Jumat, 10 Juni 2016

Sinopsis Mirror of The Witch Episode 8


“Ini kau, kan? Kesemek…” ujar Jun lembut. Aku selalu ingin tertawa menerjemahkan bagian ini…kesemek XD (mau diganti pakai nama buah apapun pasti jadinya lucu^^)

“Lepaskan aku,” Seo Ri menarik tangannya.

Tapi Jun tidak melepaskan Seo Ri. “Yeon Hee.” Panggilnya.

“Kau salah. Aku datang untuk melihat apakah salinannya sudah selesai. Pasti ada kesalahpahaman. Sepertinya kau salah mengenali orang. Lepaskan aku.”

Jun bertanya mengapa Seo Ri bersikap seperti ini. Apakah Seo Ri dalam keadaan yang tidak ia ketahui? Apakah ada yang bisa ia bantu?

“Khawatirkan hidupmu sendiri. Sepertinya kau bukan dalam posisi untuk menawarkan bantuan pada orang lain,” kata Yeon Hee tajam.

Jun terlihat kecewa dan akhirnya melepaskan Seo Ri. Ia meminta maaf karena salah mengenali orang. Seo Ri berkata ia berharap Jun segera menyelesaikan buku itu dan segera meninggalkan tempat ini. Itulah sebabnya ia datang.


Jun tidak mengatakan apapun dan hanya melihat kepergian Seo Ri. Yo Gwang juga melihatnya. Seo Ri pergi menyendiri dan barulah ia menumpahkan emosinya dengan menangis. Kata-kata Hong Joo terngiang di benaknya.

“Semua orang yang kaucintai akan mati. Dan orang yang mencintaimu akan mati.” Ia masih ingat betul kematian anak buah ayahnya demi dirinya.

Yo Gwang menemuinya dan berkata sepertinya Jun sudah menyelesaikan buku itu. Ia akan membawa Jun keluar dari kuil Chungbing besok dan meminta ramuan Lupa. Seo Ri nampak bimbang sejenak, tapi akhirnya menyerahkan botol ramuan itu.


Keesokan paginya, Jun menemui Seo Ri. Tapi Seo Ri tidak mau berbalik melihatnya, seakan mengacuhkannya. Jun tidak mengatakan apapun. Ia meletakkan salinan Mauigeumseo lalu pergi.

Barulah Seo Ri berbalik. Ia melihat Jun pergi meninggalkan kuil bersama Yo Gwang.

Setelah keluar dari kuil,  Yo Gwang menyarankan agar mereka istirahat lebih dulu. Diam-diam ia mengeluarkan isi botol ramuan Lupa dan menuangkannya ke dalam kantung air minum. Ia menyuruh Jun minum.

Jun mempersilakan Yo Gwang minum lebih dulu. Ia akan minum sisanya. Lalu keduanya saling menyuruh yang lain minum lebih dulu. Yo Gwang sedikit memaksa Jun minum lebih dulu.

Jun hampir meminumnya, tapi ia berhenti dan membaui isi kantung tersebut. Ia bertanya apakah ini yang Seo Ri inginkan.

“Kau tahu apa isinya?” tanya Yo Gwang tak enak hati.

Jun berkata resep ramuan itu berasal dari otaknya, tentu saja ia tahu.


Ternyata ia sudah tahu pasti Seo Ri adalah Yeon Hee karena ia sempat melihat layang-layang Yeon Hee di kuil Chungbing.

“Katakan pada Nona Seo Ri kalau aku dengan senang hati meminumnya,” Jun menenggak habis isi kantung itu. Ia mengembalikan kantung itu lalu pergi.

Yo Gwang kembali ke kuil dan memberitahu Seo Ri kalau Jun sudah pergi. Ia bertanya apakah Seo Ri sedih.

“Baguslah, akhirnya kuil Chungbing mendapatkan ketenangannya,” kata Yeon Hee dingin.

“Dia juga meminum ramuan Lupa.”

Seo Ri terdiam. Yo Gwang bertanya apakah Seo Ri tidak apa-apa. Seo Ri berkata pertemuan mereka hanya singkat. Ia tidak perlu bertemu dengan Jun lagi.


Raja mengingat pertemuannya dengan Hong Joo. Hong Joo berkata ia bisa menyembuhkan Raja, sebagai gantinya Raja harus memanggilnya kembali ke istana.

Ibu Suri mendapat laporan kalau dayang mata-matanya menghilang. Apa mungkin karena ketahuan oleh Raja? Kasim kepala berkata sepertinya bukan karena itu. Ibu Suri bertanya-tanya apa penyebabnya dan siapa yang melakukannya.

Seorang dayang membisikkan sesuatu pada Ibu Suri. Ibu Suri terkejut dan marah.


Dalam rapat istana, Raja mengumumkan ia akan mendirikan kembali Seongsucheong (divisi shaman). Para menteri tidak setuju karena Ibu Suri sudah menutupnya.

