Selasa, 05 Agustus 2014

Sinopsis It’s Okay That’s Love Episode 3 (Bagian 1)

shot0142

Note: Drama ini tidak cocok bagi mereka yang masih di bawah umur

Rupanya Jae Yeol penganut paham mata ganti mata, gigi ganti gigi, disiram ganti menyiram. Ia balik menyiram Hae Soo dengan wine yang dibawanya.

“Aku akan memberimu nasihat sebagai teman serumah. Kau dicampakkan pria karena temperamenmu yang seperti itu.”

“Heeii!!!” seru Hae Soo kesal.

“Kenapa? Sekarang kau ingin minum?” Jae Yeol mengacungkan botol winenya. “Tapi sekarang aku yang tidak mau.”

Hae Soo melihat dirinya yang basah kuyup oleh wine sementara Jae Yeol dengan tenang masuk dalam kamarnya. Amarahnya memuncak tapi ia berusaha mengendalikan dirinya. Ia mengingatkan dirinya sendiri kalau ia seorang psikiater yang mengurus pikiran. Jadi ia harus bisa mengendalikan pikirannya.

“Kenapa aku harus menahan diri?!!” akhirnya ia tak tahan lagi. “Kenapa aku harus pengertian pada seseorang seperti itu?!”

Hae Soo mengumpat sambil mengganti pakaiannya yang basah.

shot0016shot0020

Tiba-tiba terdengar suara alarm membahana di seantero bangunan itu. Termasuk coffee shop di lantai dasar tempat Soo Kwang bekerja. Semua orang terkejut.

Hae Soo membunyikan lonceng terus menerus. Meski kaget, semua orang sudah tahu siapa yang membunyikan lonceng itu. Dong Min berteriak agar Hae Soo berhenti membuat kebisingan dan sebaiknya berbicara.

shot0028 shot0031

Meski terganggu, Jae Yeol berhasil bersikap acuh seakan tidak terpengaruh kebisingan itu tadi. Hae Soo menerobos kamarnya lalu menatapnya sambil berkacak pinggang.

“Hei, kau ini sebenarnya apa?!”

“Kenapa? Kau penasaran? Apakah kita perlu pelan-pelan saling mengenal?” tanya Jae Yeol tenang.

“Keluarlah dari rumah ini.”

Dong Min dan Soo Kwang menghampiri mereka dan bertanya sebenarnya ada apa. Hae Soo meminta mereka mengeluarkan Jae Yeol dari rumah itu. Apa ada yang keberatan?

shot0035shot0040

Dong Min meminta Hae Soo menjelaskan dulu duduk permasalahannya, bukannya menakuti orang lain dengan membunyikan bel darurat.

“Dan…kenapa kau memakai celana terbalik?” tanyanya bingung. Haha…Hae Soo memakai celana terbalik saking buru-burunya (pesan moral: jangan mengganti pakaian saat sedang emosi tinggi). Lalu ia melihat kemeja Jae Yeol yang basah karena wine.

“Sebenarnya apa yang terjadi di antara kalian?”

“Jangan bicara informal padaku,” sahut Jae Yeol.

“Kau tinggal bicara informal juga padaku, apa susahnya?” sergah Dong Min.

Ia bertanya pada Hae Soo apa ia bersikap seperti ini karena kepribadian Jae Yeol yang menyebalkan. “Kalian kan tidak sedang menjalin hubungan? Seiring waktu kalian juga akan terbiasa satu sama lain. Bukankah itu keahlian kita?”

shot0043 shot0047

Hae Soo berkeras voting untuk mengusir Jae Yeol. Dengan senang hati Soo Kwang mengangkat tangannya setuju.

“Kalau begitu dia pergi! Di rumah yang tak ada aturan ini, demokrasi adalah aturan terutama. Dua lawan satu. Selamat tinggal,” Hae Soo beranjak pergi.

Jae Yeol menahannya dan menanyakan alasan ia harus pergi. Ia menyuruh Dong Min dan Soo Kwang keluar dari kamarnya. Eh keduanya malah duduk di tempat tidur Jae Yeol.

