Jumat, 01 Juli 2016

Sinopsis Mirror of The Witch Episode 14


Poong Yeon bertanya apakah sihir hitam Hong Joo bisa digunakan untuk mendapatkan hati seseorang. Apakah kesedihan dan keputusasaan yang ia rasakan saat ini hanyalah kesalahannya?

“Jika aku membenci mereka dan melepaskan kemarahanku pada mereka apakah aku bisa melepaskan diri dari penderitaan yang kurasakan?”

“Tuan Muda, apakah kau ingin aku mengembalikan Yeon Hee padamu? Jika kau membunuh anak yang berada di bawah kutukan jahat, Yeon Hee yang baik dan polos akan kembali,” kata Hong Joo dengan nada bersimpati.

Poong Yeon tidak percaya. Hong Joo berkata ia akan membuat Poong Yeon percaya.


Hong Joo mulai menjalankan sihir hitamnya terhadap Ibu Suri. Ia membakar sebuah kertas jimat lalu mengucapkan mantra.  Asap hitam dari tungku kecil yang ditempatkan Hong Joo di dekat Ibu Suri mulai bergerak menuju Ibu Suri.

Ibu Suri terbangun dengan perasaan tidak enak. Ia terkejut melihat tungku di dekat tempat tidurnya. Ia menyiram tungku itu dengan air. Sejenak tungku itu seperti padam. Tapi asap hitam kembali keluar dari sana dan memasuki tubuh Ibu Suri. Ibu Suri memegangi lehernya seakan tercekik. Lalu jatuh pingsan.

Yeon Hee cepat-cepat menemui Ibu Suri begitu mendengar kabar. Tabib menyuapkan obat untuk Ibu Suri tapi Ibu Suri tetap tidak sadarkan diri. Yeon Hee melihat tangan Ibu Suri yang menghitam dan menyadari itu adalah sihir hitam.


Raja bertanya berapa lama sihir itu akan membuahkan hasil. Hong Joo berkata ia menggunakan sihir hitam terkuat yaitu kutukan. Jika jimatnya tidak terusik, Ibu Suri tidak akan melewati esok malam.

“Tapi Puteri mengkhawatirkanku. Aku tidak tahu apakah Ibu Suri memiliki banyak naluri keibuan untuknya tapi aku yakin Puteri peduli padanya. Jadi ia akan ikut campur jika ia tahu Ibu Suri berada dalam guna-guna. Dan lagi dia memiliki kekuatan supranatural karena kutukannya.”

Raja bertanya apakah Puteri bisa mencelakainya juga. Hong Joo bertanya apakah Raja memiliki seseorang yang cukup dipercaya untuk bisa melindunginya.

“Aku yakin Yang Mulia akan bisa lebih tenang jika Tuan Choi Poong Yeon berada di sisi Yang Mulia.”

“Jangan sebut namanya lagi!” Raja menggebrak meja.


Hyun Seo memeriksa Ibu Suri. Ia duduk membelakangi Jun, Yeon Hee, dan Yo Gwang hingga mereka sama sekali tidak menyadari kalau Hyun Seo dikendalikan oleh Hong Joo. Apa yang dikatakan Hyun Seo merupakan kata-kata yang diucapkan Hong Joo.

“Ini adalah sihir hitam. Guna-guna yang ditujukan untuk membunuh Ibu Suri. Jika ini guna-guna maka sudah pasti ada jimat tersembunyi di sekitar sini yang menjadi sumber guna-guna. Kita harus menemukan jimat tersebut dan menyingkirkannya. Jika kita tidak berhadil menemukannya dan mematahkan guna-guna ini, Ibu Suri tidak akan bisa hidup melewati esok malam.”

Yeon Hee yakin ini perbuatan Hong Joo. Hyun Seo (masih dalam kendali Hong Joo) berkata jimat itu pasti ada di istana jadi mereka harus mencari cara untuk menemukannya. 

Hyun Seo bangkit berdiri namun hampir terjatuh. Yeon Hee cepat-cepat memeganginya dan bertanya apakah Hyun Seo tidak apa-apa. Ia sedikit terkejut saat melihat tatapan ayahnya yang dingin tidak seperti biasanya.

Hyun Seo tersenyum dan meminta Yeon Hee tidak mengkhawatirkannya. Yo Gwang melihat itu dan merasa khawatir tapi tidak mengatakan apapun.