Raja berkata ini demi kebaikan keluarga kerajaan. Akhir-akhir ini banyak terjadi hal buruk di negeri ini. Jadi siapa yang berani menghalangi niatnya untuk melindungi negeri dan rakyat dengan meminjam kekuatan sihir?

“Aku adalah Raja negeri ini. Bukan Ibu Suri,” Raja menegaskan. “Suruh dia masuk!”

Hong Joo masuk dengan wajah penuh senyum kemenangan. Raja berkata ia akan mengangkat Hong Joo menjadi kepala shaman setelah Seongsucheong didirikan kembali. Ia menyerahkan kekuasaan Seongsucheong sepenuhnya pada Hong Joo.

Para menteri berlutut mengajukan protes agar mempertimbangkan kembali keputusannya. Raja tidak bergeming. Sementara Hong Joo tertawa kecil.

“Saya menikmati sambutan yang hangat ini, Yang Mulia.”


Di luar, Hong Joo berpapasan dengan Poong Yeon. Poong Yeon bertanya apa yang sudah dilakukan Hong Joo pada Raja hingga Raja tiba-tiba memanggilnya kembali ke istana.

“Aku membuka kembali Seongsucheong untuk menyembuhkan penyakit Yang Mulia. Apa kau tidak penasaran bagaimana aku tahu mengenai penyakitnya? Karena itu adalah tugasku,” bisiknya.

Poong Yeon mewanti-wanti jika Hong Joo membahayakan kesehatan Raja dalam cara apapun, maka ia akan membunuh Hong Joo. “Kau harus melakukannya,” ujar Hong Joo.


Jun tiba di kota. Ia menyembunyikan wajahnya dengan topi lebar. Di dekat gerbang ia melihat orang-orang berkerumun. Ia terkejut saat melihat ada gambar dirinya di dekat mayat yang digantung. Ia disebut sebagai Pembunuh Jubah Merah.

Jun sangat terpukul. Ia bergegas pergi ke makam ibunya dan sangat marah karena di atas makan tersebut banyak terpasang papan menghina ibunya sebagai ibu pembunuh. Ia menyingkirkan semua papan itu dengan emosi.

Saat melihat bekas lubang di dekat makam ibunya (lubang tempat ia menyimpan bukti korupsi Heo Ok), ia teringat sesuatu. Ia bergegas pergi dari sana.


Ia pergi berjudi. Soon Deuk ada di tempat judi itu namun ia tidak mengenali Jun karena Jun menyembunyikan wajahnya dengan topi. Soon Deuk masih menjadi komplotan penipu untuk mendapatkan uang dari orang yang berjudi. Dan kali ini sasarannya Heo Jun.

Heo Jun berhasil menipu balik mereka seperti sebelumnya dan memenangkan semua uang. 
Namun sebelum pergi, ia menaruh uang kemenangan itu di kotak yang dibawa Soon Deuk. Dengan begitu orang-orang mengira Soon Deuk telah berkhianat dan bersekongkol dengan Jun.

Tidak terima, Soon Deuk pergi mengejar Jun. Di tempat sepi, Jun memperlihatkan wajahnya.

“Kau…kau si pembunuh! Kenapa kau membunuh Man Wol?!” Soon Deuk mencengkeram baju Jun.


Jun hendak meminta bantuan Soon Deuk.

Soon Deuk kebingungan. Bagaimana Jun bisa hidup? Apa Jun hantu? Lalu siapa yang tergantung di gerbang?

“Apa kau percaya mayat yang digantung itu aku? Untuk apa aku membunuh Man Wol? Dia adalah satu-satunya teman yang bisa kuajak bicara.”

“Jadi maksudmu kau difitnah?”

Jun berkata itu sebabnya ia membutuhkan bantuan Soon Deuk. Soon Deuk menolak mentah-mentah. Gara-gara Jun ia sudah dicap menjadi komplotan Jubah Merah. Jun berkata uang tadi adalah uang mukanya. Jika Soon Deuk berhasil, ia akan membayar dua kali lipat.

Soon Deuk mulai tergiur tapi ia tetap menolak. Jun berkata Soon Deuk hanya perlu mencarikan beberapa orang dan setelah itu tidak akan terlibat lagi dengannya.

“Kumohon,” ujarnya sungguh-sungguh.

Soon Deuk tampaknya melunak.


Malam itu Heo Ok yang mabuk memaksa pulang dengan menggunakan tandu tertutup. Padahal tandu itu untuk mengangkut gisaeng, pria biasanya menggunakan tandu terbuka. Heo Ok merengek ia kedinginan.

“Siapa aku? Kutanya siapa aku? Aku bekerja untuk keluarga kerajaan!! Jika aku ingin naik tandu maka aku naik!” serunya.

Akhirnya ia naik tandu tertutup. Di tengah perjalanan, muncul 4 orang menggantikan para penandu pertama. Salah satu dari mereka adalah Jun. Mereka membawa pergi Heo Ok.

Soon Deuk membagi-bagikan uang pada para penandu pertama dan meminta mereka merahasiakan hal ini.