Jae Yeol kembali bertanya pada Hae Soo apa alasannya ia harus pergi. Ia sudah membayar untuk tinggal di sini.

“Aku tidak suka orang sepertimu.”

“Aku juga tidak merasa kau menyukaiku.”

shot0050shot0057 

Hae Soo membenarkan. Ia bertanya apa Jae Yeol ingat kalau sejak awal sikapnya sudah kasar? Tentu saja Jae Yeol ingat. Hae Soo pernah memecahkan kepalanya saat mereka mengejar pasien sakit jiwa. Dan setelah mendapat pertolongan, Hae Soo pergi begitu saja tanpa mengucapkan maaf maupun terima kasih. Dan dengan tidak beretika, Hae Soo hanya meninggalkan pesan untuk mengirim nomor rekeningnya.

Hae Soo berkata orang normal biasanya akan menjauh setelah mengalami hal-hal seperti itu dan tidak akan mau lagi berhubungan dengan orang seperti dirinya. Karena itu ia sengaja bersikap seperti itu. Tapi ternyata Jae Yeol tidak seperti orang normal.

“Kau tiba-tiba muncul seperti pemangsa mengincar mangsanya. Orang berkepribadian narsis sepertimu, di saat tertarik pada seorang wanita tidak peduli siapapun dia, kau memastikan harus mendapatkan wanita itu di tempat tidurmu, bukan?,” katanya.

“Maksudmu, aku tertarik padamu? Apa menurutmu kau semenarik itu?”

Dong Min malah senyum-senyum melihat debat mereka yang semakin memanas.

Hae Soo berkata seorang pemangsa tidak akan peduli mangsanya menarik atau tidak. Tujuannya hanyalah makanan. Aku tidak selapar itu, sahut Jae Yeol.

“Ini pelecehan, kan?” Hae Soo meminta dukungan teman-temannya.

“Kau yang memulainya lebih dulu,” kata Dong Min. Soo Kwang, yang biasanya membela noona-nya, bahkan ikut setuju. Mereka menganggap Hae Soo berlebihan.

shot0069 shot0071

“Aku tidak akan berbaring di sana,” Hae Soo menunjuk tempat tidur Jae Yeol. Bukankah Jae Yeol punya banyak uang? Ia menyuruh Jae Yeol cari rumah baru dan pindah.

“Jangan berbaring,” kata Jae Yeol. Hae Soo tidak harus berbaring di tempat tidurnya meski ia mencoba mendekati Hae Soo. ”Kenapa? Apa kau takut kau sendiri yang akan naik ke tempat tidurku?”

Ia tahu Hae Soo bersikap seperti ini karena gara-gara dirinya Hae Soo kehilangan kekasih. Tapi ia tidak mau Hae Soo melampiaskan patah hatinya pada dirinya. Waktu itu ia benar-benar tidak tahu apa-apa. Ia mengakui ia salah karena memberitahu Hae Soo soal hubungan Choi Ho dan Min Young. Tapi ia benar-benar tidak tahu.

Hae Soo tidak percaya. Bukankah Jae Yeol juga bersikap seakan tahu segalanya dalam acara talk show waktu itu, kenapa hal seperti ini saja tidak tahu? Apa Jae Yeol sepolos dan sebodoh ini?

“Maaf kalau kau tak percaya karena aku tidak terlihat seperti itu. Tapi aku memang sepolos ini. Itu sebabnya kekasih dan temanku mengkhianati dan menjiplak karyaku secara bersamaan,” kata Jae Yeol dengan nada getir.

shot0078 shot0079

Tapi Hae Soo masih kesal dan terus mencari-cari kesalahan Jae Yeol. Ia melihat deretan post-it di dinding kamar Jae Yeol dan menemukan pertanyaan mengenai kiss. Ia bertanya apa luka hati seseorang terlihat lucu bagi Jae Yeol?

“Aku bahkan menulis mengenai lukaku sendiri untuk mencari nafkah. Untuk apa aku peduli pada luka orang lain?” ujar Jae Yeol kesal.