Hyun Seo kembali ke Seongsucheong. Hong Joo memujinya telah bekerja dengan baik.


Jun menghibur Yeon Hee bahwa ia dan Yo Gwang akan mencari jimat itu dan menemukannya. Jadi Yeon Hee tidak perlu khawatir. Yeon Hee tersenyum dan terlihat lebih tenang.

Tiba-tiba ia merasakan dadanya sakit. Ia melihat ke langit dan melihat sebuah bintang jatuh. Rasa sakitnya semakin menjadi. Ia teringat perkataan Yo Gwang bahwa hanya tersisa 20 hari lagi hingga Bintang Utara menghilang. Dan Yeon Hee akan semakin lama semakin lemah.

“Apa aku pelan-pelan akan mati seperti yang tertulis dalam Mauigeumseo? Tolong jangan beritahu Jun atau kakakku.”

Ia berkata lilin yang tersisa tidak banyak lagi. Ia tidak akan mati.

Tanda kutukan di belakang telinga Yeon Hee bersinar. Yeon Hee mengerang lalu jatuh pingsan.


Jun merawatnya. Ia sepertinya tahu keadaan Yeon Hee karena ia sudah hafal isi Mauigeumso luar kepala. Dan ia tahu semua lilin itu harus menyala sebelum Bintang Utara menghilang.

Yeon Hee sadarkan diri. Ia beralasan mungkin ia terlalu gugup karena Ibu Suri sakit. Jun tahu Yeon Hee sedang menenangkannya karena itu ia tidak bertanya apapun dan menyuruh Yeon Hee tidur lagi. Ia akan berada di sisi Yeon Hee hingga Yeon Hee tidur.

Yeon Hee memejamkan matanya kembali. Jun melihat tanda kutukan Yeon Hee kembali bersinar. Ia menghela nafas sedih.


Heo Ok menghadap Raja setelah tahu Poong Yeon dipecat. Ia berkata mulai sekarang ia yang akan melindungi Raja. Tentunya dengan gayanya yang lebay. Raja bertanya apakah Heo Ok bisa memberikan nyawanya untuk melindunginya. Heo Ok tergagap menjawab ia akan setia pada Raja.

Raja berkata ada orang yang hendak membunuhnya jadi Heo Ok harus selalu berada di sisinya dan melindunginya. Heo Ok terkejut. Dengan ragu dan terbata-bata ia berkata ia akan melindungi Raja. Tentu saja Raja tahu kalau Heo Ok tidak benar-benar tulus dan menyuruhnya pergi.

Di rumah, Heo Ok menceritakan hal itu pada ibunya. Ibunya marah ketika tahu Heo Ok tidak bisa meyakinkan Raja untuk mempercayainya. Heo Ok sudah melewatkan kesempatan untuk lebih dekat dengan Raja. Harusnya Heo Ok berkata akan menyerahkan hidupnya demi Raja.

“Apa Ibu sudah gila? Bagaimana jika aku mati? Atau lebih buruk lagi, bagaimana jika tanganku dipenggal dan aku menjadi orang cacat aneh selamanya?”

Ibunya bertambah marah. Raja bukanlah seorang yang mudah mempercayai orang. Jika Heo Ok berhasil menjadi tangan kanan Raja maka keluarga mereka akan sangat terbantu. Ia berkata Heo Ok tidak boleh melewatkan kesempatan berikutnya. Heo Ok mengiyakan dengan kesal.


Poong Yeon diam-diam melindungi Raja dari jauh. Itu karena Hong Joo berkata Poong Yeon harus berada di sisi Raja dan melindunginya untuk melihat siapa yang sebenarnya harus disingkirkan. Ia berkata Raja dalam bahaya besar dan tidak ada yang berada di sisinya setelah Poong Yeon pergi.

“Jadi aku ingin kau melihat sendiri apa yang mengancam Raja. Hanya percaya pada apa yang kaulihat. Kau akan segera percaya pada apa yang kukatakan.”

Raja berpapasan dengan Yeon Hee. Yeon Hee membungkuk memberi hormat. Raja bertanya apakah Yeon Hee hendak menjenguk Ibu Suri. Yeon Hee berterimakasih atas perhatian Raja.

“Tidakkah akan beredar rumor buruk bahwa semua ini terjadi begitu Puteri masuk dalam istana? Aku cukup khawatir mengenai itu,” sindir Raja.

