Kamis, 02 Juni 2016

Sinopsis Mirror of The Witch Episode 6


Sehari-hari Seo Ri membuat ramuan dari berbagai tanaman yang dikeringkan. Ia terlihat sudah ahli. Nanti akan dijelaskan ramuan apa yang ia buat.

Seo Ri masih menyimpan lonceng kecil pemberian Poong Yeon. Dan ia teringat Poong Yeon setiap kali melihat lonceng tersebut.

Yo Gwang yang bertugas mengumpulkan tanaman yang dibutuhkan Seo Ri sambil mengambil plakat keinginan.  Akhir-akhir ini Seo Ri membuat ramuan setiap hari  karena tidak banyak lagi waktu yang tersisa.

Yo Gwang menatap Seo Ri dan nampak khawatir. Ia teringat perkataan Hyun Seo bahwa semua lilin harus menyala sebelum Bintang Utara menghilang. Jika mereka tidak bisa mematahkan kutukan itu pada waktunya, orang yang berusaha mematahkan kutukan (yang menyalakan lilin) akan mati.


Hong Joo menggunakan sihirnya untuk menghidupkan ikan-ikan yang sudah mati. Cuma iseng? Atau untuk menguji kemampuan sihir hitamnya? Atau ikan-ikan itu akan berguna nanti? *akibat begitu banyak misteri dalam drama ini XD semua jadi pertanyaan hehe*

Soon Deuk, si gadis urakan di tempat judi, sedang menghibur temannya yang sedang murung. Temannya adalah seorang gisaeng bernama Man Wol. Setengah wajah Man Wol rusak hingga ia merasa tidak percaya diri ketika akan mendekati pria yang disukainya.

Soon Deuk mengajarinya bagaimana cara menggoda seorang pria. Tanpa menyebut kekurangan Man Wol, Soon Deuk menyarankan agar Man Wol duduk menyamping di dekat cahaya lilin. Dengan begitu wajahnya yang rusak tidak terlihat.

Soon Deuk mengajarinya berbagai macam cara tapi gagal. Man Wol malah terlihat lucu saat ia berusaha bersikap genit dan gemulai. Soon Deuk malah lebih berbakat^^

Soon Deuk menyerah. Ia berkata Man Wol tidak berbakat jadi gisaeng. Tidak masuk akal gisaeng jatuh cinta tak berbalas. Terbalik.

Gisaeng langganan Heo Ok masuk ke kamar Man Wol sambil marah-marah. Ia menyuruh Man Wol cepat membawa gayageumnya. Aha…jadi Man Wol bukan gisaeng yang melayani tamu melainkan yang bermain musik.


Heo Jun melihat Heok Ok seperti biasa mengunjungi tempat gisaeng. Orang-orang banyak yang memberikan hadiah (ehm…sogokan) pada Heo Ok. Heo Jun melihatnya sambil memendam kemarahan, lalu pergi.

Soon Deuk diam-diam menguping di depan sebuah kamar. Di dalam kamar itu Heok Ok sedang berbicara dengan seorang pedagang. Pedagang itu ingin menjual sesuatu yang ilegal diperjualbelikan pada saat itu, yaitu ginseng.

Si pedagang menyerahkan sekotak peralatan terbuat dari batu giok pada Heo Ok. Heo Ok awalnya pura-pura menolak dengan berkata hal ini tidak benar. Tapi si pedagang berkata ia sudah tahu Heo Ok seorang pejabat yang dipercayai oleh para atasannya karena rekam jejak jabatannya yang fenomenal dalam menangkap penjahat.

Tapi ia juga dengan kalau Heo Ok bisa mengabulkan permintaan apapun. Heo Ok membenarkan dan berkata ia akan menerimanya kali ini. Si pedagang meminta Heo Ok membubuhkan cap jari dalam kontrak jual beli sebagai jaminan.

Heo Ok tidak mau. Tapi si pedagang menyerahkan sebungkus perhiasan. Heo Ok tergiur dan membubuhkan cap jarinya. Sebelum pergi, si pedagang berkata ia yang akan membayar semua minuman Heo Ok hari ini.


Setelah pedagang itu keluar, para gisaeng masuk. Termasuk Man Wol membawa gayageumnya. Tapi Heo Ok malah mengusirnya dan menyebutnya kodok. Man Wol keluar dengan hati terluka.

Soon Deuk diam-diam mengikuti si pedagang keluar dari rumah gisaeng. Ia melihat tingkah laku si pedagang mencurigakan.