Ia meminta Hae Soo memberinya waktu 3 hari untuk pindah. “Klinikmu juga,” katanya pada Dong Min.

Dong Min memejamkan mata pasrah sementara Hae Soo dan Soo Kwang kebingungan. Apa maksudnya?

Seluruh gedung itu ternyata milik Jae Yeol. Termasuk klinik Dong Min dan coffee shop tempat kakak Hae Soo dan Soo Kwang bekerja.

“Sudah selesai, kan? Keluarlah,” kata Jae Yeol.

“Aku memang mau keluar!” sergah Hae Soo. Haha…gengsinya besar >,<

  shot0092shot0094

Sekarang ketiganya yang kebingungan karena terancam tidak memiliki tempat tinggal dan tempat bekerja. Mereka sedang merenung memikirkan nasib mereka saat Jae Yeol berjalan keluar sambil membawa payung.

“Angkat jemuran dari halaman. Sepertinya akan hujan,” ujarnya sepintas.

“Hujan?” ketiganya mendengus tak percaya.

Sedetik kemudian hujan turun dengan lebat. Ketiganya melongo. Pffft…..

Dong Min mulai menyalahkan Hae Soo karena tidak bisa mengontrol emosi. Kenapa Hae Soo melampiaskan kemarahannya pada Choi Ho, pada Jae Yeol? Harusnya Hae Soo percaya waktu Jae Yeol bilang tidak tahu apa-apa.

shot0096shot0105

Hae Soo meminta Dong Min tenang. Ia bertanya berapa lama lagi waktu sewa mereka atas rumah ini. Jae Yeol tidak bisa mengusir mereka jika masa sewanya belum habis.

“Aku mengerti hukum sedikit.”

“Mengerti apanya? Kita hanya memiliki sisa waktu 4 bulan untuk rumah ini dan seminggu untuk sewa kantorku. Rumah ini 70% lebih murah dari rumah di sekitar sini. Sekarang apa yang akan kaulakukan?” omel Dong Min.

Soo Kwang mengusulkan agar Dong Min menelepon kakaknya. Ayah Dong Min adalah Presdir dan kakak Dong Min adalah CEOnya. Hae Soo setuju agar Dong Min meminta bantuan uang pada kakaknya.

Dong Min menelepon kakaknya.

“Kak, ini aku.”

“Kenapa kau memanggilku kakak?! Apa kau menelepon untuk meminta uang lagi?!! Tidak adaaaa!!!” Klik. Telepon ditutup.

“Begitulah hubungan kami,” kata Dong Min sambil tersenyum. “Benar-benar menyedihkan.”

Giliran Hae Soo yang menyalahkan Dong Min karena tidak menjalin hubungan baik dengan kakaknya. Kenapa waktu itu Dong Min menuntut ayah dan saudara-saudaranya atas hak warisan?

Dong Min berkata ayahnya tidak memberinya warisan apapun karena marah Dong Min memilih jurusan psikologi daripada jadi ahli bedah.

“Dan kau meminjam dariku 50 juta won untuk membuka toko ibumu!” Dong Min mengingatkan. Benar-benar psikiater yang aneh, sebentar bicara lembut sebentar teriak-teriak. Labil XD

“Aku punya uang,” tiba-tiba Soo Kwang angkat bicara.

“Berapa?” tanya Dong Min lembut.

“Sejuta…. 800 ribu? Atau 400 ribu won ya?” tanyanya pada Hae Soo. Ngga bantu banget…

“Kau hidup sendiri saja sana,” ujar Dong Min.

Hae Soo menenangkan mereka. Meski langit runtuh, selalu ada jalan keluar. Sebaiknya mereka menyatukan pikiran.

“Joongji (jari tengah)?” Soo Kwang mengacungkan jari tengahnya.

“Bukan joongji yang itu…astaga….” Dong Min menjitak Soo Kwang. Joongji = pikiran/nasihat.

shot0107 shot0114

Jae Yeol rupanya pergi membeli post-it di minimarket. Ketika ia keluar, ia dihampiri beberapa siswi SMA. Seorang dari mereka mengulurkan uang pada Jae Yeol dan menyuruhnya membeli rokok, sisanya untuk Jae Yeol membeli susu.