Yeon Hee meminta Raja tidak goyah karena kata-kata Hong Joo.

“Yang Mulia adalah ayah dari ribuan rakyat yang menanti Yang Mulia untuk memimpin mereka. Bagaimana tidak tenangnya rakyat jika hati Yang Mulia terguncang?” kata Yeon Hee.

Raja berkata Yeon Hee mirip dengan Ibu Suri. Jangan-jangan Yeon Hee juga tertarik untuk memerintah negeri ini? Ia berkata Puteri harus bersikap sebagai puteri. 
Berpakaian bagus, berjalan-jalan di taman dan semacamnya. Bukannya bersikap tak sopan dengan menasihatinya.


Jun dan Yeon Hee melihat Yo Gwang menulis sebuah jimat. Itu adalah jimat pelacak untuk mencari sumber guna-guna jahat. Ini pertama kalinya ia membuatnya jadi ia tidak yakin apakah jimat itu akan bekerja semestinya.

Yo Gwang menusuk tangan Ibu Suri dengan jarum untuk mengambil darahnya. Lalu ia mengoleskan darah Ibu Suri pada jimat tersebut.

Yo Gwang dan Jun pergi ke luar. Sementara Yeon Hee tinggal untuk merawat Ibu Suri.
Yo Gwang dan Jun membakar jimat pelacak. Yo Gwang melemparnya ke udara. Jimat itu terbakar lalu berubah menjadi setitik sinar. Yo Gwang dan Jun mengikuti sinar tersebut.

Sementara itu keadaan Ibu Suri semakin parah. Ibu Suri terus meronta memegangi lehernya kesakitan. Yeon Hee tak tahan lagi dan pergi menemui Hong Joo.


“Kau yang ada di belakang semua ini, kan? Jangan bersikap pengecut dan serang aku secara langsung,” ujarnya marah.

“Aku juga menginginkannya, tapi Ibu Suri menghalangiku,” kata Hong Joo tenang.

Yeon Hee bertanya di mana sumber guna-guna itu. Hong Joo tersenyum dan berkata Yeon Hee terlihat panik karena tidak banyak waktu tersisa.

“Apa yang kauinginkan bukanlah nyawa Ibu Suri,” kata Yeon Hee.

“Kau berlari ke sini untuk menyelamatkan nyawa ibumu jadi aku akan memberitahu. Guna-guna sekuat ini  tidak bisa digunakan hanya karena kebencianku padanya. Ada seseorang yang membenci Ibu Suri lebih dariku.”

Yeon Hee terkejut menyadari sesuatu. Raja yang telah mengutuk Ibu Suri? Hong Joo tidak menyangkal. Raja membenci Ibu Suri hingga ingin membunuhnya. Dan kebencian itu yang ia gunakan untuk membuat jimat sumber guna-guna.

“Jimat itu bersama orang yang berperan besar dalam membuatnya. Jika kau ingin menyelamatkan Ibu Suri, kau harus membunuh Raja. Tapi jika kau melakukannya, kau akan kehilangan kepalamu. Jika kau tidak melakukan apa-apa, Ibu Suri akan mati. Benar-benar dilema,” ujar Hong Joo.

“Jadi ini jebakan yang kaubuat untukku, kan?”

Hong Joo berkata tidak ada yang lebih berharga bagi seseorang daripada nyawanya sendiri. Apa Yeon Hee pikir ia akan hanya duduk diam? Dengan kata lain Hong Joo berusaha membunuh Yeon Hee untuk menyelamatkan nyawanya sendiri.


Jun dan Yo Gwang terkejut saat melihat sinar itu masuk dalam kediaman Raja. Keduanya mengenakan penutup wajah lalu melemparkan bom asap ke arah para pengawal yang berjaga di luar. Para pengawal itu jatuh pingsan.

Jun dan Yo Gwang masuk dalam kediaman Raja dan mulai mencari jimat sumber guna-guna.
Raja sedang merenung di luar. Ia teringat perkataan Yeon Hee dan sepertinya merasakan kebenaran dalam kata-kata itu. Dadanya mulai terasa sakit hingga ia memutuskan untuk kembali. Noooo!!

Jun dan Yo Gwang terkejut saat mendengar suara pintu dibuka. Raja masuk ke kediamannya. Rasa sakit yang menderanya membuatnya melepaskan jubahnya.