Pedagang itu pergi ke pintu belakang lalu menyerahkan surat kontrak yang sudah dicap oleh Heo Ok pada seseorang bertopi lebar hingga wajahnya tak terlihat. Tapi kita tahu siapa orang itu. Heo Jun.

Heo Jun menyuruh si pedagang itu pergi keluar kota diam-diam.


Ia pergi ke makam ibunya lalu mulai menggali. Di dalam tanah ada sebuah kotak. Ia memasukkan surat kontrak tadi dalam kotak tersebut. Di dalamnya sudah banyak surat-surat lain. Soon Deuk mengamatinya sambil bersembunyi.

Ia terus mengikuti Heo Jun tapi kehilangan jejaknya. Hingga tiba-tiba Heo Jun muncul di depannya tiba-tiba. Soon Deuk hendak melarikan diri tapi Heo Jun menahannya.


Heo Ok merasa tak enak hati dengan kotrak yang baru saja dicapnya. Ia memanggil anak buahnya dan menanyakan di mana si pedagang itu tinggal.

Si pedagang sudah bersiap pergi ketika Heo Ok dan anak buahnya tiba. Heo Ok meminta si pedagang menyerahkan surat kontrak tadi. Ia ingin membatalkan kesepakatan mereka.
Tapi si pedagang mendadak melarikan diri. Tindakan yang sia-sia karena anak buah Heo Ok dengan mudah menangkapnya. Si pedagang berkata kontrak itu tidak ada padanya.

Heo Ok berkata ia polisi dan bisa memenjarakan si pedagang karena sudah menipu. Si pedagang berkata semua ini tidak ada kaitannya dengan dirinya. Ia hanya disuruh oleh seseorang. Orang itu membayarnya untuk mendapatkan surat tersebut.

Siapa orang itu, tanya Heo Ok. Si pedagang berkata ia tidak tahu. Ia tidak tahu namanya bahkan seperti apa wajahnya. Heo Ok tidak percaya tapi si pedagang benar-benar tidak tahu.

“Aku tahu siapa orang itu,” ujar Soon Deuk.


Heo Jun hendak masuk ke rumah ketika ia melihat seseorang duduk di luar.

“Man Wol, “ panggilnya, “Kenapa kau ada di sini?”

Man Wol tersenyum cerah melihat Heo Jun. Ternyata Man Wol menyukai Heo Jun^^

Seo Ri teringat pada Jun ketika melihat layang-layangnya. Ia teringat juga Jun terkena panah menggantikannya.

“Kau masih hidup, bukan?” gumamnya.

Di tempat lain, Jun juga teringat pada Yeon Hee saat melihat buah kesemek di meja (di episode 1 aku menyebutnya tomat karena mirip bentuknya hehe).


Man Wol yang sedang memainkan musik melihat Jun melamun. Ia memutuskan mencoba saran Deok Sun. Ia mendekatkan lilin ke wajahnya yang tidak rusak dan duduk menyamping.

“Tuan? Tuan…” panggilnya makin keras. Jun tersadar dari lamunannya.

“Kenapa kau mendekatkan lilin itu? Itu kan berbahaya,” kata Jun.

 Man Wol hendak menuangkan minuman untuk Jun tapi Jun berkata ia akan menuangnya sendiri. Man Wol tiba-tiba terkikik “genit”. Jun malah terkejut kebingungan.

“Kau kenapa hari ini, Man Wol?”

“Aku malu, Tuan,” kata Man Wol sambil menutup wajahnya, masih berusaha genit.


“Man Wol, apa seseorang mengatakan sesuatu padamu lagi?” tanya Jun pengertian. “Kau tidak perlu mengkhawatirkan perkataan orang-orang. Kau paling cantik saat menjadi dirimu sendiri.”

Man Wol meminta Jun tidak membohonginya. Setidaknya ia tahu posisinya. Karena itu ia berpikir untuk pergi ke pohon berusia 100 tahun di tengah hutan. Pohon itu konon dapat mengabulkan permintaan.

Heo Jun tidak percaya pada hal seperti itu. Tapi Man Wol berkata siapa tahu keinginannya benar-benar terkabul. Ia bertanya apakah Heo Jun juga memiliki keinginan. Tidak ada, jawab Jun.


Man Wol benar-benar pergi ke pohon 100 tahun itu. Ia berdoa sepenuh hati lalu menggantungkan plakat harapannya. Itu adalah pohon tempat Yo Gwang mengambil plakat keinginan.

