Selasa, 03 Juni 2014

Sinopsis You’re All Surrounded Episode 7 (Bagian 1)

shot0053

Ciuman Dae Gu membuat Soo Sun tidak bisa tidur. Peristiwa itu terus berputar ulang di dalam benaknya.

24 jam sebelumnya… (sebelum Soo Sun mengira Dae Gu adalah Ji Yong dan sebelum kiss)

Ibu Soo Sun tiba di Seoul. Ia menelepon Soo Sun dan menanyakan bagaimana cara pergi ke rumah Soo Sun. Soo Sun terkejut dan panik karena ia saat ini tidak memiliki rumah.

shot0005 shot0006

Harapan Soo Sun hanyalah pada rekan-rekannya. Jin Goo dan Tae Il prihatin begitu tahu bahwa selama ini Soo Sun tinggal di atap kantor mereka. Soo Sun memohon agar memperbolehkannya tinggal bersama mereka semalam saja. Ia lebih baik mati daripada ibunya mengetahui bahwa ia tinggal di atap.

Jin Goo dan Tae Il tidak keberatan. Dae Gu?

“Tidak bisa,” katanya sambil beranjak pergi.

Soo Sun berusaha membujuk Dae Gu, dan akhirnya mengancam akan melompat dari atap gedung.

“Lompat saja. Kau tidak akan mati karena gedung ini hanya 3 lantai. Paling-paling kau akan mematahkan semua tulangmu.” Sadis >,<

“Benar-benar tidak boleh?” tanya Soo Sun panik.

“Sama sekali tidak boleh.”

“Maaf!” seru Soo Sun. Hah, maaf untuk apa?

shot0020 shot0021

Ternyata ibu Soo Sun sudah ada di rumah mereka. Soo Sun yang mengirimnya ke sana.

Tapi itu juga bukan hal yang sepenuhnya buruk karena ibu Soo Sun memasakkan makanan yang sangat banyak dan lezat untuk mereka. Dan perhatian ibu Soo Sun langsung tertuju pada Dae Gu.

Saking sukanya, ia terus menyuapi Dae Gu. Tae Il juga sempat menjadi “korban” belaian tangan ibu Soo Sun yang takjub melihat kulit pria semulus itu tanpa make-up.

Meski begitu ia sempat bertanya mengapa kepolisian mengijinkan rekan kerja berbeda lawan jenis tinggal bersama? Ia berkesimpulan para pegawai pemerintah akhir-akhir ini berpikiran modern. P4 hanya bisa tersenyum tak enak hati karena sudah membohongi ibu Soo Sun.

shot0026 shot0034

Selesai makan, mereka dikejutkan oleh kemunculan ibu Soo Sun dari kamar mandi. Sudah mengenakan pakaian tidur dan masker wajah. Ia menanyakan di mana kamar Soo Sun. Soo Sun kebingungan.

“Di sini,” kata Dae Gu menunjuk ke kamarnya. Ia berkata Soo Sun baru saja pindah jadi belum sempat membereskan barang-barangnya. Hehe….ternyata Dae Gu ngga tega juga ya^^  

Ibu Soo Sun puas melihat kenyamanan kamar tersebut. Karena ia lelah, ia ingin beristirahat lebih awal. Ia menyuruh P4 juga beristirahat lalu menutup pintu kamar setelah memberi ciuman jauh.

shot0039shot0042

Dae Gu menaruh selimut dan bantalnya di atas sofa. Malam ini ia akan tidur di sana. Soo Sun menatap Dae Gu dan tersenyum penuh rasa terima kasih. Dae Gu menghela nafas panjang.

shot0046shot0048

Keempatnya menikmati pemandangan malam Gangnam dari atap. Soo Sun berterima kasih karena Dae Gu sudah memberikan kamarnya untuk ibunya malam ini. Ia juga berterima kasih pada Tae Il dan Ji Gook. Mereka cheers dan minum bersama.

Soo Sun bertanya apakah teman-temannya juga merasakan apa yang ia rasakan.

“Kupikir aku akan merasa telah menyelamatkan dunia jika menangkap Kim Shin Myung. Tapi ternyata rasanya tidak sehebat itu.” 