Jun dan Yo Gwang bersembunyi di balik penyekat ruangan di belakang Raja. Jun mengintip dan terkejut melihat duri-duri yang tumbuh di pundak Raja.


Poong Yeon melihat para pengawal Raja yang jatuh pingsan. Raja tidak melihatnya mungkin karena mereka masuk dari jalan yang berbeda. Poong Yeon menyadari ada yang tak beres dan masuk ke kediaman Raja.

Raja menyambutnya dengan dingin. Poong Yeon berkata ia datang hanya untuk berbicara sejenak sebagai teman. Ia mengedarkan pandangannya dan yakin ada penyusup di balik penyekat ruangan. Ia meraih pedangnya.

“Bukankah Yang Mulia dan aku bersahabat?” tanyanya sambil mengangguk pada Raja.

Melihat gerakan Poong Yeon, Raja menyadari ada penyusup di belakangnya. Ia diam-diam bangkit berdiri dan berlari menjauh dari penyekat ruangan sementara Poong Yeon mendekati penyekat itu dan membukanya.


Jun dan Yo Gwang terpaksa keluar seperti kecoak terkena baygon *apaan sih* Poong Yeon menghunus pedangnya pada mereka tapi terkejut saat menyadari siapa mereka. Raja terkejut karena Poong Yeon mengenal mereka.

Raja marah karena mereka menyusup dan bersembunyi di kediaman Raja. Apa mereka hendak membunuhnya? Jun meminta maaf dan meminta Raja tidak salah paham. Mereka hanya ingin menyelamatkan nyawa Ibu Suri. Ups….jawaban yang salah.

Raja semakin marah dan menuduh mereka diperintahkan oleh Ibu Suri untuk membunuhnya. Yo Gwang melihat Raja dan menyadari ada tanda berbentuk jimat di dada Raja. Itu adalah jimat sumber guna-guna Ibu Suri! Diam-diam ia meraih belati yang tersemat di punggungnya.

Bukan itu, kata Jun. Poong Yeon menyuruh mereka mengatakan yang sebenarnya alasan mereka melakukan ini. Jun hendak menjelaskannya tapi Raja tidak mau mendengar dan menyuruh Poong Yeon membunuh mereka sekarang juga.

Poong Yeon mengayunkan pedangnya.


“Hentikan!!” seru Yeon Hee.

Poong Yeon terkejut melihat Yeon Hee. Jun hendak melindungi Yeon Hee tapi Poong Yeon menghentikannya dengan pedangnya.

“Jadi bintang utamanya akhirnya muncul,” sindir Raja. “Kau menginginkan nyawaku, kan? Tunjukkan wajah aslimu. Apa kau kira kau bisa lolos dari semua ini?”

Yeon Hee terkejut melihat tanda jimat di dada Raja. Raja menyuruh Poong Yeon membunuh Yeon Hee sekarang juga. Saat Poong Yeon ragu, Jun mempergunakan kesempatan itu untuk menangkis pedang Poong Yeon dan berlari pada Yeon Hee.

Yo Gwang dan Jun berdiri di hadapan Yeon Hee untuk melindunginya. Raja berkata Yeon Hee hendak membunuhnya. Poong Yeon teringat perkataan Hong Joo bahwa Yeon Hee yang baik dan polos akan kembali jika Yeon Hee yang berada di bawah kutukan dibunuh.


Poong Yeon menghampiri Yeon Hee. Raja terus mendesak Poong Yeon membunuh Yeon Hee. Pong Yeon mengangkat pedangnya. Tuan Muda, bisik Yo Gwang. Yeon Hee menatap kakaknya dengan kecewa.

“Lihat! Adik yang kaulindungi hendak membunuhku! Cepat bunuh dia!” seru Raja.

Poong Yeon mengangkat pedangnya tapi ia tidak sanggup. Raja tak sabar lagi dan merebut pedang Poong Yeon.

“Jika kau tidak bisa membunuhnya, aku yang akan membunuhnya.”

Raja mengangkat pedang dan bergerak menuju Yeon Hee. Dengan cepat Yeon Hee mengambil belati Yo Gwang lalu menusukkannya tepat pada tanda jimat di dada Raja. Poong Yeon shock.


Tanda jimat itu menghilang. Hong Joo jatuh ke lantai. Ibu Suri terbangun. Ia melihat tangannya yang hitam pelan-pelan berangsur normal. Ibu Suri selamat.