Setelah Man Wol pergi, Yo Gwang mencabut plakat itu dari pohon itu lalu membawanya pada Seo Ri. Dalam plakat itu tertulis kalau Man Wol ingin menjadi cantik agar bisa mendampingi orang yang ia cintai.

Keesokan paginya Seo Ri membuat ramuan dari herbal berdasarkan resep yang tertulis dalam Mauigeumseo.  Ramuan itu ia masukkan dalam botol. Ia berharap kali ini ia berhasil.


Heo Ok mengingat pertemuannya dengan Soon Deuk. Ia ingat Soon Deuk adalah komplotan si penjudi yang sembunyi di bawah meja. Soon Deuk berkata seharusnya Heo Ok menanyakan identitas orang itu. Mungkin saja orang itu orang yang sangat dikenal Heo Ok.

Heo Ok bertanya bagaimana Soon Deuk bisa tahu orang itu. Soon Deuk tidak mau memberitahu gratis. Dan ia tahu di mana surat kontrak itu disimpan.


Sesosok mayat kembali ditemukan. Kali ini di sungai, dan memegang botol ramuan yang sama dan tak berjantung. Wait…jadi orang-orang yang keinginannya dipenuhi Seo Ri adalah orang-orang yang dikejar si Jubah Merah lalu dibunuh? Masuk akal sih…

Poong Yeon dan Sol Gae memeriksa TKP. Poong Yeon memungut botol ramuan tersebut. Tiba-tiba sebuah anak panah meluncur ke arah Poong Yeon tapi Sol Gae berhasil menangkapnya.

Anak buah Hong Joo yang melepaskan anak panah itu. Poong Yeon memungut anak panah tersebut dan menemukan secarik kain. Ia membuka kain tersebut dan membacanya.


Yo Gwang memberikan ramuan Seo Ri pada Man Wol. Man Wol ragu ramuan itu bisa membuatnya jadi cantik. Yo Gwang hanya bertanya apakah Man Wol seorang yang tulus atau tidak.

“Jika tidak, ramuan ini tidak ada bedanya dengan air. Tapi jika kau sungguh-sungguh tulus, keinginanmu pasti jadi kenyataan.”

Man Wol bertanya apakah ada yang harus ia bayar untuk mendapatkan keinginannya. Yo Gwang meminta Man Wol menyalakan lilin yang dibawahnya dengan hati tulus.

Setelah Yo Gwang pergi, Man Wol meminum ramuan itu. Tiba-tiba ia mengaduh. Lehernya sakit seperti tercekik. Sementara Seo Ri terus berdoa di depan altar.

Keinginan Man Wol jadi kenyataan. Wajahnya yang rusak telah menjadi mulus.


Yo Gwang membawa lilin yang sudah dinyalakan Man Wol dengan hati-hati pada Seo Ri. Seo Ri memindahkan nyala api lilin itu pada lilin di altar. Lalu ia berdoa.

Yo Gwang ikut berdoa dan menanti dengan gugup. Ia bersorak gembira ketika lilin itu tidak padam seperti yang sebelum-sebelumnya.

Tepat pada saat itu Hong Joo memuntahkan darah. Tapi kemudian ia tersenyum saat merasakan seseorang sedang menuju ke tempatnya. Poong Yeon. Ternyata kain tadi berisi  peta untuk menuju tempat Hong Joo.


Ia masuk dan Hong Joo menemuinya. Hong Joo berkata ia dengar Poong Yeon mencarinya.
Poong Yeon bertanya apakah ada di sana malam itu 5 tahun lalu, ketika lima pendeta Tao terbunuh dan ayahnya menghilang di Hutan Hitam.

“Apa kau percaya padaku jika kukatakan aku tidak ada di sana?” tanya Hong Joo.

Poong Yeon bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada hari itu. Hong Joo berbohong ia tidak tahu karena ketika ia tiba semua sudah berakhir.

“Jadi Nyonya tidak tahu apa yang terjadi pada hari itu?” tanya Poong Yeon, terlihat tak percaya.

Hong Joo tersenyum dan berkata setidaknya ia bisa mengatakan 1 hal.  Ia bisa membuat Poong Yeon bertemu ayahnya. Poong Yeon terkejut dan bertanya apakah Hong Joo tahu di mana ayahnya.

“Aku bilang aku bisa mencari cara agar kau bisa bertemu ayahmu.”