Heo Ok merasakan tandunya diletakkan dan mulai bergoyang. Ia mengomel apa yang sedang terjadi. Ia membuka penutup tandu dan terbelalak ketakutan melihat aliran sungai berbatu-batu.

“Aku di mana?!” serunya. “Kenapa aku di sini? Seseorang tolong aku!! Ibu tolong aku!!”

Ia berteriak-teriak histeris saat tandu itu mulai miring hendak meluncur ke bawah tebing. 

Pada saat-saat terakhir, Jun yang mengenakan penutup wajah menarik Heo Ok dan menyelamatkannya. Tandu itu meluncur jatuh ke bawah dan hancur.


“Aku tidak tahu siapa kau tapi terima kasih banyak,” kata Heo Ok ribut. Ia memaki-maki para penandu yang sudah meninggalkannya di tempat ini. Mereka tidak tahu mereka berurusan dengan siapa.

“Benar. Siapa yang berani mengacau dengan tandu Tuan kami yang terhormat,” ledek Jun.
Heo Ok tertegun. Ia mengenali suara Jun.

Jun membuka penutup wajahnya. Heo Ok mundur ketakutan.

“Hantu…hantu…”

“Kau seperti baru melihat hantu. Benar, aku anak haram yang kau bunuh. Meski sebagai hantu, aku datang untuk membawamu. Hukum keluarga bangsawan sangat ketat, bukan? Jadi sebagai hantu aku berencana sesekali memeriksa apakah kau sehat dan baik-baik saja.”

Heo Ok berteriak ketakutan, mengira Jun benar-benar hantu.

“Tidak perlu begitu ketakutan. Aku akan menangkap Jubah Merah. Aku akan membersihkan namaku dan kembali sebagai orang hidup. Hingga saat itu….jaga dirimu.”

Jun pergi. Heo Ok marah-marah dan menantang Jun untuk kembali. Sambil nangis tapinya >,<


Ibu Suri menanggalkan pakaian kerajaannya dan berlutut di atas tikar di depan kediaman Raja. Biasanya tindakan ini dilakukan keluarga kerajaan untuk memprotes atau memohon pada Raja.

Ibu Suri memohon agar Raja menarik kembali keputusannya untuk mendirikan kembali Seongsucheong. Jika Hong Joo dikembalikan ke istana, maka Raja akan mengalami hal buruk dan menimpa keluarga kerajaan.

Kasim dan dayang berusaha membujuk Ibu Suri  karena udara sangat dingin tapi Ibu Suri memerintahkan mereka semua pergi. Ia tidak akan mundur.

Para kasim dan dayang terpaksa mengikuti perintah Ibu Suri dan pergi meninggalkan Ibu Suri sendirian. Ibu Suri terus berteriak-teriak agar Raja tidak membawa kembali Hong Joo ke istana.


Di dalam, Raja sama sekali tidak mendengar permohonan Ibu Suri. Ia dalam keadaan tak sadarkan diri dan gemetar. Hong Joo membuka pot berisi roh Putera Mahkota lalu membukanya. Dengan sihir hitam, ia memasukkan roh Putera Mahkota Sunhoe ke dalam tubuh Raja Seonjo.

Ibu Suri mulai lemas dan kehilangan tenaga. Ia terus berkata Hong Joo tidak boleh kembali. Tidak lagi….

Seseorang berdiri di hadapan ibu Suri. Hong Joo.

“Yang Mulia Ratu? Ah bukan, sekarang Yang Mulia Ibu Suri, bukan? Apa kabar Yang Mulia?” tanyanya.

Ibu Suri sangat marah melihat Hong Joo. Apalagi Hong Joo berdiri dihadapannya sehingga seakan ia berlutut pada Hong Joo.

Hong Joo berkata ia sangat senang bisa bertemu kembali dengan Ibu Suri tapi tampaknya tidak demikian dengan Ibu Suri.

Ibu Suri bangkit berdiri. Beraninya Hong Joo kembali ke istana. Ia berkata ia belum lupa dengan apa yang diperbuat Hong Joo.

“Karena kau, puteraku….puteraku….” Ibu Suri tidak sanggup melanjutkan.

“Waktu itu keadaan memburuk, jadi aku kembali untuk mengembalikan semuanya seperti semula,” Hong Joo memasang wajah serius.


Pintu dibuka dengan keras dan Raja Seonjo melangkah keluar. Ibu Suri segera berlutut di hadapan Raja dan berkata Hong Joo tidak boleh dikembalikan ke Seongsucheong. Tapi Raja sepertinya dalam keadaan tidak sadar.

Raja menunduk lalu raut wajahnya berubah saat melihat Ibu Suri. Ia berlutut.

“Ibunda” panggilnya, ”Ibunda, ini ananda. Puteramu, Boo (panggilan Ibu Suri untuk PM Sunhoe). “


Ibu Suri mengira Raja Seonjo sedang mengoloknya dengan berpura-pura menjadi puteranya. Raja malah memegang tangan Ibu Suri sambil terus memanggilnya Ibunda. Ibu Suri menarik tangannya.

