sangat berbahaya, jantungku hampir copot,” ujar Hae Soo. “Sebenar ia panas, sebentar dingin. Sebentar bersikap manis, sebentar kejam. Kita benar-benar memiliki jalan yang panjang berliku di depan kita.”

shot0236 shot0238

Jae Yeol berlari ke tempat parkir. Tiba-tiba terdengar suara Kang Woo menegurnya. Ia sudah menunggu sejam di tempat ini. Jae Yeol berkata Kang Woo seharusnya menunggu di Gerbang 7.

“Ji Hae Soo pergi karena kau.”

“Ia pergi sendirian? Kenapa? Ah, Penulis menyuruhnya pulang, kan? Supaya Penulis bisa ke rumahku karena mengkhawatirkanku.”

“Apa kau senang?”

“Tentu saja senang. Hanya Penulis yang kumiliki di dunia ini.”

shot0240 shot0244

Kang Woo mengeluarkan amplop dari tasnya dan memberikannya pada Jae Yeol. Ia sudah menyelesaikan novelnya.

Jae Yeol membaca judulnya “Masa Muda Penuh Badai”. Ia kurang suka dengan judul yang sentimentil seperti itu. Kang Woo menegaskan isinya tidak seperti itu.

Jae Yeol menanyakan keadaan ibu Kang Woo. Bukanya menjawab, Kang Woo malah bertanya apakah Jae Yeol sudah melakukannya dengan Hae Soo.

“Kau ini cerewet sekali.”

“Sudah kan?” kata Kang Woo tertawa.

“Jika pacarku marah, itu adalah salahmu.”

Kang Woo meledek Jae Yeol. Jae Yeol tersenyum dan mengantar Kang Woo.

shot0246 shot0249

Hae Soo pulang dan mendapati Dong Min sedang memeluk Soo Kwang yang sedang menyanyi karaoke keras-keras. Dong Min berkata Soo Kwang benar-benar putus dengan Seo Nyeo kali ini. Hae Soo menepuk Soo Kwang dengan prihatin.

Jae Yeol tiba tak lama kemudian, jelas bingung dengan situasi di ruang tamu. Hae Soo memberinya isyarat untuk duduk. Ia bertanya kenapa Jae Yeol pulang begitu cepat.

“Karena aku rindu padamu.”

“Bohong. Bagaimana dengan Kang Woo?”

shot0252 shot0258

Jae Yeol berkata Kang Woo menunggu di tempat yang salah dan ia sudah bertemu dengannya. Ia bertanya apa yang terjadi pada Soo Kwang. Hae Soo memberitahu kalau Soo Kwang benar-benar sudah selesai dengan Seo Nyeo. Ia terlihat khawatir karena Soo Kwang semakin keras menyanyi.

“Kau sebaiknya melakukan sesuatu,” Jae Yeol memberi ijin.

“Kau memang cool,” kata Hae Soo.

Ia memeluk Soo Kwang. “Soo Kwang yang malang. Hatimu pasti sangat sakit.”

Soo Kwang mulai menangis terisak-isak.

shot0267 shot0268

Setelah ia tenang, ia meminta bantuan Hae Soo karena hanya Hae Soo yang hanya bisa membantunya. Hae Soo tidak mau. Dong Min menyuruh Hae Soo melakukan permintaan Soo Kwang. Apa susahnya seorang psikiater memberi pendidikan s*ks pada Seo Nyeo? Dong Min berkata Soo Kwang mengkhawatirkan hidup Seo Nyeo hancur karena bergaul dengan pria yang salah. Dan Soo Kwang belum pernah bicara sedewasa ini sebelumnya.

“Dan kau tahu pria itu seperti apa. Jika mereka melihat wanita, mereka tidak akan berpikir dua kali dan membuat masalah.” Dong Min melirik Jae Yeol.

“Kenapa kau melihatku?”

“Aku tidak tahu kenapa mataku terus terarah padamu.”

Hae Soo bertanya kenapa tidak Dong Min saja yang melakukannya. Dong Min berkata Seo Nyeo tidak melihatnya sebagai dokter dan hanya sebagai ahjusshi tetangga. Apa masuk akal ahjusshi tetangga memberi pendidikan s’*ks pada pelajar wanita?

Tentu saja tidak. Hae Soo beralih pada Jae Yeol. “Kenapa bukan kau saja? Kau kan penulis dengan banyak pengetahuan.”

shot0273 shot0275

“Aku?” tanya Jae Yeol bingung. Errr…bukannya lebih ngga masuk akal?

“Bagaimana ia bisa menjelaskan bahaya kanker rahim dan semacamnya?!!” seru Dong Min.

Soo Kwang menceritakan bagaimana ia mengakhiri semuanya dengan Seo Nyeo. Ia memberi Seo Nyeo uang dan Seo Nyeo mengatakan tidak masalah Soo Kwang mencampakkannya karena ibunya juga mencampakkannya.

“Ia mengatakannya tanpa menangis dan itu membuat hatiku sangat sedih dan berat. Aku tidak akan meminta ini pada Noona jika ibunya ada. Aku tidak ingin Seo Nyeo mengalami masalah yang bisa dihadapnya karena ia wanita.”