Tae Il berkata Batman juga tidak bahagia meski sudah menyelamatkan Kota Gotham. Sementara Ji Gook mengaku ia merasa sebaliknya. Ia sangat gembira karena sudah menangkap Kim. Untuk pertama kalinya ia merasa senang karena telah menjadi detektif.

“Tadi aku melihat Min Joon (korban tabrak lari) di video. Aku merasa tersentuh ketika melihat saat itu Min Joon masih hidup. Aku benar-benar ingin menangkap si jahat Kim Shin Myung. Ia sangat jahat hingga aku ingin ke ujung neraka untuk menangkapnya. Karena itu, aku menangis ketika aku mendapat kabar bahwa kita berhasil menangkapnya. Sungguh melegakan. Kita bisa mengurangi perasaan bersalah kita pada Min Joon.”

shot0055 shot0060

Dae Gu diam mendengar percakapan mereka. Tapi dari raut wajahnya, jelas ia merasa terusik. Terusik karena tujuannya menjadi detektif tidaklah seperti teman-temannya. Apakah ia juga senang karena penjahat sudah tertangkap? Apakah ia mulai menyukai perannya sebagai seorang detektif terlepas dari keinginannya untuk menemukan pembunuh ibunya?

Soo Sun dan Tae Il berkata Ji Gook sudah kembali. Sebelumnya Ji Gook sempat mengeluh tidak ada gunanya mengejar penjahat karena toh mereka bisa dengan mudah melepaskan diri dari jerat hukum dan tidak ada yang berubah dalam dunia ini.

Mereka kembali minum bersama.

Soo Sun: “Kata-kata Gook mungkin ada benarnya. Dunia ini tidak akan berubah. Tapi, kami menemukan sesuatu yang terlupakan dari laci tua (masa lalu) kami.”

shot0058 shot0066

Sa Kyung pulang dan mendapati Pan Seok sudah menantinya di depan gedung apartemennya. Ia mengingatkan ia tidak suka ditunggu dan Pan Seok tahu hal itu. Ia akan berbicara dengan Pan Seok lain kali, dengan alasan sekarang sudah larut malam.

Pan Seok berkata dulu ia pasti akan langsung menyetujui untuk bicara lain kali. Tapi sekarang ia tidak akan seperti itu lagi. Ia menyadari dengan terus mengundur pembicaraan mereka, dirinya kehilangan banyak hal.

“Apa kau ingat aku pernah menanyakan alasan mengapa kau datang ke Gangnam dan mengapa kau menjadi detektif yang begitu kaubenci. Tapi itu tidaklah penting. Apa yang penting adalah saat kau berjalan masuk ke kantor, jantungku mulai berpacu. Jantungku bergetar.”  

Ekspresi Sa Kyung melembut mendengar pernyataan Pan Seok.

“Sa Kyung, apakah kita bisa memulai kembali?”

Sa Kyung menatap Pan Seok.

Soo Sun: “Yang seorang menemukan cinta….”

shot0068shot0071

Tae Il mengeluarkan foto dari lacinya dan menaruhnya di meja.

“Yang lain, menemukan rasa sakit…..”

shot0078shot0080

Soo Sun membuka sebuah laci kecil miliknya. Dan mengeluarkan sebuah kalung. Kalung yang ditemukan Ji Yong pada hari ibunya dibunuh. Kalung yang dicari si pembunuh. Dan kalung itu terjatuh dari saku si pembunuh saat ia menggeliat-geliat kesakitan setelah wajahnya disiram bahan kimia oleh Ji Yong. Ji Yong meninggalkan kalung itu di lantai, dan membuatnya mencurai Pan Seok telah berkomplot dengan pembunuh ibunya.

Tampaknya pembunuh itu tidak sadar liontin itu terjatuh dari sakunya. Dan setelah ia pergi, Soo Sun mengambil dan menyimpannya sampai sekarang.