“Kenapa kau bersikap seperti ini? Apa kau menghinaku? Teganya kau,” Ibu Suri menangis.

Raja Seonjo menangis seperti anak kecil.

“Ibunda, ini aku…ini aku…. Ini Boo, Ibunda.”

Hong Joo menyaksikan sambil tersenyum.

“Putera Mahkota?” Ibu Suri tertegun. “Apa kau benar-benar puteraku?”

Raja Seonjo membenarkan sambil menangis. Ia menunduk. Lalu saat ia mengangkat kepalanya, wajahnya telah menjadi wajah PM Sunhoe (atau setidaknya itulah yang dilihat Ibu Suri).

“Ibunda, aku lapar.”

Ibu Suri menangis dan menyentuh wajah puteranya. Mereka berpelukan dan bertangis-tangisan.

Tapi tak berapa lama kemudian, terdengar suara Raja Seonjo.

“Ibu Suri,” panggilnya. Wajahnya telah kembali menjadi wajah Raja Seonjo. “Ibu Suri, apa Ibu Suri tidak apa-apa?” tanyanya. Lalu ia jatuh pingsan. (Lee Ji Hoon memainkan perannya dengan sangat baik. Dalam sekejap raut wajahnya bisa berubah..hebat^^)

Ibu Suri nampak terguncang. Para kasim segera menggotong Raja Seonjo kembali ke kamarnya.

“Saya akan mengembalikan PM Sunhoe untuk Ibu Suri,” kata Hong Joo pada Ibu Suri.


Ibu Suri menghadap Raja dan memintanya mendirikan kembali Seongsucheong. Raja curiga kenapa Ibu Suri mendadak berubah pikiran.

“Keinginan Yang Mulia adakan keinginanku,” jawab Ibu Suri singkat.

Raja menyindir ia tidak tahu kalau Ibu Suri begitu perngertian dengan keputusannya. Ibu Suri tidak meladeni sindiran itu dan beranjak pergi.

Raja tiba-tiba bertanya apakah Ibu Suri mengenal Hong Joo. Ibu Suri berbohong ia tidak mengenal Hong Joo.

“Kurasa itu masuk akal. Ibu Suri selalu menjaga jarak dengan Seongsucheong. Aku yakin Ibu Suri tidak pernah dekat dengan shaman manapun. Bukan begitu?”

“Yang Mulia harus berhati-hati. Saat keputusasaan berubah menjadi obsesi, Yang Mulia akan kehilangan banyak hal,” Ibu Suri menasihati.

Raja marah dan membanting barang. Tapi Ibu Suri tidak mempedulikannya dan pergi.


Di luar, Ibu Suri mengingatkan janji Hong Joo untuk mempertemukannya kembali dengan PM Sunhoe begitu kembali ke Seongsucheong. Tentu saja, kata Hong Joo.

“Pangeran  Sunhoe memiliki roh tapi tak memiliki tubuh saat ini. Jadi menemukan tubuh untuknya adalah prioritas saya.”

Ibu Suri terkejut. Apa Hong Joo akan menggunakan tubuh Raja Seonjo? Hong Joo berkata hanya itu caranya agar Ibu Suri bisa bertemu dengan PM Sunhoe lagi.

Awalnya Ibu Suri menolak karena itu tubuh Raja Seonjo, bukan puteranya. Tapi Hong Joo bertanya bagaimana perasaan Ibu Suri saat melihat Raja Seonjo.

“Siapa sebenarnya yang berhak atas tahta itu?”

“Puteraku, Boo,” jawab Ibu Suri.

Hong Joo membenarkan. Jika PM Sunhoe tidak meninggal maka ia yang akan mewarisi tahta. Ibu Suri tidak mengatakan apapun dan berlalu dari sana. Tampaknya ia mulai terpengaruh oleh perkataan Hong Joo.


Kilas balik pada malam kematian Raja Myeongjong (Ayah PM Sunhoe dan Yeon Hee). Raja sudah mendekati ajal ketika para menteri memohon agar Raja menunjuk penggantinya. Raja perlahan membuka matanya lalu menoleh. Tangannya perlahan bergerak menunjuk sekeliling ruangan itu, lalu menunjuk seorang remaja. Pangeran Seonjo.

Tidak ada yang tahu kalau saat itu tangan Raja Myeongjong dikendalikan oleh Hong Joo menggunakan sihir hitamnya. Itu artinya Hong Joo yang memilih Seonjo, bukan Raja Myeongjong.

“Yang Mulia, aku sudah memilih tubuh yang sempurna untuk Pangeran Sunhoe. Jadi percayalah padaku,” ujarnya sambil tersenyum.


Hyun Seo kembali ke rumahnya. Ia bersembunyi saat mendengar suara.  Istru Hyun Seo menyuruh pelayannya merawat sesuatu krn Hyun Seo dapat kembali kapan saja.