Tapi Hae Soo masih keberatan. Ia berkata Seo Nyeo bisa mempelajarinya dari internet. Dong Mini bertanya kenapa Hae Soo begitu egois. Apa hanya orang yang datang ke rumah sakit yang Hae Soo anggap sebagai pasien? Hae Soo tidak menyangkal. Ia sudah memiliki banyak pasien di rumah sakit.

Dong Min mengingatkan mereka sudah saling berjanji saat tinggal bersama di rumah ini, untuk menciptakan dunia di mana emreka bisa saling mempercayai dan saling bergantung. Dan mereka sudah setuju kalau masalah kejiwaan pada umumnya muncul dari ketidakmampuan berkomunikasi dengan baik.

“Karena itu kita berjanji untuk bersikap terbuka! Kenapa kau selalu bersikap dingin dan tidak berperasaan?”

shot0286 shot0284

“Tapi ini bukan pendidikan s*ks umum yang bisa dipelajari di kelas. Kau meminta Hae Soo terlibat dalam hidup Seo Nyeo, sama seperti yang dilakukan Kak Dong Min padamu,” kata Jae Yeol pada Soo Kwang. “Bahkan aku juga merasa terbebani jika diminta seperti itu.”

“Jangan memihak,” kata Hae Soo. “Kalian anggap saja aku memang brengsek dan kita akhir di sini. Kalian memang sudah tahu kan aku brengsek.”

Hae Soo pergi ke kamarnya. Jae Yeol membela Hae Soo bukanlah brengsek tapi takut memberikan hatinya pada orang lain.

 shot0288 shot0283

“Kau belajar banyak mengenai Hae Soo dalam semalam. Kau pasti sudah maju banyak dalam hubungan kalian hingga mencapai tahap itu. Soo Kwang, kau jangan khawatir. Hae Soo akan melakukannya. Ia selalu menyerah jika kau menyentuhnya di tempat yang tepat. Sama seperti ia menyerah pada orang ini,” Dong Min menunjuk Jae Yeol. “Kenapa? Hae Soo mungkin menggunakan sikap dinginnya sebagai bentuk pertahanan diri, tapi pada kenyataannya ia seorang yang panas. Aku benar, kan?”

“Sedikit,” Jae Yeol enggan mengakui. Ia bertanya apa Soo Kwang sangat sedih. Bukannya menjawab, Soo Kwang malah ingin tahu apa Jae Yeol benar-benar tidur dengan Hae Soo.

“Tak peduli bagaimanapun, kurasa aku tidak cocok tinggal dengan orang lain,” Jae Yeol menghela nafas panjang.

shot0292shot0295

[Bersambung ke Bagian 2]

Komentar:

Aku khawatir semakin Jae Yeol terlibat dengan Kang Woo, maka penyakitnya akan semakin parah. Ia bahkan tidak mempedulikan keadaan bila sudah menyangkut soal Kang Woo. Akan lebih baik jika siapa Kang Woo lebih cepat terungkap.

Hubungan Jae Yeol dan Hae Soo masih belum stabil meski mereka sudah tidur bersama. Bukan karena Hae Soo belum yakin apakah dirinya mencintai Jae Yeol, tapi karena ia sendiri meragukan cinta Jae Yeol. Ia sama sekali belum percaya diri dengan hubungan mereka. Dan kurasa tidur bersama malah membuatnya semakin tidak percaya diri.

Kita bisa percaya diri seorang pria mencintai kita jika ia masih tetap bersama kita meski kita menolak tidur bersamanya karena belum menikah. Tapi jika kita sudah memberikan segalanya pada pria itu dan barulah pria itu mengatakan mencintai kita, maka tentu saja kita akan meragukannya ketulusannya. Apakah pria itu mencintai kita hanya karena kita bersedia tidur dengannya?

Kurasa apa yang dirasakan Hae Soo sangatlah wajar. Apalagi bagi seseorang yang tidak percaya cinta seperti Hae Soo. Tapi satu hal yang patut dihargai dari Hae Soo adalah ia bersedia belajar dan tidak menghindar ketika perasaan cinta itu datang.

Aku penasaran dengan apa yang dirasakan Hae Soo saat ia berhasil menerobos kegelisahannya dan fobianya. Kurasa kita harus menunggu sampai ia benar-benar mencintai Jae Yeol dan mengatakannya pada Jae Yeol.

8 komentar:

  1. Akhirnya keluar juga episode 9 nya setelah bulal balik kaya setrikaan hehehe btw klo dari hp blog nya jd susah di buka mba ada iklan2 nya gtu klo di klik tanda silang layar nya malah ngebleng gk ada apa2 mesti bulak balik lagi jd sedikit repot gak seperti biasanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mba sinopsis nya di tunggu part 2 nya fighting 😘

      Hapus
  2. Salam kenal mbak fanny
    .
    Terima kasih sinopsis nya

    BalasHapus
  3. Makasih mba Fanny.....ditunggu kelanjutannya. Semangaattt....!!!

    BalasHapus
  4. Akhirnyaaaaaa..... keep fighting ya buat part 2

    BalasHapus
  5. Makasih mba fanny.
    Tapi kenapa y tiap msuk k web mba lwt smartphone hrus 2 ato 3x bru bsa ke buka?

    BalasHapus
  6. Makasih mba fanny.
    Tapi kenapa y tiap msuk k web mba lwt smartphone hrus 2 ato 3x bru bsa ke buka?

    BalasHapus

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)