“Beberapa orang menemukan….kenangan lama….” Soo Sun memandangi kalung itu.

 shot0086 shot0087

Keesokan harinya adalah hari ketika ia melihat Dae Gu mengenakan kacamata. Dan karena semalam Soo Sun mengenang Ji Yong, ia langsung merasa Dae Gu yang berkacamata adalah Ji Yong. Apalagi ketika Dae Gu berpaling saat ia memanggil nama Ji Yong.

Dae Gu membungkam Soo Sun dengan menciumnya begitu melihat Pan Seok berjalan ke arah mereka. Pan Seok terlompat kaget dan buru-buru menyingkir.

Soo Sun terbelalak lalu mendorong Dae Gu pelan. Dae Gu buru-buru pergi untuk menutupi rasa gugupnya. Ia tidak menghiraukan Pan Seok yang duduk di depan ruangan, pura-pura sedang membaca koran. Begitu juga Soo Sun yang langsung berjalan ke arah berlawanan dengan Dae Gu.

shot0106 shot0107

Pan Seok mengomel keduanya bersikap pura-pura tidak terjadi apa-apa seakan-akan mereka sudah terbiasa melakukan hal seperti itu. Ia bertanya-tanya ada hubungan apa di antara keduanya.

shot0111 shot0112

Kembali pada Soo Sun yang malam ini tidak bisa tidur karena ciuman itu. Ia bahkan tidak ingat kalau sebelumnya ia menduga Dae Gu adalah Ji Yong.

“Apakah ia menyukaiku? Tapi ia selalu menyebutku otak burung. Apakah ia seorang hidung belang? Sejak kapan ia mulai menyukaiku? Apa ia sedang jual mahal?” Soo Sun bertanya-tanya.

Dae Gu yang sedang menggosok gigi juga tidak bisa melupakan kejadian itu. Ia menggosok giginya keras-keras untuk mengenyahkan hal itu dari ingatannya.

shot0118 shot0130

Episode 7: Seseorang memasuki kehidupanmu…

Soo Sun mengantar ibunya ke stasiun. Ibunya akan kembali ke Masan. Soo Sun meminta ibunya tidak mengkhawatirkannya lagi setelah melihat bagaimana ia bekerja dan di mana ia tinggal.

Tapi seorang ibu tetaplah khawatir. Apalagi ibu Soo Sun tahu benar puterinya adalah seorang yang bertindak lebih dulu sebelum berpikir. Ia khawatir Soo Sun membuat masalah. Soo Sun mendengarkan nasihat ibunya dan mengiyakan. Ia lalu pamit pergi bekerja.

shot0141 shot0147

Dae Gu menemui psikiaternya. Ia meminta resep obat tidur karena akhir-akhir ini ia kembali mengalami sulit tidur.

Ketika ia tiba di kantor dan menuju, ia melihat Soo Sun masuk dalam lift. Siuuut....Dae Gu buru-buru berbalik untuk menghindarinya. Tapi lalu ia bertanya-tanya, kenapa juga ia harus menghindari Soo Sun?

Maka dengan penuh tekad, ia berjalan menuju lift. Giliran Soo Sun yang panik melihat Dae Gu berjalan ke arahnya. Ia berusaha menutup pintu lift, tapi Dae Gu tiba tepat waktu untuk menahan pintu dan masuk lift.

shot0152 shot0154

Kecanggungan di antara mereka bertambah ketika Ji Gook juga ikut masuk ke dalam lift dan berdiri di antara mereka. Namun Ji Gook tidak merasakan “aura canggung” di antara keduanya.

Ji Gook mendengar gedung apartemen Soo Sun mulai dihancurkan hari ini. Soo Sun berkata tidak apa-apa. Ia bisa membuat tenda dan juga ada toilet di sini.

“Di dekat sini ada lapangan,” ujar Dae Gu. Kejaaaam ;p *padahal menutupi rasa khawatirnya juga, kan? hehe*

Ji Gook protes tempat itu berbahaya. Orang boleh makan di mana saja, tapi harus tidur di tempat yang seharusnya. Soo Sun berkata ia hanya perlu bertahan 2 bulan. Setelah itu ia sudah mempunyai uang cukup untuk mencari tempat baru.