Setelah istrinya tidak terlihat, barulah Hyun Seo keluar. Ia menuju ruangannya dan melihat jubah pendeta Tao yang terlipat rapi. Lalu ia menuju lemari dan mengambil lembaran terakhir Mauigeumseo yang pernah ia sembunyikan.

Hong Joo memasuki Seongsucheong kembali. Ia tersenyum lega karena sudah kembali ke “rumah”nya.

“Tuan (Hyun Seo), ini adalah permulaan yang baru,” ujarnya.


Heo Jun pergi ke tempat penggilingan, tempat di mana Man Wol ditemukan tewas terbunuh. Ia melihat bercak sisa darah Man Wol di tanah.

Seseorang masuk ke tempat itu. Si Jubah Mereka bertopeng. Pembunuh itu mengeluarkan pedangnya lalu menhunusnya. Jun menoleh ke arah lain. Ia melihat Man Wol terkesiap. 

Lalu si Jubah Merah membunuh Man Wol. Ternyata Jun sedang membayangkan peristiwa malam itu. Ia bertanya-tanya siapa sebenarnya si Jubah Merah.

Seo Ri sedang membereskan peralatannya ketika ia tidak sengaja menjatuhkan Mauigeumseo. Ia membuka lembaran-lembaran buku itu dan melihat gambar Heo Jun di ujung atas halaman. Heo Jun membuat gambar yang seakan bergerak jika buku itu dibuka dengan cepat. Itu adalah gambar pertemuan pertama mereka. Seo Ri tersenyum lalu mendekap buku itu.

Tak punya tempat tinggal, Jun bermalam di sebuah gua sendirian.


Poong Yeon bertekad menyelidiki kembali kasus Si Jubah Merah. Semua orang masih dalam bahaya karena si pembunuh asli masih berkeliaran. Dan hanya ini yang bisa ia lakukan untuk Raja. Sol Gae bertanya apakah Poong Yeon yakin tidak akan apa-apa.

Rupanya demi mengusut kasus itu, Poong Yeon pergi ke rumah gisaeng. Dan ia nampak tak berkutik dikelilingi para gisaeng yang genit itu. Mereka terus menerus menggodanya karena bersikap kaku dan galak.

“Ada apa dengan kalian? Bagaimana bisa wanita mengganggu pria seperti ini? Sangat tidak kewanitaan,” kata Poong Yeon kesal.

Mereka berkata akan menjawab pertanyaan Poong Yeon jika Poong Yeon minum arak. Tapi Poong Yeon tidak mau minum.

Akhirnya Sol Gae tak tahan lagi. Ia meminum arak menggantikan Poong Yeon dan melempar cangkirnya ke meja.

“Sudah cukup,” katanya tegas.

Akhirnya gisaeng itu mau buka suara. Ia berkata Man Wo sangat jelek jadi tidak ada pria yang mau melihatnya. Mereka menampung Man Wol karena Man Wol pintar bermain Gayageum. Ia ingat hanya ada seorang pria yang menemui Man Wol. Siapa, tanya Poong Yeon.

“Pria bernama Heo Jun itu. Tapi aku masih tidak bisa mengerti. Bagaimana bisa cendekiawan berkelas sepertinya menjadi si Jubah Merah.”

Sol Gae bertanya apakah ada yang aneh sebelum Man Wol meninggal. Gisaeng itu berkata  Man Wol pergi ke pohon 100 tahun sebelum ia mati. Dan pada suatu hari Man Wol berubah menjadi sangat cantik, seperti terkena sihir.

“Tapi hari berikutnya ia mengalami kematian mengerikan.”


Jun diam-diam menyusup ke rumah gisaeng, ke kamar Man Wol. Perasaan sedih menyusup dalam hatinya ketika melihat kamar kosong itu. Ia berusaha mencari petunjuk yang bisa membuatnya menemukan pembunuh Man Wol.

Tiba-tiba ia mendengar suara orang bercakap-cakap di luar. Ia mengintip dan melihat Poong Yeon bersama Sol Gae. Jun mengenali Poong Yeon sebagai orang yang mengejarnya hingga ia jatuh dari tebing. Sepertinya ia belum ingat kalau Poong Yeon adalah kakak Yeon Hee.

Poong Yeon bertanya apa yang Sol Gae tahu mengenai pohon 100 tahun itu. Sol Gae berkata pohon itu terkenal dapat mengabul keinginan orang. Poong Yeon berkata selain Man Wol, beberapa korban lain juga pernah mengunjungi pohon 100 tahun. Ia berpikir mungkin ada kaitannya di sana.


Sol Gae menunjuk di mana kamar Man Wol. Poong Yeon langsung membuka pintu.
“Maafkan aku!” ujarnya terkejut sambil buru-buru memalingkan muka saat melihat seorang gisaeng sedang berpakaian.

Siapa lagi kalau bukan Jun yang sedang menyamar. Jun mengenakan topi yang sangat lebar. Ia buru-buru keluar dari kamar. Tapi Poong Yeon sempat melihat sepatu Jun (sepatu laki-laki) dan merasa curiga.