Yeon Hee mencabut belatinya. Raja terjatuh ke lantai. Ia berteriak memerintahkan agar Yeon Hee ditangkap.

Para pengawal masuk menangkap ketiganya. Yeon Hee menatap tajam kakaknya saat ia dibawa pergi. Poong Yeon terpaku. Saat itulah Hong Joo datang.

“Kau lihat sendiri, kan? Apakah Yeon Hee bisa membunuh? Itu bukan Yeon Hee. Itu hanyalah wadah kutukan,” ujarnya.

Poong Yeon pergi tanpa mengatakan apapun.


Jun dan Yo Gwang dipisahkan dari Yeon Hee. Jun terus berteriak memanggil Yeon Hee. Ia terus meronta berusaha melepaskan diri untuk menyelamatkan Yeon Hee.

Yo Gwang memiliki pisau kecil di lengan bajunya. Ia menggunakan itu untuk melepas ikatannya dan berhasil melawan pengawal yang menangkapnya. Ia juga melepaskan Jun.
Jun langsung memungut pedang dan berjalan kembali hendak menyelamatkan Yeon Hee. 

Tapi Poong Yeon mencegatnya. Ia berkata tidak ada yang bisa dilakukan Jun. Ia melepaskan Jun dan Yo Gwang dan menyuruh mereka segera pergi.


Yo Gwang cepat-cepat membawa Jun pergi. Jun meronta dan berkata ini semua rencana Hong Joo. Mereka harus menyelamatkan Yeon Hee. Tapi Yo Gwang berkata Yeon Hee bisa diasingkan atau dihukum mati jika mereka bertindak ceroboh.

“Kenapa Raja begitu ingin membunuh Yeon Hee?” tanya Jun.

“Karena ia percaya penyakitnya disebabkan oleh kutukan Yeon Hee.”

Jun sama sekali tak percaya kutukan Yeon Hee yang menyebabkan penyakit Raja. Yo Gwang yakin Hong Joo juga penyebabnya. Jun bertanya apakah sihir hitam bisa digunakan seseorang untuk membuat seseorang sakit. Yo Gwang berkata itu mungkin.

“Sihir hitam memasuki tubuh seseorang melalui sisi terkelam hati mereka. Dan karena terkait dengan hati seseorang, hal-hal seperti itu jelas mungkin.”

Jun berkata ia akan pergi menyelamatkan Yeon Hee. Mereka hanya perlu meyakinkan Raja maka Yeon Hee akan selamat. Tapi Yo Gwang menahannya dan berkata Raja berpihak pada Hong Joo.  Pada keadaaan seperti ini Raja tidak akan percaya pada apapun yang dikatakan Jun.

“Jika aku tidak bisa meyakinkannya dengan kata-kata, maka aku harus menggunakan cara lain. Aku akan menunjukkan padanya kebenaran di balik orang yang ia percaya,” kata Jun.


Heo Ok menghambur ke kediaman Raja sambil menangis dan memukul-mukul lantai. Pura-pura menyesali diri. Padahal kesakitan karena pukul-pukul lantai. Raja hanya menghela nafas.

Yeon Hee dimasukkan ke dalam sel kayu yang dikelilingi jimat. Sebuah jimat juga ditempelkan di perutnya. Ia tidak bisa melepasnya karena kedua tangannya terikat.
Hong Joo berkata Hyun Seo kalau harinya telah tiba untuk Hyun Seo menggunakan kekuatannya. Yeon Hee terkejut saat melihat ayahnya.

“Sekarang, Tuan, bakar tempat ini dengan api suci,” kata Hong Joo.

Yeon Hee mundur ketakutan melihat ayahnya bukanlah ayah yang selama ini dikenalnya. Seperti robot, Hyun Seo mengulurkan tangannya lalu mengerahkan kekuatannya.


Tapi tidak ada yang terjadi. Api itu tidak muncul. Hong Joo bertanya ada apa. Ia mengira Hyun Seo ragu dan terus mendesaknya untuk membakar tempat itu. Akhirnya ia melihat tangan Hyun Seo  dan menyadari Hyun Seo sudah kehilangan kekuatannya.

“Api suci adalah kekuatan supranatural yang diturunkan pada pimimpin divisi Tao,” batin Hong Joo.  “Tidak mungkin ia kehilangan kekuatannya, jadi bagaimana…tidak mungkin…..jangan-jangan….”