Poong Yeon tahu Hong Joo tidak akan melakukannya tanpa imbalan. Hong Joo meminta Poong Yeon mempertemukannya dengan Raja Seonjo. Ia tahu Raja sakit keras melalui kekuatan batin yang diberikan padanya. Dan ia tahu satu-satunya cara untuk menyembuhkan Raja.


Tapi Poong Yeon berkata itu tidak mungkin. Jika Raja benar-benar sakit maka tabib istana yang akan menanganinya.

“Yang Mulia bukanlah seseorang yang akan merendahkan dirinya untuk bertemu dengan orang seperti Nyonya.”

“Kalau begitu apakah tidak apa-apa kau tidak bertemu dengan ayahmu?” tanya Hong Joo.

“Jika Nyonya bisa menemukannya, maka aku juga pasti bisa menemukannya,” ujar Poong Yeon tegas. Ia bangkit berdiri.

Hong Joo berkata ada pesan yang Hyun Seo titipkan padanya untuk Poong Yeon. “Kau harus menemukan Yeon Hee.”

Poong Yeon tidak mengatakan apapun dan berjalan keluar. Tapi tiba-tiba ia merasa pusing. Hong Joo tersenyum. Sebuah tanda bulat menyala di leher Poong Yeon. Itu adalah akibat asap hitam dari sebuah tungku di tempat itu. Apa itu? Semacam tanda untuk mengetahui keberadaan Poong Yeon, seperti GPS? Atau pengendali pikiran dan semacamnya? Serem amat sih…


Hong Joo masuk ke dalam, ke tempat Hyun Seo dibaringkan. Ia berkata Poong Yeon persis seperti ayahnya. Ia menyentuh bekas luka di belakang telinga Hyun Seo.

Kilas balik 27 tahun lalu (5 tahun sebelum Yeon Hee dan Putera Mahkota dilahirkan, ketika Raja Injong masih berkuasa)

Raja Injong terbaring sakit (dalam sejarah Raja Injong memang sakit-sakitan dan hanya memerintah 9 bulan sebelum ia wafat). Hong Joo yang masih seorang shaman biasa mendatanginya. Raja Injong terlihat ketakutan melihat Hong Joo namun ia tidak bisa bicara.

Hong Joo berkata ia akan menghilangkan rasa sakit itu. Raja Injong menatap dengan tatapan memohon agar Hong Joo tidak melakukan apa yang akan ia lakukan. Hong Joo mengeluarkan kertas jimat dan menempelkannya di dada Raja Injong.

“Jangan merasa dikhianati. Bukankah istana adalah tempat dimana tak ada tempat untuk berpikir dua kali dalam menginjak-injak hidup orang lain demi keserakahannya sendiri? Yang Mulia juga dengan cepat menggunakan  dan membuang para dayang demi mendapatkan keturunan. Jadi anggap saja ini hanya pencuci mulut.”


Hong Joo mulai menjalankan sihir hitamnya untuk mengambil roh Raja Injong.
Saat itu pintu terbuka. Hyun Seo dan Yo Gwang masuk. Wow…27 tahun lalu Yo Gwang juga masih tetap sama??? Jadi dia sebenarnya umur berapa? Setidaknya sudah 40 tahun lebih dong ;p *lagi-lagi salah fokus*

Hong Joo berkata ia sedang melakukan perintah Ibu Suri. Tapi Hyun Seo mengingatkan kalau Hong Joo tidak akan selamat dengan melakukan ini pada Raja, bisa-bisa kehilangan nyawanya. Hong Joo tidak peduli lagi pada hidupnya.

“Anak bodoh… Apa ini cara balas dendam yang kaupilih?”

“Balas dendam? Aku melakukan ini demi kebaikan negeri ini.”

“Aku tidak melatihmu untuk melakukan hal seperti ini. Sudah cukup. Kumohon hentikan, Hong Joo.”

“Sudah terlambat,” kata Hong Joo.


Para pengawal Ibu Suri masuk menyerang Hyun Seo dan Yo Gwang. Hyun Seo dan Yo Gwang terpaksa melawan mereka. Sementara Hong Joo meneruskan sihir hitamnya.

Hyun Seo dan Yo Gwang akhirnya berhasil menjatuhkan semua pengawal itu. Tapi terlambat, Raja Injong  sudah tiada.

Yo Gwang majue hendak menyerang Hong Joo. Tapi Hyun Seo menghalanginya hingga ia yang terkena pedang. Hong Joo dan Yo Gwang shock.