Di luar, Jun mendapat hambatan dari para gisaeng yang mengira Jun gisaeng baru. Mereka menuntut Jun memberi hormat pada mereka. Jun berusaha tetap bersembunyi di balik topi dan kipasnya dan berkelit pergi.

Poong Yeon mengejarnya dan menyuruhnya berbalik. Jun berusaha bertahan ketika Poong Yeon menarik pundaknya. Tapi ia tidak bertahan lama. Poong Yeon berhasil melihat wajahnya dan terkejut. “Kau….”

Jun mendorong Poong Yeon dengan keras lalu melarikan diri. Poong Yeon dan Sol Gae langsung mengejarnya dan berpisah untuk mengepung dari dua arah.


Mengira dirinya sudah berhasil lolos, Jun berhenti berlari. Pada saat itulah Poong Yeon muncul dan menangkapnya. Ia bertanya apa yang dilakukan Jun di sini.

“Bukan urusanmu. Lepaskan aku!” Jun meronta.

Poong Yeon membuka pakaian atas Jun untuk melihat bagian pundaknya. Tidak ada bekas luka sama sekali.

“Siapa kau? Bagaimana kau bisa terkait dengan si Jubah Merah?” tanyanya.

“Aku? Aku orang yang sangat ingin menangkap si Jubah Merah.”

Tapi Poong Yeon curiga dengan pakaian yang dikenakan Jun. Jun menegaskan ia bukan si Jubah Merah.


“Aku tahu. Aku tahu bukan kau orangnya,” kata Poong Yeon. Tapi ia tidak bisa melepaskan Jun sebelum menginterogasinya. Bisa saja Jun kaki tangan si Jubah Merah.

Jun berkata ia tidak bersalah dan berusaha melepaskan diri. Tapi Poong Yeon lebih kuat dan lebih mampu bela diri hingga Jun tidak bisa lolos. Poong Yeon memeriksa seluruh pakaian Jun. Jun bertanya apa yang Poong Yeon lakukan.

“Lonceng yang kauambil dariku. Di mana itu?” tanya Poong Yeon.

“Lonceng? Apa itu? Kurasa ada kesalahpahaman,” kata Jun, “Aku tidak tahu benda apa itu.”

Jun berkelit dan akhirnya bisa lepas dari Poong Yeon. Tapi ia sudah dihadang Sol Gae yang menghunus pedangnya. Mereka memenjarakan Jun dengan keadaan tangan terikat.

“Kenapa kalian melakukan ini padaku?”

“Aku akan menginterogasimu besok, jadi diamlah.”

Jun berkata ia tidak bersalah. Tapi Poong Yeon tidak bergeming. Besok mereka akan mengetahui apakah Jun berbohong atau tidak.


Yo Gwang terkejut saat melihat beberapa jimat  terbakar dengan sendirinya. Ia berusaha menghalangi Seo Ri agar tidak melihat rusaknya perlindungan jimat itu. Untuk sementara ia berhasil menghalau Seo Ri dari sana.

Lalu ia sendiri pergi kembali ke markas divisi Tao yang sudah terbengkalai sejak 5 tahun lalu. Ia berusaha mencari petunjuk mengenai rusaknya perlindungan jimat dari berbagai buku. Ia frustrasi saat tidak menemukannya.

Tapi kemudian pandangannya tertuju pada satu perisai di lantai. Pada lambang di perisai itu. Lambang yang persis sama dengan lambang di dada Heo Jun.  

Ia membuka sebuah buku mengenai lambang tersebut. Yo Gwang terkejut saat ia menyadari kalau Jun adalah jimat manusia.

“Dasar bodoh!” Makinya pada dirinya sendiri, “Kenapa aku menyuruhnya memberinya ramuan Lupa? Ramuan lupa….”

Tiba-tiba ia terdiam.


Hyun Seo naik ke kuil Chungbing. Ia berdiri di depat kuil di mana tertempel sebuah jimat besar. Ia menatap jimat itu.

Jun kesal karena semua jadi berantakan. Ia merasa diliputi kesialan.

Tiba-tiba seorang penjaga penjara membuka pintu selnya. Sebenarnya ia adalah Yo Gwang yang mengubah wajahnya dengan jimat. Jun menatapnya dengan bingung.

“Aku akan menjelaskan semuanya dengan cepat, jadi dengarkan baik-baik,” kata Yo Gwang, “Kau mungkin tidak mengenalku tapi namaku Yo Gwang.”

Jun hanya bengong menatapnya.

“Benar, kau mungkin tidak ingat padaku karena ramuan Lupa itu. aku seharusnya tidak menyuruhnya memberimu ramuan itu.  Jadi kau sempat tinggal di suatu tempat bernama Kuil Chungbing. Kau bertemu seorang gadis bernama Seo Ri di sana.”