“Tapi…jika kau tak bisa mendapatkan tempat, datanglah ke apartemen kami ya,” kata Ji Gook. Dae Gu langsung melirik Ji Gook dan menatap penuh protes.

shot0168 shot0179

Mereka tidak menyadari ada seseorang yang mengamati. Mengamati Dae Gu khususnya. Si pembunuh. Ia bertanya-tanya kenapa Dae Gu datang ke kantor polisi Gangnam.

shot0185 shot0184

Pan Seok mengikuti rapat detektif untuk pertama kalinya setelah ia dibebaskan. Ia meminta maaf pada Chief Kang dan semua rekan-rekannya karena sudah mempersulit mereka.

Chief Kang sepertinya masih marah pada Pan Seok. Ia berkata Pan Seok memang sudah sangat mempersulit mereka. Ia mengingatkan ini adalah masa kritis untuk masalah hak penyelidikan independen. Ia tidak ingin lagi ada masalah dengan pihak penuntut.

Demi mendapatkan dukungan rakyat dan membentuk sentimen publik, mereka tidak boleh goyah karena emosi pribadi. Ia menekankan khususnya pada Pan Seok, agar tidak berselisih lagi dengan Penuntut Han. Jika hal itu terjadi lagi, ia sendiri yang akan memecat Pan Seok.

Chief Kang mengingatkan bahwa kepala polisi sebelumnya, Chief Min yang mendapat dukungan semua kepolisian, juga dipecat karena adanya perselisihan yang tak ada gunanya.

shot0191 shot0194

Seorang deteiktif (kalau ngga salah namanya Detektif Kim) mewanti-wanti Ji Gook agar tidak terlalu dekat dengan Tae Il. Nanti Tae Il salah paham. Ji Gook bingung, salah paham apa?

“Kau benar-benar tidak tahu? Park Tae Il itu gay,” bisik Detektif Kim.

Ji Gook terkejut dan menertawakannya. Tapi detektif Kim berkata gosip itu sudah menyebar di kantor ini. Bahkan ada yang pernah melihat Tae Il keluar bersama seorang pria dari bar khusus untuk gay. Ia menyuruh Ji Gook berhati-hati, apa jadinya nanti jika Tae Il menyatakan cinta pada Ji Gook?

Tapi Ji Gook tidak percaya. Ia marah dan membela partnernya bahwa Tae Il bukanlah gay.

shot0197 shot0199

Chief Cha menemukan tempat Soo Sun menyembunyikan seluruh perlengkapan kemahnya dan barang-barangnya yang tersimpan di dekat tangga dan tertutup pot tanaman. Ia membuka salah satu tas dan menemukan pakaian dalam wanita. Soo Sun segera berlari mengamankan tasnya.

Chief Cha memarahinya. Pan Seok yang kebetulan lewat itu dimarahi karena tidak bisa mengatur anak buahnya. Ia memerintahkan agar semua barang-barang itu disingkirkan karena mengganggu pemandangan.

shot0207 shot0210

Setelah Chief Cha pergi, Pan Seok bertanya apa yang terjadi. Soo sun menceritakan keadaannya. Bahwa selama ini ia tinggal di atap karena terusir dari apartemennya dan uang sewa 3 bulan di muka dilarikan oleh pemilik lama.

“Kau seorang polisi tapi kena tipu?” ujar Pan Seok.

Soo Sun memohon agar ia diijinkan tinggal di atap selama 2 bulan saja. Setelah ia memiliki uang cukup, ia bisa menyewa tempat baru. Pan Seok tak tega dan mengijinkan asalkan Soo Sun menyembunyikan semua barangnya di tempat tak terlihat.

shot0225 shot0227

Berikutnya adalah kasus baru bagi tim Pan Seok. Kasus kali ini adalah kasus penusukan di sebuah kedai kaki lima. Seorang pria mabuk memasuki kedai dan menyenggol pengunjung kedai. Akibatnya terjadi perkelahian. Puncak perkelahian itu adalah pengunjung kedai (dua orang) memukuli si pria mabuk lalu menusuknya dengan pisau. Sekarang korban terbaring koma di rumah sakit.