“Pergilah…dan jangan pernah kembali,” kata Hyun Seo.


Hong Joo menggunakan sihirnya. Asap hitam keluar dari tungku lalu masuk ke dalam tubuh Hyun Seo melalui hidung. Kertas jimat di dada Hyun Seo menyala.

“Waktunya sudah tiba untuk kita mendapatkan raja yang baru. Tuan, kumohon jangan lawan aku kali ini. Kau harus membunuh Puteri yang bersembunyi di pegunungan,” kata Hong Joo.

Man Wol mendapatkan rasa percaya diri untuk mendekati Heo Jun. Ia menulis surat dan meminta pelayan rumah gisaeng untuk mengirimkannya pada Heo Jun.

Sayangnya si pelayan tidak bertemu Heo Jun, malah bertemu Heo Ok. Heo Ok memaksa agar surat itu diberikan padanya dan berkata akan meneruskannya pada Jun. Meski ragu, si pelayan akhirnya memberikan surat itu.

Tentu saja Heo Ok tidak menyerahkannya pada Jun, malah membacanya. Dalam surat itu Man Wol berkata ingin mencurahkan perasaannya yang sudah lama terpendam dan meminta Jun menemuinya di tempat penggilingan malam ini. Heo Ok mengira Jun  berencana bersenang-senang dengan Man Wol malam ini di sana.


Soon Deuk membawa Heo Ok ke tempat Jun menyembunyikan surat kontrak itu. Soon Deuk sempat terdiam saat Heo Ok berkata Jun itu menakutkan karena menyimpan hal semacam itu di dekat kuburan ibunya.

Soon Deuk menggali dan mengeluarkan kotak dari tanah. Ia mendudukinya dan tidak mau menyerahkannya sebelum Heo Ok membayarnya 100 nyang. Heo Ok menggerutu lalu memberikan uang itu.

Anak buah Heo Ok membuka peti itu. Isinya sebongkah batu.

Heo Ok terkejut. Soon Deuk terkejut dan berkata itu tidak mungkin. Ia jelas-jelas melihat Jun menaruhnya di sana. Heo Ok marah dan mengira Soon Deuk sudah menipunya.


“Apa yang kaucari?” tanya Heo Jun.

Heo Ok menoleh pada Soon Deuk. Soon Deuk berkata ia benar-benar tidak tahu apa-apa.

Tiba-tiba atasan Heo Ok datang bersama pasukannya. Ia menyuruh Heo Ok ditangkap karena sudah menerima suap untuk perdagangan ilegal. Heo Ok menyangkal dan berkata pasti ada kesalahpahaman. Untuk apa ia menerima suap padahal sudah memiliki banyak uang?

Tapi polisi sudah memiliki semua buktinya. Bukti yang selama ini dikumpulkan Heo Jun.

“Apa kau tahu kalau menerima suap hukumannya adalah digantung? Tangkap dia!!”

Heo Ok diseret pergi bersama anak buahnya. Heo Ok masih sempatnya marah-marah pada Heo Jun yang telah menyiasatinya.


Ibu Heo Ok mengunjungi puteranya di penjara. Tentu saja 5 tahun tidak membuat Heo Ok bertambah dewasa. Ia menyuruh ibunya mengeluarkannya dari penjara. Ibunya memarahinya karena sudah mempercayai Jun. (Doenk…bukannya marahin supaya ngga korupsi…ya gini deh jadinya anaknya >,<)

Heo Ok merengek meminta ibunya meminta bantuan pada hakim yang dekat dengannya. Bahwa ia sudah difitnah dan dikurung di sana.

“Tenang! Kau itu putera tertua keluarga Heo!” ujar ibunya kesal.

“Siapa yang peduli dengan itu kalau aku akan mati?! Aku akan digantung, Ibu! Digantung!”

Ibu Heo Ok berkata Heo Ok tidak boleh terguncang oleh apapun untuk menyandang nama keluarga mereka. Heo Ok harus tetap tenang dan melindungi nama keluarga mereka. Heo Ok tak peduli. Jika ia mati, keluarga mereka juga toh akan berakhir.


Malam itu Man Wol dengan gembira pergi ke tempat penggilingan. Seseorang membuka pintu lalu masuk. Man Wol menoleh. Ia menjerit melihat Si Jubah Merah.

Yo Gwang berlari ke tempat penggilingan. Tapi terlambat, ketika ia masuk Man Wol sudah tidak bernyawa dan jantungnya sudah diambil.