“Seo Ri?” tanya Jun


 Hyun Seo menempelkan tangannya pada kertas jimat itu. Seketika itu juga rangkaian jimat di dalam kuil Chungbing terbakar. Begitu juga kertas jimat besar itu. Hyun Seo hanya diam dengan wajah sedih.

Seo Ri mengeluarkan sebuah mangkuk berisi ramuan berwarna merah. Ternyata itu adalah ramuan Lupa yang sebenarnya. Seo Ri mengeluarkan ramuan Lupa dari botol dan menggantinya dengan air biasa. Jadi yang diminum Jun sebenarnya air biasa.

Tiba-tiba tempat itu mulai bergoyang seperti terkena gempa bumi. Seo Ri terkejut.


Hong Joo bisa merasakan energi dari Seo Ri dan menoleh pada anak buahnya.

Kuil Chungbing berguncang dengan keras. Semua benda berjatuhan. Seo Ri mulai mendengar kembali lengkingan para roh yang memekakkan telinga. Kutukannya telah aktif kembali.

Poong Yeon yang sedang berjalan bersama Sol Gae tiba-tiba jatuh pingsan

Anak buah Hong Joo bergerak  melalui hutan untuk menangkap Seo Ri. Hyun Seo diam-diam mengawasi mereka.


Untunglah Yo Gwang tiba lebih dulu dari mereka. Ia bergegas masuk ke dalam saat mendengar teriakan Seo Ri.

Seo Ri berteriak sambil menutupi telinganya. Lalu para roh mengangkat tubuhnya ke udara seperti ketika pertama kali kutukan itu aktif. Seo Ri meronta-ronta dan rambutnya perlahan menjadi putih. Tubuhnya melemas, ia jatuh pingsan dan terjatuh.

“Seo Ri!” seru Yo Gwang.

Jun berhasil menangkap Seo Ri tepat pada waktunya. Seo Ri membuka matanya menatap Jun. Seluruh tempat itu berhenti berguncang.


“Kita bertemu lagi,” Jun tersenyum.

Seo Ri kembali pingsan. Rambutnya berubah menjadi hitam dan sinar dari tanda kutukannya menghilang.


Komentar:

Horeee… sekarang Jun harus bersama Seo Ri terus^^ Seperti Taeyang yang harus terus bersama Joo Joong Won (Master’s Sun) :)

Hyun Seo sudah kembali. Masalahnya apakah ia sudah dipengaruhi oleh sihir Hong Joo? Sepertinya tidak. Buktinya Hong Joo tidak tahu kalau Hyun Seo sudah bangkit. Lalu kenapa Hyun Seo membakar jimat di kuil Chungbing? Dan kenapa ia tidak cepat-cepat menemui Seo Ri?

Sepertinya meski Hyun Seo tidak menjadi jahat, tapi ia sadar ada sihir hitam Hong Joo yang masuk dalam tubuhnya. Mungkin saja ia tidak ingin sihir hitam itu menguasainya untuk melakukan hal yang tidak diinginkan pada Seo Ri.

Atau….mungkinkah ia sudah tahu mengenai jimat manusia? Apa mungkin Yo Gwang sempat bertemu Hyun Seo sebelum pergi ke penjara? Soalnya aneh juga Yo Gwang kok tahu Heo Jun dipenjara. Dan mungkinkah Hyun Seo membakar jimat itu untuk menguji seberapa besar pengaruh Jun untuk menangkal kutukan Seo Ri?

Hong Joo ini benar-benar yaaa….awalnya dia membuat Raja takluk dengan membuat Raja merasakan sedikit kesembuhan. Dan sekarang ia membuat Ibu Suri kembali tunduk dengan membuat Ibu Suri merasakan perjumpaan kembali dengan puteranya. Jadi berpikir kalau penyakit itu sebenarnya dikirim oleh Hong Joo sendiri >,<

Memberi sedikit untuk nantinya meminta imbalan yang fatal…seperti Iblis.  Ibu Suri kok ngga kapok-kapok ya dengan niat jahat Hong Joo. Tapi susah juga ya kalau sudah bicara anak.

Padahal harusnya Ibu Suri menanyakan pada dirinya sendiri apakah ini yang diinginkan puteranya. Bayangkan rohnya berada di tubuh orang lain dan harus berbagi tempat dengan roh pemilik tubuh tersebut. Bukan hanya fisik, jiwa pun akan terganggu. Sudah meninggal tapi tidak bisa beristirahat dengan tenang.

Ibu Suri harusnya mengatakan nasihatnya sendiri pada dirinya sendiri. Bahwa rasa putus asa akan menjadi obsesi dan akhirnya akan membuatnya kehilangan banyak hal.

Aku jadi bertanya-tanya apakah Poong Yeon tahu mengenai kutukan yang menimpa Yeon Hee dan dirinya. Ketika ia sadar, ayahnya dan Yeon Hee sudah menghilang. Apa dia tidak merasa aneh beberapa kali mendadak tak sadarkan diri? Dan apa dia tidak ingat dengan kutukan yang pernah dirinya dulu?