Jae Yeol menatap gadis itu lalu masuk kembali ke minimarket. Ia keluar dan memberikan belanjaannya pada gadis itu.

“Kau cantik,” katanya sambil berjalan pergi.

Gadis itu melihat isi kantung plastik dan meringis kesal. Isi kantung itu hanyalah susu.

shot0124 shot0125

Hujan masih turun dengan deras ketika Jae Yeol tiba di rumah. Pada saat yang sama, bel pintu rumah terus berdering. Hae Soo menatap monitor bel yang memperlihatkan wajah Choi Ho. Dan ia terus menatap tanpa mempedulikan bel yang terus berdering.

Dong Min bertanya siapa yang datang. Hae Soo tidak menjawab. Si peselingkuh, jawab Jae Yeol sambil berjalan ke kamarnya.

“Biarkan dia masuk,” kata Dong Min. Hae Soo diam, matanya tetap terpaku pada layar monitor. “Kalau begitu suruh dia pergi.”

Hae Soo tetap diam. Dong Min mematikan monitor dan meminta Hae Soo berpikir dengan bijak dan tidak memperumit keadaan. “Kalian kan bukan pasangan yang bercerai. Kalian hanya putus dan bahkan tidak pernah tidur bersama.”

Mendengar itu, Hae Soo kembali ke kamarnya. Ia mengancam Dong Min agar tidak membuka pintu.

shot0129 shot0134

Sepertinya Choi Ho belajar dari drama-drama Korea yang dengan dramatis memanggil-manggil kekasihnya di tengah hujan. Masalahnya kali ini sama sekali tidak romantis, melainkan agak menyebalkan. Ia terus mengetuk pintu pagar sambil berteriak-teriak memanggil Hae Soo.

Hae Soo berusaha tidak mempedulikannya. Ia mandi dan mengomel karena semua handuk dicuci saat hari hujan seperti ini. Lalu ia naik ke tempat tidur.

Jae Yeol sedang mencoba menulis tapi ia tidak bisa berkonsentrasi karena teriakan-teriakan Choi Ho. Kesal karena terganggu dengan kebisingan itu, ia berjalan ke kamar Hae Soo. Tapi di saat terakhir ia mengurungkan niatnya dan berbalik. Tiba-tiba pintu kamar Hae Soo terbuka.

Akhirnya Hae Soo memutuskan untuk menghadapi Choi Ho. Jae Yeol kembali ke kamarnya untuk meneruskan menulis. Tapi ia tetap tidak bisa berkonsentrasi. Ia berjalan ke jendela dan melihat apa yang terjadi di halaman.

shot0140 shot0146

Choi Ho menjelaskan pada Hae Soo bahwa Min Young mencintainya bertepuk sebelah tangan. Sebulan lalu mereka minum saat makan malam perusahaan lalu Choi Ho mengantar Min Young pulang. Terjadilah hal yang seharusnya tidak terjadi, dan tidak pernah terulang lagi.

Ia berkata keesokan harinya ia menegaskan pada Min Young bahwa ia hanya mencintai Hae Soo dan semalam adalah sebuah kesalahan. Min Young mengerti tapi masih sering mendekatinya. Dan kebetulan saat itu Jae Yeol melihat mereka. Ia berkeras Mn Young lah yang terus menempel padanya.

“Benarkah?” gumam Jae Yeol sinis. Sama sekali tak percaya.

shot0151 shot0158

Choi Ho tidak mau mengakhiri hubungan dengan Hae Soo. Hae Soo berkata baginya hubungan mereka sudah berakhir.

Dan…lagi-lagi sepertinya Choi Ho terinspirasi dari drama-drama Korea, ia menjatuhkan payung Hae Soo lalu menciumnya dengan paksa. Not romantic at all -_-

Hae Soo mendorongnya lalu menamparnya. Choi Ho berusaha memeluk Hae Soo tapi Hae Soo mendorongnya lebih keras. Jae Yeol geleng-geleng kepala melihat “drama” di hadapannya.