Yo Gwang berlari keluar dan melihat sosok si Jubah Merah. Ia langsung mengejarnya.

Sementara itu lilin Man Wol di kuil Chungbing kembali padam. Hong Joo yang menjalankan sihir hitamnya tersenyum saat melihat urat-urat hitam ditangannya kembali normal.


Yo Gwang berhasil menghadang si Jubah Merah dan bertanya siapa dia.

“Siapa kau yang terus mengikutiku? Kenapa kau terus membunuh mereka yang terkait dengan pohon 100 tahun? Apa mereka yang membuatmu melakukannya?”

Jubah Merah menepis pedang Yo Gwang. Mereka berkelahi. Si Jubah Merah terdesak tapi lagi-lagi ia dengan curang melempar pasir ke wajah Yo Gwang dan melarikan diri. 

Jubah Merah kembali ke tempat Hong Joo dan berlutut menyerahkan jantung Man Wol.
Hong Joo membakar jantung tersebut hingga menjadi abu. Terdengar suara jeritan roh Man Wol.


Yo Gwang kembali ke kuil Chungbing dengan sedih. Seo Ri berkata lilinnya lagi-lagi mati.

“Kau dari mana?” tanyanya. “Sebenarnya apa yang kaulakukan di luar sana?

“Ti..tidak ada apa-apa,” jawab Yo Gwang gugup.

Seo Ri bertanya apa sebenarnya yang disembunyikan Yo Gwang darinya. Yo Gwang berkata ia tidak menyembunyikan apapun. Seo Ri marah karena Yo Gwang membohonginya dan berjalan keluar hendak menuju pintu keluar kuil.

Yo Gwang mengejarnya dan menghentikannya sebelum Seo Ri melewati batas akhir rangkaian jimat yang terpasang. Seo Ri menyuruh Yo Gwang melepaskannya. Ia akan mencari tahu sendiri.

Jika Seo Ri pergi, semua yang mereka lakukan akan sia-sia. Ia memohon agar Seo Ri menunggu sebentar lagi, selama ini Seo Ri sudah melakukan yang terbaik.


“Apa yang kaukatakan? Kita hanya tinggal memiliki 49 hari (sebelum Bintang Utara menghilang. Jadi benar ya kalau terjemahannya harusnya 5 tahun). Enam bulan sudah berlalu tapi aku bisa bisa menyalakan satu lilin pun! Jadi apa yang harus kulakukan? Apa yang kauingin kulakukan?!!” tanya Seo Ri penuh emosi.

Yo Gwang berkata Seo Ri bisa melakukannya. Seo Ri harus melakukannya.

Seo Ri menangis memikirkan jika ia mati maka ia tidak bisa lagi bertemu dengan orang-orang yang ingin ia jumpai. Ia sama sekali tidak takut kematian.

“Tapi…aku ingin menemui mereka. Aku sangat merindukan mereka. Aku ingin bertemu dengan mereka,” isaknya.

Yo Gwang hanya bisa meminta maaf melihat kesedihan Seo Ri.


Meski balas dendamnya sudah terlaksana, Heo Jun tidak nampak gembira. Soon Deuk menghampirinya dan menagih bayarannya. Heo Jun memberinya 200 nyang.

Soon Deuk berkata ia mengkhianati Heo Ok karena Heo Jun bersedia membayar lebih banyak. Ia tidak menyangka kalau keduanya ternyata adik kakak.

“Apa ini pertengkaran adik kakak atau semacamnya?”

“Bukan urusanmu.”

“Jadi itu makam ibumu? Bagaimana bisa kau menyembunyikan hal seperti itu di sana?” celoteh Soon Deuk.

Heo Jun menyuruhnya pergi. Tapi Soon Deuk masih penasaran dan berkata sepertinya itu balas dendam. Heo Jun menyuruhnya cepat pergi dan menasihatinya agar tidak menjalani hidup seperti ini. Soon Deuk akan menyesalinya nanti.

Soon Deuk bangkit berdiri tapi ia tidak enak hati dan menaruh uang itu di meja. Ia berkata bagaimana bisa ia mengambil uang sebagai ganti nyawa manusia. Tapi tatapannya tetap terarah pada uang itu dengan sedih.

Heo Jun menyodorkan uang itu pada Soon Deuk tanpa bicara lalu bangkit berdiri.