Seo Ri rupanya tidak jadi memberikan ramuan lupa pada Jun. Dan sepertinya Jun juga tahu hal itu. Jun sepertinya sudah tahu sejak awal kalau ramuan Lupa itu untuk dirinya. Tapi ketika ia hendak meminumnya ia malah merasa bahwa tempat minum itu bukan berisi ramuan Lupa. Karena itu ia bertanya apakah ini yang Seo Ri inginkan. Ia sadar Seo Ri tidak ingin ia lupa.


Atau mungkin aku aja yang berpikir ribet hahaha XD

18 komentar:

  1. semangat ka fanny... kyanya emang seo ri deh yang gx mau jun nya lupa.... ��

    BalasHapus
  2. Kok kayaknya jun malah ngira dia udah minum ramuan lupa. Makanya lemes gitu dan tanya apa itu yg dimau seo ri. Dia cuma agak aneh yo gwang ngasih minum tiba tiba dan nggak mau berbagi dengannya. Dia tahu seo ri sebelumnya bikin ramuan lupa, jadi dia sadar tujuan yo gwang ngasih itu untuknya...
    Ahhh nanti udah episode 9 aja dan drama ini bener ngingetin sama tmets
    Jimat manusia itu^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww ypu're so sweet mbak fan^^
      Thank you for considering my comment *ge.er

      Hapus
    2. Y dirinya sendiri sebenernya yang mau disemangatin semacam apa gitu secara psikologis *ngarang
      Kalo poong yeon kayak gitu tambah bikin saya ragu mbak dia anak kandungnya hyun seo atau bukan lol kebalikan sama ayahnya yang pinter sihir hihihi

      Hapus
    3. iya, jimat manusia kaya Wol^^

      Hapus
    4. Ah...kepotong mbak komennya wkwk
      Itu saya ngiranya secara ga nyadar ibu suri bilang gitu sebagai cerminannya sendiri. Jadi dja kayak ngomongin raja biar ga jadi seperti dirinya. Tapi ibu suri emang udah ga bisa mikir panjang mungkin saking sayang sama anak yg tiba tiba meninggal gitu aja. Sedih
      Saya setuju lee ji hoon leren di sini. Mungkin yg ngecast udah liat perannya di six flying dragons hehe.
      Ohya, emang forumsoompe bener bener ya, padahal jumlah halamannya ga banyak tp lumayan padet isi wkwk

      Hapus
  3. semangat mbak!! lanjut terus yaa

    BalasHapus
  4. Iya,kynya mulai keliatan ada rasa sukanya :-D mdh2n jun bs jd pelindung yg sakti bwt seo ri.mksih mba fanny...

    BalasHapus
  5. mba fanny emang kerennn.. semangat..lanjut terus y mba....

    BalasHapus
  6. Biarpun sdh nonton, tetep baca sinopsisnyA mb fanny, suka teori2 ribetnya mb fanny hehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha emang ribet ya, pikiranku suka ribet kalau nonton drama/film misteri. Suka ikut mikir. Tapi di soompi lebih hebat lho...mereka sampai menganalisis simbol pohon, arti nama-nama mereka...njelimet tapi menarik^^

      Hapus
  7. waaaaaa suka banget waktu lihat film nya masih kurang jelas tapi lihat sinopsis buatan mbak semua nya sudah jelas hehehe
    o'iya mbak film nya muncul di youtube tiap hari apa y mbak ????

    BalasHapus
  8. Udah nunggu dari kemaren2, akhirnya muncul juga ^_^ makasih mbak fanny :) semangat mbak! Lanjut terus yaa mbak.. Ditunggu eps selanjutnya >_<

    BalasHapus
  9. semangat mbk fanny ma kasih sinopsis nya^^

    BalasHapus
  10. Aku udah nonton sampai episode 10, huaaa makin penasaran + makin kesel sama heo ok (kapan sih dia mati?? Arrrgh)

    Tapi hari rabu ini sy harus KKN kepelosok desa yg sinyal internet jelek:'( jd mbak tolong buat sinopsisnyaaa yak utk episode2 selanjutnya hiks hiks

    Maaf + terimakasih mbak selama ini saya silent reader, semangatt mbak fightingg!

    BalasHapus
  11. Udh bolakbalik beberapa hari grgr penasaran sama eps 9 dan seterusnya. Cepet di next ya mbak fanny makasih

    BalasHapus
  12. Penasaran banget nih mbak sama episode selanjutnya... cepet di next ya mbak...fighting..!!
    Makasih...

    BalasHapus
  13. heran, kenapa drama bagus begini tidak ditayangkan di SBS, KBS atau MBC di Korea. Tapi ditayangkan di jTBC TV Chanel berbayar. jadi tidak semua orang bisa liat drama ini & ratig jd rendah.
    TQ , mbak atas sinopnya yg keren ini. jadi bisa ngerti alan crita drama keren ini.
    Daebak....

    BalasHapus

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)