Ibu Suri menemui Raja meski Raja sudah melarang siapapun masuk kediamannya. Ia kesal karena perintahnya tidak dituruti.

Ibu Suri memberi hormat dan berkata semua ini adalah salahnya. Ia yakin Yeon Hee tidak berniat mencelakakan Raja.

“Aku yakin ia menggunakan itu untuk memutus guna-guna yang dikenakan padaku oleh Hong Joo. Puteri tidak melakukan kesalahan apapun.”

Raja marah. Apa maksudnya tidak melakukan kesalahan apapun? Puteri sudah menusuknya dan berusaha membunuhnya. Ia sepantasnya dihuku mati berkali-kali.

“Aku akan menyerahkan kekuasaanku. Aku tidak akan lagi mencampuri urusan negara,” kata Ibu Suri.

Tapi Raja berkata semua itu tidak ada artinya jika ia mati. Ibu Suri bisa mengambil tahtanya jika itu yang Ibu Suri inginkan. Bukankah itu sebabnya Ibu Suri berusaha membunuhnya dengan menggunakan puteri? Ia tidak mau lagi mendengar kata-kata Ibu Suri.


Ibu Suri keluar dari kediaman Raja dan berpapasan dengan Hong Joo. Hong Joo berkata ia lega melihat Ibu Suri tidak apa-apa.

“Kenapa kau tidak membunuhku saja,” ujar Ibu Suri.

“Karena bukan itu yang kuinginkan.”

“Kaukira aku akan kehilangan Puteri padamu juga? Karena sekarang aku sudah sembuh, aku akan melihat bagaimana kau menderita sebagai akibat dosa-dosamu.”

Malam itu Raja nampak galau. Ia berusaha menenangkan hatinya. Tadi setelah Ibu Suri pergi, Hong Joo datang menemuinya.


Raja mengamuk di depan Hong Joo karena Ibu Suri tidak mati. Ia bertanya apa tujuan Hong Joo sebenarnya.

“Bukankah akan lebih baik bagi kesehatan Yang Mulia untuk membunuh Puteri lebih dulu daripada Ibu Suri?”

“Apa kau hanya menggunakanku sebagai umpan?”

“Aku hanya melakukannya untuk membantu menyembuhkan penyakit Yang Mulia,” Hong Joo tidak menyangkal.

Raja marah karena Hong Joo berani mempermainkan nyawanya. Bagaimana bisa ia mempercayai Hong Joo lagi? Hong Joo berjanji akan menyembuhkannya tapi penyakitnya bertambah parah.

“Apa kau benar-benar berusaha untuk menyembuhkan penyakitku?” Raja mendorong-dorong Hong Joo dengan jarinya.


Hong Joo meraih tangan Raja dan membuka lengan bajunya. Seketika itu juga muncul asap hitam dan duri-duri tumbuh di tangan Raja. Raja mengernyit kesakitan.

“Yang Mulia, turuti perkataanku jika Yang Mulia ingin hidup. Jangan berpikir, dan jangan ragukan aku. Apa Yang Mulia mengerti?” bisiknya.

“Beraninya kau menyentuh Raja!” ujar Raja terkejut.

“Aku yang membuat Yang Mulia  menjadi Raja. Apa Yang Mulia tahu kenapa aku melakukannya? Karena Yang Mulia seorang pengecut yang lemah. Karena Yang Mulia tidak memiliki kualitas apapun untuk menjadi Raja yang baik. Jadi jika Yang Mulia ingin mempertahankan tahta, sebaiknya lakukan apa yang kukatakan,” Hong Joo melepas Raja dengan kasar. “Aku pasti akan membunuh Puteri dengan kedua tanganku dan menyembuhkan Yang Mulia. Jadi jangan terlalu khawatir.”


Raja benar-benar terguncang dengan peristiwa tadi. Ia kembali merasakan rasa sakit menyerangnya. Darah keluar dari lengan bajunya.

Tiba-tiba sebuah panah menancap di tiang tempat ia bersandar. Para pengawal langsung mencari pelakunya. Raja melihat sebuah surat tersemat pada panah tersebut. Ia membacanya.

“Aku sudah menangkap Si Jubah Merah, jadi datanglah ke Hutan Seoyang besok. Jika tidak, aku akan mengungkap identitas Si Jubah Merah pada rakyat.” Dengan kata lain rakyat akan mengetahui kebohongan raja mengenai Jubah Merah palsu.