Polisi datang dan menyuruh Heo Jun ditangkap. Melihat polisi, Soon Deuk cepat-cepat bersembunyi. Heo Jun kebingungan kenapa ia ditangkap.

“Kau ditangkap karena telah menuduh orang lain dengan tidak adil. Kau juga bersalah karena pura-pura menjadi bangsawan.”

Heo Jun  terkejut. Ia terkejut melihat Heo Ok telah bebas dan kembali mengenakan pakaian polisinya.

“Kenapa kau terkejut? Kau tidak bisa merusak keluarga kami hanya karena kau marah terlahir miskin.”

Heo Jun menggeleng tak percaya melihat Heo Ok bebas. Bukankah atasan Heo Ok sudah melihat sendiri bukti-buktinya?

“Orang ini sudah menerima suap dan melakukan kesepakatan-kesepakatan ilegal. Juga menutup mata pada kejahatan yang dilakukannya, bahkan membunuh! Orang ini…membakar seorang wanita tak bersalah dan membunuhnya!! Jadi kenapa? Kenapa kau mengatakan ia tidak bersalah? Kenapa?!!” tanyanya putus asa.

Soon Deuk terpaku mendengar hal itu.

Heo Ok berkata inilah bedanya pelayan dan bangsawan. Orang miskin sudah pasti bersalah dan orang kaya selalu tidak bersalah.

“Apa kau mengerti? Bukankah sudah kukatakan jangan lakukan apapun, bodoh?”

“Dasar brengsek,” gumam Heo Jun. Ia tertawa mengejek, “Aku belajar caraku dari seseorang yang tidak tahu malu.”

Heo Ok berkata Heo Jun bersalah atas satu kesalahan lagi. Atas kejahatan pembunuhan. Ia mengeluarkan surat Man Wol dan berkata itu adalah bukti bahwa Heo Jun adalah orang terakhir yang bertemu Man Wol pada malam Man Wol dibunuh.

“Kau adalah Bangsawan Jubah Merah, bukan?”

Heo Ok tak tahan lagi. Ia meronta sekuat tenaga dan melarikan diri.


Poong Yeon sedang berjalan di kota ketika melihat orang-orang membawa mayat Man Wol. Ia memeriksanya dan melihat Man Wol memegang botol ramuan.

Tak lama terdengar keributan dari arah lain. Heo Jun sedang melarikan diri. Para penduduk membantu polisi untuk menyudutkan Heo Jun. Mereka menabrak Heo Jun dengan kereta lalu melemparinya dengan batu.

“Bukan aku!! Bukan aku!!” seru Heo Jun.

Ia berusaha melawan sekuat tenaga. Ia berhasil menyandera seorang polisi dan merebut tombaknya. Ia melihat seekor kuda tak jauh dari sana.

Ia melempar kudanya lalu berlari menuju kuda tersebut dan melarikan diri. Poong Yeon naik ke kudanya dan mengejar Heo Jun.


Dalam pengejaran itu, lonceng yang dibawa Poong Yeon berbunyi. Seo Ri mendengarnya. Tanda kutuk di belakang telinganya menyala dan matanya bersinar.

“Kakak….” gumamnya.

Ia mengenakan jubahnya lalu nekat melewati rangkaian jimat. Rangkaian jimat itu terbakar.

Poong Yeon mengeluarkan  panahnya dan siap menembak Heo Jun. Tapi tanda kutuk di belakang telinganya muncul. Ia pingsan dan terjatuh.


Heo Jun menoleh ke belakang dan tak sengaja kepalanya membentur dahan pohon. Ia terjatuh dan sempat menarik tas yang terikat pada kuda itu. Ia jatuh berguling-guling lalu jatuh dari tebing.

Tiba-tiba ia berhenti jatuh. Tubuhnya melayang sebelum ia menyentuh tanah. Heo Jun kebingungan dan menoleh ke sana kemari. Ia menengadah dan melihat Seo Ri.

Heo Jun mengulurkan tangannya. Seo Ri mengangkat tangannya untuk mengangkat Heo Jun. Heo Jun jatuh pingsan.


Pot tempat roh Putera Mahkota tiba-tiba berguncang. Hong Joo gembira melihatnya.

“Kau akhirnya menampakkan dirimu sendiri, Puteri.”

Sementara itu, jari-jari Hyun Seo mulai bergerak.