Kali ini Choi Ho menggunakan jurus pembelaan diri. Ia bertanya apakah Hae Soo tahu betapa sulitnya seorang pria menahan diri tidak tidur dengan wanita yang dicintainya selama 300 hari. Mereka minum dan menginap hotel, tapi Hae Soo tidur di tempat tidur sementara ia tidur di lantai. Bukan hanya sekali dua kali tapi puluhan kali.

“Aku bersabar karena aku mencintaimu! Tanyakan pada pria-pria di jalan, apakah kau yang normal karena tidak tidur dengan orang yang kaucintai? Atau aku yang normal?”

shot0159shot0160 

“Apa yang harus kutanyakan? Aku juga tahu kau yang normal dan aku yang tidak. Bukankah aku sudah memintanya padamu? Aku melihat ibuku berselingkuh dengan pria lain selama lebih dari 20 tahun. Jadi aku merasa bercinta itu buruk dan menjijikkan. Orang-orang menyukai saat hati mereka berdebar karena dipenuhi cinta. Tapi aku membencinya hingga rasanya mual seperti saat mabuk.”

Hae Soo berkata ia baru bisa mencium Choi Ho setelah tak terhitung berapa kali ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu tidak apa-apa. Kiss tidak apa-apa, tapi bercinta tidak. Setiap kali memikirkan seks, ia sangat ketakutan.

“Jadi aku meminta pengertianmu. Aku minta tolong meski sangat sulit bagiku. Aku juga ingin mengenyahkan perasaan kotor ini. Aku sudah menceritakannya padamu sambil menangis, bukan?”

Choi Ho berlutut dan meminta maaf.

Jae Yeol menutup jendela dan tirai kamarnya. Dong Min dan Soo Kwang ternyata sama-sama mendengarkan dari kamar mereka.

shot0177 shot0182

Hae Soo berkata selama 30 tahun ia berusaha mengatasi kekurangannya ini. Ia sudah melihat pasien yang mencintai kembali ibu yang mereka benci. Para isteri yang menerima kembali suami yang tadinya ingin mereka bunuh. Saat mereka mengatasi penyakit mereka, wajah mereka yang selama bertahun-tahun gelap dan murung kembali bersinar bagai ada yang menerangi mereka dari dalam.

“Aku bertanya-tanya bagaimana rasanya (sembuh),” kata Hae Soo sambil menangis. “Aku benar-benar ingin mencari tahu bersamamu. Walau bagimu bersama Min Young hanya semalam, tapi sekarang setiap kali aku menciummu aku akan melihat wajahnya. Sama seperti setiap kali aku melihat ibuku, aku akan teringat saat ibuku mencium paman itu. Apa bagimu 300 hari itu sia-sia dan sangat berat? Aku menunggu seumur hidupku untuk hari itu. Hari ini adalah hari terakhirku bersamamu.”

shot0193 shot0196

Hae Soo meninggalkan Choi Ho yang masih berlutut. Ia masuk ke kamarnya. Air matanya telah berhenti.

Choi Ho pergi dengan lunglai. Hae Soo memandang kepergiannya dari jendela. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamarnya. Ketika Hae Soo membukanya, ia hanya melihat tiga handuk bersih yang terlipat rapi di lantai. Handuk merah, kuning, biru. Awww….Jae Yeol diam-diam meminjamkan handuknya pada Hae Soo yang basah kuyup. 

Meski begitu keduanya masih tidak saling bertegur sapa. Saat berpapasan ketika sedang lari pagi, Jae Yeol pura-pura tidak melihat Hae Soo. Tapi ia berhenti dan menoleh saat Hae Soo terjatuh. Malu dan menjaga harga diri, Hae Soo bangkit dan kembali berlari tanpa mempedulikan Jae Yeol.

shot0202shot0213

Hae Soo merawat Soo Min (pasien yang berusaha bunuh diri) dengan terapi kejutan listrik (ECT). Terapi itu sederhana dan tidak menyakitkan dan manjur untuk mengatasi depresi. Kejutan listrik akan menstabilkan otak yang stress dan dalam waktu beberapa minggu pasien bisa kembali berkomunikasi. Juga bisa mengatasi rasa patah hati karena kehilangan kekasihnya.