Saksi mata peristiwa itu hanyalah ahjumma si pemilik kedai. Dan sekarang si ahjumma bersedia mengidentifikasi pelaku. Pan Seok menerangkan pada si ahjumma bahwa nanti akan ada lima orang pria masuk ke dalam sebuah ruangan. Pan Seok dan timnya, juga si ahjumma, berada di ruangan sebelahnya dengan dibatasi cermin sebelah. Pan Seok menekankan bahwa kelima orang tersebut tidak akan bisa melihat si ahjumma jadi ahjumma tidak perlu khawatir. Ahjumma mengangguk.

shot0230 shot0232

Proses identifikasi pun dimulai. Lima orang pria dibawa masuk ke ruangan sebelah. Ahjumma menggeleng. Tidak ada pelakunya dalam kelima orang tersebut. Barisan kedua. Ahjumma kembali menggeleng.

Saat barisan ketiga berderet, pandangan ahjumma tertuju pada pria nomor 4 dan ia langsung memalingkan wajahnya ketakutan. Pria nomor 4 menatap cermin di hadapannya, tahu bahwa saat ini ada orang yang sedang mengidentifikasi dirinya.

Pan Seok dan Dae Gu bisa melihat bahwa ahjumma telah menemukan si pelaku dan bahwa pelakunya adalah pria nomor 4. Tapi ketika Pan Seok menanyakannya, ahjumma itu menggeleng ketakutan.

shot0251 shot0258

Pan Seok lalu mencoba berbicara dengan ahjumma itu baik-baik. Ahjumma berkeras ia tidak melihat pelakunya dari 15 orang tersebut. Ia mengaku tidak ingat wajah si pelaku.

Pan Seok bertanya apakah ahjumma itu takut. Ahjumma berkata sebenarnya orang-orang sudah mengingatkan ketika ia akan pergi ke kantor polisi, bahwa mungkin saja para pelaku mencelakainya jika ia mengidentifikasi mereka. Mereka adalah orang-orang jahat menakutkan yang bahkan menusuk orang lain.

shot0259 shot0263

Mendengar penuturan ahjumma, pastilah Dae Gu teringat pada ibunya. Karena itu ia terguncang ketika mendengar kata-kata dari bibir Pan Seok.

“Tentu saja wajar untuk khawatir. Tapi percayalah pada kami. Meski Nyonya menunjuk pelakunya, mereka tidak akan pernah tahu bahwa Nyonya yang ada di sini untuk mengidentifikasi mereka. Jadi pikirkanlah lagi, ya. Korban yang ditusuk masih berjuang untuk hidup di UGD. Kasihan dia.”

Ahjumma itu berkata ia juga ingin membantu. Melihat ahjumma itu mulai goyah, Pan Seok semakin gencar membujuknya. Ia berkata ahjumma itu adalah satu-satunya saksi mata dan ia berjanji untuk merahasiakan identitas ahjumma. Ahjumma itu masih ragu dan Pan Seok hendak membujuknya lagi.

“Hentikan, ia bilang tidak mau,” ujar Dae Gu tiba-tiba. “Kau tidak berhak memaksanya menjadi saksi. Mendesaknya adalah paksaan, bukan bujukan. Nyonya, Anda berhak menolak. Anda boleh pergi jika mau.”

Ahjumma bangkit berdiri lalu pergi.

shot0262 shot0264

Pan Seok mengamuk dan hendak membanting kursi pada Dae Gu. Untung saja Eung Do mencegahnya.

“Kau pikir siapa dirimu? Pergi dari sini, brengsek! Aku tidak memerlukan orang sepertimu dalam timku. Kau tidak layak kumarahi. Serahkan surat pengunduran dirimu dan keluar.”

Dae Gu menatap Pan Seok yang berbalik pergi.

“Tahun 1994, kasus pembunuhan di Soo Won. Tahun 2013, kasus pembunuhan di Daegu. Tahun 2013, kasus penyerangan pada seorang wanita pemilik restoran. Apa kau tahu apa kesamaan semua kejadian itu? Tahun 2008 terdapat 87 kasus, 2009 terdapat 139 kasus, tahun 2011 terdapat 122 kasus, tahun 2012 ada 233 kasus. Apa kesamaan dari kasus yang terus meningkat setiap tahunnya? Balas dendam,” kata Dae Gu.