Jun yang mengirimkan pesan itu. Dan ia memastikan anak buah Hong Joo mengetahuinya.


Sol Gae disembunyikan Jun di kuil Chungbing. Jun berkata ia akan membawa  Sol Gae ke hadapan Raja besok. Ia akan menunjukkan pada Sol Gae siapa Hong Joo sebenarnya.

Jun membawa Jubah Merah melintasi hutan. Anak buah Hong Joo sudah menunggu mereka. Mereka langsung menyerang Jun dan Jubah Merah dengan panah. Si Jubah Merah terkena panah dan roboh ke tanah. Anak buah Hong Joo berhenti menyerang lalu pergi.



Mereka melapor pada Hong Joo. Hong Joo berkata mereka sudah bekerja dengan baik.
“Dia anak yang cerdas. Sungguh disayangkan,” ujarnya. Sekilas ada kesedihan dari wajahnya. Ia pergi bersama anak buahnya.

Jun keluar dari balik semak-semak, diikuti oleh Raja. Raja sekarang tahu kalau Hong Joo adalah dalang di balik Jubah Merah (bukan karena kutukan Yeon Hee).


Jun membantu si Jubah Merah. Jubah Merah melepas topengnya. Ternyata Yo Gwang. Untung Yo Gwang mengenakan pelindung di balik pakaiannya sehingga panah itu tidak menancap di tubuhnya.

“Aku hampir mati!” keluhnya.

Sol Gae keluar dari persembunyian dan terkejut melihat Hong Joo berusaha membunuhnya.

Sebelumnya Jun sudah memberitahu Sol Gae kalau akhir-akhir ini anak buah Hong Joo mengawasinya. Ia sudah mengirim surat pada Raja dan ia yakin Hong Joo akan mengikuti Raja.

“Ketika aku membawamu keluar, menurutmu kira-kira apa yang akan mereka lakukan padamu?” tanya Jun.

Jun menunjukkan panah yang tadi mengenai Yo Gwang. Ia berkata inilah wajah sebenarnya majikan Sol Gae yang membuatnya membunuh banyak orang.

“Jangan menjalani hidup penuh dosa lagi mulai sekarang, tapi hiduplah dalam damai. Dan jalani kehidupan dengan tenang seperti kau sudah mati.”

Air mata mengalir di pipi Sol Gae.


Seorang berpakaian hitam-hitam pergi ke kediaman Raja. Para pengawal membukakan pintu begitu melihatnya. Ia masuk dan melihat Raja sudah menunggunya. Ia berlutut memberi hormat dan membuka penutup wajahnya. Jun.


Poong Yeon pergi ke tempat Yeon Hee ditahan tapi ia ragu untuk masuk.

“Anggap saja dia sebagai roh jahat,” kata Hong Joo yang melihatnya. “Bukankah sudah sewajarnya mengeluarkan roh jahat dari manusia? Jika ia bebas dari kutukannya, ia akan kembali menjadi Yeon Hee yang dulu. Dan kau bisa mendapatkannya kembali.”

Poong Yeon bertanya apakah Yeon Hee benar-benar bisa kembali seperti dulu. Hong Joo berkata Yeon Hee pasti kembali seperti dulu jika Poong Yeon percaya padanya dan membantunya.

Yeon Hee duduk sendirian di selnya. Ia melihat ke langit dan kembali melihat bintang jatuh. Ia menggigil kedinginan.  

Poong Yeon datang menemuinya. Kakak, panggil Yeon Hee. Poong Yeon menjatuhkan selimut lalu pergi.

Saat berjalan pergi, anak buah Hong Joo mengikutinya. Poong Yeon berbalik.


Sepertinya mereka menyerang Poong Yeon hingga Poong Yeon pingsan karena Poong Yeon terbangun di suatu tempat.

Tiba-tiba Poong Yeon bisa melihat sosok hantu di hadapannya. Ia juga bisa mendengar suara roh-roh jahat. Poong Yeon panik dan menggerak-gerakkan tangannya untuk mengusir mereka. Tapi yang terjadi malah lilin di tempat itu mulai menyala setiap terkena sapuan tangannya.