Namun setelah 5 kali terapi, Soo Min belum juga mau bicara pada ibunya. Tapi untuk pertama kalinya ia berbicara pada Hae Soo. Soo Min merasa ibunya lebih baik hidup tanpa dirinya. Hae Soo berpikir sebenarnya keinginan Soo Min untuk bunuh diri hanya muncul satu kali, tapi perasaan bersalah pada ibunya yang sudah menumpuk sejak lama.

Jin Young setuju, masalah utamanya selalu perasaan bersalah. Hae Soo optimis karena ibu Soo Min selalu memperlihatkan kasih sayangnya.

shot0216 shot0220

Jae Yeol sedang membuka pintu pagar ketika terdengar Kang Woo memanggilnya. Kwang Woo menunjuk kotak surat dan berkata itu adalah novel yang ditulisnya. Ia meminta Jae Yeol membacanya baik-baik. Ia juga meminta Jae Yeol menulis cerita untuk membalas Pool Ib. Jae Yeol tersenyum melihat keceriaan Kang Woo. Kang Woo melambaikan tangan lalu pergi.

Jae Yeol mengambil amplop di kotak surat yang berisi novel Kang Woo.

shot0231 shot0233

Hae Soo melihat Hwan Hee (pemuda penggambar kelamin) sedang sibuk menggambar. Tanpa perlu ditanya, sudah jelas apa yang sedang digambarnya. Hwan Hee berkata ia sedang menggambar milik Hae Soo.

“Apa kau tidak merasa bersalah pada ibumu? Ia menggunakan semua yang diperolehnya sebagai tukang bersih-bersih untuk membiayai pengobatanmu.”

“Itu urusan ibuku,” kata Hwan Hee marah.

Hae Soo kesal. Ia ingin menyerah pada pasien seperti itu, yang baginya tidaklah darurat karena tidak mengancam nyawa.

shot0238 shot0240

Suatu malam Jae Yeol terbangun karena suara alarm. Ia keluar dari kamar mandinya. Errr…ia tidur di kamar mandi? Sepertinya begitu karena kasur masih rapi tidak seperti habis ditiduri dan Jae Yeol keluar dari kamar mandinya dengan wajah mengantuk.

Jae Yeol membuka pintu kamar dan melihat Hae Soo sedang menyalakan lilin lalu berdoa. Hmmm…jadi Hae Soo sengaja memasang alarm pada jam tertentu untuk berdoa? Hae Soo nampak berdoa sebentar dengan tubuh oleh karena masih mengantuk, lalu kembali ke kamarnya.

shot0248 shot0249

Keesokan paginya Jae Yeol memasak sarapan lengkap untuk mereka berempat. Ia bahkan menyodorkan air minum pada Hae Soo yang menerimanya dengan tak enak hati.

Jae Yeol menyuruh mereka semua duduk. Dong Min bertanya apa ini tanda perdamaian. Jae Yeol hanya tersenyum sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.

“Benar, kita harus hidup bersama dengan baik. Wah, Jae Yeol kita benar-benar besar hati,” puji Dong Min. Ia berkata biasanya mereka sarapan masing-masing dengan apa yang ada, tapi Jae Yeol memasak untuk mereka semua. Ia bertanya apa ini artinya Jae Yeol berubah pikiran.

shot0256 shot0258

Hae Soo memukul piring Dong Min dengan sendoknya sebagai tanda protes. Dong Min berkata Jae Yeol tidak perlu mempedulikan Hae Soo.

“Aku adalah seniornya dan pemilik surat sewa. Aku lebih berkuasa. Dan lagi ia tidak punya uang! Mari kita hidup rukun seperti ini. Saling membuatkan makanan seperti orang biasanya. Kita berempat hidup bahagia.”

Jae Yeol tersenyum. Giliran Soo Kwang yang nampak protes dengan kata-kata Dong Min.