Komentar:

Duh itu si Heo Ok kok lepas lagi sih…gemes banget >,<

Pantas saja Yo Gwang nampak ragu ketika diminta membawa plakat keinginan. Karena ia sudah tahu sasaran si Jubah Merah adalah mereka yang menerima ramuan Seo Ri. Dan ia tidak berani memberitahu Seo Ri karena Seo Ri pasti akan merasa bersalah atas kematian orang-orang itu.

Tapi kurasa seharusnya Yo Gwang memberitahu Seo Ri, agar mereka bisa mencari cara lain untuk mendapatkan nyala api dari orang-orang yang tulus. Jika Seo Ri akhirnya tahu, pasti Seo Ri akan marah pada Yo Gwang.

Ada yang menduga si Jubah Merah adalah Hyun Seo yang dikendalikan Hong Joo. Tadinya aku tidak percaya karena aku melihat si Jubah Merah dapat berpikir. Contohnya, ia bisa melempar pasir untuk melepaskan diri dari Poong Yeon dan Yo Gwang. Jika ia dikendalikan, seharusnya ia seperti robot.

Tapi setelah melihat Hong Joo memasukkan asap hitam ke tubuh Hyun Seo dan kertas jimat di dada Hyun Seo menyala, aku jadi mulai berpikir itu mungkin saja benar. Tapi Hong Joo baru bisa membangkitkan ikan bukan? Atau ia sekarang sedang berusaha membangkitkan Hyun Seo? Masalahnya seberapa jauh Hyun Seo dipengaruhi sihir hitam Hong Joo jika itu benar? Dan apakah itu hanya kendali sementara?

Mungkinkah yang membangkitkan Yo Gwang juga Hyun Seo yang dikendalikan oleh Hong Joo? Namun ternyata Yo Gwang malah berhasil menyembunyikan Yeon Hee? Tapi rasanya aneh ya kalau Hong Joo tidak mengerahkan anak buahnya untuk mengikuti Yo Gwang sejak awal kalau ia tahu Yo Gwang akan pergi ke tempat Yeon Hee. Silakan pusing sendiri hahaha...ini malah ngajak orang lain ikutan pusing XD

Hyun Seo dan Hong Joo ini sepertinya ada perasaan ya dulunya (dan mungkin masih). Apa mungkin hubungan mereka jadi tidak berhasil karena Raja Injong ingin mempunyai keturunan dari Hong Joo yang merupakan salah satu dayang istana? Setahuku shaman itu dianggap derajat paling rendah dan Raja dilarang tidur dengan shaman.

Tapi bisa saja yang menjadi korban Raja Injong bukan Hong Joo, melainkan keluarganya. Atau Hong Joo ketika itu adalah seorang dayang yang dilihat berbakat oleh Hyun Seo lalu diajari. Namun hancur oleh Raja Injong. Soalnya Raja Injong terlihat takut melihat Hong Joo, jadi pasti mereka pernah bertemu sebelumnya.


Sigh…menonton drama ini memang selalu membuat berpikir dan memunculkan banyak pertanyaan ;p

9 komentar:

  1. gk tahu hrs komen apa jd ikut pusing baca komentr nya mbk fanny 😊 masih penuh mistery ma kasih sinopsis nya

    BalasHapus
  2. Iya,jd semakin misterius.. Smoga smua bs berakhir dgn happy yaa..mksih mba fanny,msh ttp lanjut doong..?? Wlpn pusing Hehe

    BalasHapus
  3. Iya,jd semakin misterius.. Smoga smua bs berakhir dgn happy yaa..mksih mba fanny,msh ttp lanjut doong..?? Wlpn pusing Hehe

    BalasHapus
  4. Kalau ga dilanjut tambah pusing karena penasaran wkwk
    Saya belajar sabar dari drama ini karena banyak pertanyaan itu lol
    Bikin gemessss

    BalasHapus
  5. knpa hong joo nyelamatin yo gwang??

    BalasHapus
  6. Udah dua hari ini bolak balik ga jelas ke blognya mba fanny. Nungguin ep.7.
    mba fan, ttp semangat ya buat sinopsis nya.

    Sebenarnya ak silent reader selama 3th terahir dn bru kali ini ikutan komen.selama itu juga.. ak merasa cuma disini yang "baca serasa nonton". Buat mba fanny. ; kereen...

    Pengunjung setia kdramatized..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai^^ eps 7 dan 8 baru tayang malam ini di korea, jd aku br bisa ntn dan posting paling cepat senin/selasa :)

      Hapus
  7. Halo kak, ep 7 nya belum ya?

    BalasHapus

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)