Ia berkata dalam 70% kasus, balas dendam dilakukan pada awal penyelidikan karena data saksi bocor. Bagaimana bisa Pan Seok menjamin keselamatan si ahjumma? Bukankah melindungi saksi lebih penting dari keberhasilan pekerjaan?

shot0266 shot0278

Pan Seok tersinggung. Apa maksud Dae Gu ia telah terbutakan oleh keberhasilan dan menambah lebih banyak korban? Dae Gu berkata Pan Seok tidak bisa menghilangkan kemungkinan itu.

Pan Seok berkata hal yang tak kalah pentingnya dari melindungi terjadi korban berikutnya adalah menegakkan ketidakadilan bagi korban. Bagaimana dengan keadilan dan rasa sakit yang ditanggung korban dan keluarganya?

“Tapi pemilik kedai tidak ada kaitannya dengan rasa sakit mereka!”

“Jadi aku menyuruhmu pergi! Tidak peduli bagaimanapun, aku harus menangkap pelakunya. Meski aku sendiri tertusuk, meski aku harus mendapat kesaksian orang lain. Karena itulah tugas seorang detektif. Tugasku!”

Dae Gu tak tahan lagi dan menyinggung kasus pembunuhan ibunya. Saat itulah Pan Seok tertegun. Begitu juga Eung Do. Soo Sun, Tae Il, dan Ji Gook heran melihat sikap kepala tim mereka.

shot0283shot0284

“Dasar brengsek, kau mengecek latar belakangku?” tanya Pan Seok.

“Seo Pan Seok yang legendaris tidak perlu dicek latar belakangnya. Hanya dengan sedikit usaha, kau bisa menemukan semua kasus yang kautangani di internet. Aku tidak tahu mengapa aku dipaksa berhenti. Aku tidak mengerti bagaimana bisa kau terus menekan saksi setelah mengalami hal semacam itu!” seru Dae Gu penuh emosi.

“Kau tidak perlu mengerti! Berhenti saja.”

Keduanya saling menatap dengan diliputi amarah.

 shot0291 shot0295

[Bersambung ke Bagian 2]

Komentar:

Wew…akhirnya Dae Gu meledak juga. Sebelumnya sudah meledak sih, tapi kali ini sangat sarat emosi karena mengingatkannya pada kasus ibunya.

Sama seperti Dae Gu, aku juga tidak mengerti mengapa Pan Seok masih membujuk dan mendesak saksi. Aku mengerti bahwa itu adalah pekerjaannya untuk mendapatkan saksi dan bukti. Tapi mengapa ia begitu berani berjanji untuk menjamin nyawa ahjumma?

Si pelaku penusukan pasti tahu saksi mata yang dipanggil polisi pastilah si ahjumma pemilik kedai karena hanya ahjumma itu yang melihat wajah mereka. Aku yakin nyawa ahjumma itu memang dalam bahaya jika ahjumma itu berani bersaksi.

Lalu apakah memang sebaiknya tidak perlu menjadi saksi mata? Tapi bukankah dengan begitu pelakunya melenggang bebas? Bukan saja mereka tidak mendapat hukuman atas kejahatan yang mereka lakukan, mereka juga berpotensi melakukan kejahatan lagi. Menyelamatkan nyawa kita dan keluarga kita, atau menegakkan keadilan? Semua itu hanya diri sendiri yang bisa menjawabnya.

Jika Pan Seok pernah mengalami hal seperti ibu Dae Gu, apakah ia berani bersaksi dengan taruhan nyawanya dan keluarganya? Sebaliknya, jika Dae Gu adalah keluarga korban apakah ia rela melepaskan si pelaku demi melindungi saksi mata?

1 komentar:

  1. nangis liat dae gu yg meledak T_T
    pas nnton nyesek banget ngrasainnya :'(

    BalasHapus

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)