“Hai, kau diam saja. Kau hanya punya uang 300 ribu won. Kau selalu menghabiskan uangmu untuk wanita. Sudah berapa lama kau bekerja dan kau hanya punya tabungan 300 ribu won?” omel Dong Min.

“Sarapan ini adalah hadiah perpisahan,” ujar Jae Yeol. “Biarkan saja piringnya, aku yang akan mencucinya. Full service sebagai hadiah perpisahan.”

shot0261 shot0269

Ketiganya bengong di meja makan.

Dong Min kesal melihat Hae Soo masih bisa makan dalam situasi seperti ini. Soo Kwang menenangkan. Mereka masih bisa menyewa tempat berkamar 3 dengan gabungan sisa uang mereka. Dong Min kesal. Bagaimana dengan kantornya.

Hae Soo terlihat tenang. Tampaknya ia memiliki rencana. Pinjaman? Tanya Soo Kwang. Hae Soo dan Dong Min tertawa terbahak-bahak. Hae Soo masih memiliki hutang sekolah dan pengobatan ayahnya.

“Mari merangkak seperti anjing,” ujar Hae Soo. Ternyata itu rencananya. Salah satu dari mereka harus melakukannya.

Hompimpah! Hae Soo yang kalah.

 shot0278 shot0291

Begitu tiba di depan kamar Jae Yeol, keberaniannya menciut. Dong Min berkata pria paling suka saat wanita menggoyangkan ekor seperti anak anjing. Hae Soo berkata ia ahlinya.

Dong Min tak percaya. “Kau adalah wanita yang berpacaran selama 300 hari dengan seorang pria tanpa tidur bersamanya.”

“Memangnya mudah mempertahankan seorang pria selama 300 hari tanpa tidur bersama?” balas Hae Soo.

Masuk akal. Fighting! Dong Min memberi semangat. Lalu buru-buru kabur saat Jae Yeol membuka pintu kamarnya.

shot0299 shot0300

[Bersambung ke Bagian 2]

Komentar:

Penyakit biasanya disembuhkan dengan obat. Bagaimana dengan sakit jiwa?

Hae Soo melihat sendiri bagaimana pasien-pasiennya ada yang berdamai dengan ibunya, dengan suaminya…. tapi kenapa ia tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri?

Menurutku jawabannya telah dijawab Hae Soo sendiri. Ia pernah berkata yang terpenting dalam pengobatan adalah kehendak/niat sembuh dari si pasien. Sedangkan ia sendiri menolak untuk diterapi oleh Dong Min.

Ia ingin sembuh dari fobianya tapi ia tidak mau diterapi untuk permasalahan dengan ibunya. Padahal ia jelas tahu akar fobianya adalah ibunya.

Sepertinya ibunya tidak tahu kalau Hae Soo pernah memergokinya mencium pria lain. Selama Hae Soo tidak mau membicarakan masalah ini dengan terbuka pada ibunya, maka selama itu pula Hae Soo akan selalu dibayangi peristiwa itu.

5 komentar:

  1. akhirnya keluar jg episode 3 ny.
    ini makin kesini makin penasaran sm kebiasaan si jae yeol. dr OCD, trus skrng kykny dia jg tidur di kamar mandi??? aku udah nnt videonya n baru ngeh stlh baca sinop ny mb fannny. tanks sinop ny and keep figting...

    BalasHapus
  2. Annyeong mba fanny ... ^^

    Choi ho itu..
    Dikira hae soo mau tersentuh dan langsung memeluknya gitu, setelah melihat dia hujan2an --- seperti kang ma ru pd seo eun gi di drama nice guy
    ckckck...

    Adegan hujan2an bisa kalah menyentuh oleh adegan handuk di pintu...
    tentu saja karena ada ketulusan sbg pembeda nya ~saya rasa begitu.... hhihiii

    BalasHapus
  3. Yippy.. yg ditunggu2 akhirnya ada juga..
    ketawa2 gaje bacanya :))
    lanjut terus mba Fanny..
    fighting ^^

    BalasHapus
  4. Hurra... keluar juga episode 3. Ditunggu bgian ke'2ny ^0^/
    Semangat

    BalasHapus

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)