Poong Yeon menyadari itu. Ia mengulurkan tangannya ke arah sebuah lilin. Lilin itu menyala. Ia terkejut. Ia mencoba lagi dan ia benar-benar bisa mengeluarkan api. Hong Joo mengintip dari tempat tersembunyi dan tersenyum.


Jun berkata pada Raja kalau penyebab penyakit Raja bukanlah Yeon Hee melainkan sihir hitam Hong Joo. Bukankah ia sudah menunjukkan kalau Hong Joo adalah dalang sebenarnya si Jubah Merah? Kali ini ia akan membuktikan Hong Joo menggunakan sihir hitam untuk membuat Raja sakit.

Raja menghela nafas lelah. Ia bertanya apa yang Jun inginkan sebagai gantinya. Jun meminta agar Raja mengampuni Puteri.

“Kau ingin aku mempercayaimu dan memberimu puteri?” Raja tertawa tak percaya. Ia jelas menolak tawaran itu.

“Aku akan berusaha menyembuhkan penyakit Yang Mulia,” kata Jun.

Raja berbalik menatapnya.


Komentar:

Dan akhirnya Hong Joo menemukan senjata baru untuk membunuh Yeon Hee. Yaitu Poong Yeon.

Aku bertanya-tanya seberapa banyak pengetahuan Poong Yeon akan Taoisme karena sekali lagi ia tampak tidak tertarik pada hal seperti itu. Bila kemampuan api suci diturunkan dari generasi ke generasi, bukankah seharusnya Hyun Seo mempersiapkan puteranya sejak awal?

Aku heran kenapa Poong Yeon yang pintar begitu mudah terhasut oleh Hong Joo. Memang masih ada keraguan dalam dirinya hingga ia tidak sanggup membunuh Yeon Hee dan juga melepaskan Yo Gwang dan Jun. Ia sudah melihat sendiri akibat sihir hitam pada Yeon Hee dan bahkan dirinya sendiri pernah mengalami kengerian akibat kutukan itu, tapi bagaimana bisa ia terpikir untuk menggunakannya sebagai cara mendapatkan hati Yeon Hee?

Aku pernah mengatakan apa yang dirasakan Poong Yeon pada Yeon Hee bukanlah cinta lagi karena buktinya tanda kutukan itu hilang setelah ia tahu Yeon Hee dikutuk. Ia terobsesi pada Yeon Hee. Rasanya naif sekali ia mengharapkan Yeon Hee kembali seperti dulu setelah mengetahui apa yang dialami Yeon Hee.

Aku melihat Raja, Ibu Suri, dan Poong Yeon, sama-sama mudah terhasut oleh Hong Joo karena keputusasaan mereka. Mereka tidak bisa lagi berpikir di luar kepentingan diri mereka sendiri. Bagi mereka yang terpenting adalah mereka keluar dari masalah mereka dan penderitaan mereka.


Dan Hong Joo sangat pintar memanipulasi keputusasaan mereka untuk kepentingannya. Di saat mereka mulai melepaskan diri, Hong Joo menjerat mereka dengan ancaman. Contohnya Ibu Suri yang mulai tak percaya pada Hong Joo, Hong Joo mengambil nyawa Putera Mahkota. Raja yang mulai meragukan Hong Joo, diancam oleh penyakit dan diambil tahtanya. Benar-benar musuh yang mengerikan.

Note: sinopsis episode 15 dan 16 akan terlambat karena minggu depan libur lebaran. Aku usahakan kedua sinopsis tersebut diposting minggu berikutnya lagi bersama dengan episode 17 dan 18^^

4 komentar:

  1. Iya hong joo jhat bgt deh,gereeemm.. Mba,bukannya ending mpe eps 16 aja y? Mksih y mba bwt sinopsnya.. Always waiting for u

    BalasHapus
  2. Nunggu seminggu aja udah gak sabaran :( ini harus nunggu 2 minggu ya?😯 harus lebih sabar lagi deh.. Semangat mbak fanny tercintaahhh ^_^

    BalasHapus
  3. Wahh sungguh kerenn ni film..kim sae ron sllu ya kalau main pasti jdi sseorg yg pnya kekuatan..kaya di high school love on...tapii sukaa lahh..smuanya the best mainin karakter masing2..makasih kak ,,di tggu klnjutannya.

    BalasHapus
  4. episode 18 gantung gak jelas terakhir si putri di bakar terus The end..,,,,,,,..........

    BalasHapus

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)