Jumat, 17 Juni 2016

Sinopsis Mirror of The Witch Episode 10


Poong Yeon terpana melihat Yeon Hee berdiri di hadapannya. Tapi Yeon Hee teringat pada kata-kata  Poong Yeon yang menyakitkan lima tahun lalu. Ia  pelan-pelan melangkah mundur, lalu melarikan diri. Saat perhatian Sol Gae teralih, Jun menepis pedangnya lalu berlari menyusul Seo Ri.

Sol Gae langsung mengejar mereka. Poong Yeon shock melihat reaksi Yeon Hee yang malah melarikan diri darinya. Ia terdiam beberapa saat lalu menyusul mereka. Tapi ia berpapasan dengan Yo Gwang.


Seo Ri berhenti berlari. Jun bertanya ada apa. Apa Poong Yeon tidak tahu apapun? Seo Ri berkata Poong Yeon tidak boleh tahu.

“Kenapa tidak?” tanya Jun. “Mari kita katakan semuanya pada kakakmu.”

“Apa yang bisa kukatakan padanya? Bahwa aku berubah menjadi penyihir karena kutukan? Atau mengatakan padanya kalau ia harus lari daripadaku karena ia mungkin akan mati jika ia tidak melakukannya? Tidak ada yang memberitahuku. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku terlahir dengan kutukan ini. Apa yang bisa kukatakan padanya?”

Sol Gae menemukan mereka. Hmmm..apa ia mendengar percakapan keduanya. Sepertinya sih tidak.

Jun berkata tidak ada yang bisa ia lakukan jika Seo Ri tidak mau memberitahu Poong Yeon. Tapi ia yakin Poong Yeon ingin mendengar penjelasan dari Seo Ri.

“Kukira kau sudah berhenti bersembunyi dan melarikan diri.”

Seo Ri termenung melihat plakat keinginan Poong Yeon di tangannya yang bertuliskan : Aku berharap bertemu dengan orang yang kurindukan.


Poong Yeon merasa lega Yo Gwang dan Yeon Hee selamat dan dalam keadaan baik. Yo Gwang berkata Poong Yeon pasti sangat mencemaskan mereka, tapi mereka tidak bisa menghubungi Poong Yeon karena ada alasannya.

“Apakah Yeon Hee menghindariku karena alasan itu?” tanya Poong Yeon. “Jadi bukannya ia tidak bisa menemukanku, tapi sebaliknya, ia melarikan diri dariku?”

Yo Gwang mengerti kekalutan Poong Yeon. Ia berkata ada alasannya kenapa mereka tidak bisa memberitahu Poong Yeon dan satu-satunya cara Poong Yeon bisa membantunya dan Yeon Hee adalah dengan tidak menemui mereka.

Poong Yeon berkata ia sudah mendengar hal yang sama sejak ia masih kecil dari ayahnya. Ia tidak boleh menemui Yeon Hee dan tidak boleh menanyakan alasannya.

“Aku bertemu dengan Yeon Hee atau tidak, aku mau tahu alasannya atau tidak, akulah yang akan menentukan,” ujarnya tegas.


Saat itulah ia melihat Yeon Hee kembali bersama Jun dan Sol Gae. Ia menjatuhkan pedangnya dan berjalan mendekati Yeon Hee lalu memeluknya.

“Terima kasih karena kau masih hidup,” katanya.

Seo Ri menangis dalam pelukan Poong Yeon.


Semua anak buah Hong Joo ditangkap atas perintah Ibu Suri. Kasim kepala berkata Ibu Suri sangat terkejut mendengar ada pasukan bersenjata di seongsucheong. Ibu Suri juga mengirimkan pasukan pengawal agar energi Hong Joo tetap terfokus untuk mempersiapkan ritual kesehatan Raja.

Tentu saja ini sindiran karena sebenarnya Ibu Suri sedang menawan Hong Joo di Seongsucheong. Dan Hong Joo tahu itu.

“Ibu Suri begitu memperhatikanku setelah ia menduduki tahta. Aku mengerti dengan sangat jelas. Tolong sampaikan rasa terimakasihku pada Ibu Suri,” kata Hong Joo tersenyum licik.

Ibu Suri tahu Hong Joo sedang mengoloknya dengan ucapan terimakasih itu. Ia memerintahkan agar semua gerak-gerik Hong Joo diawasi dan dilaporkan padanya.


Seo Ri dan Poong Yeon berbicara di tepi danau, sementara Jun-Sol Gae-Yo Gwang memperhatikan mereka dari jauh.

“Mereka pasti memiliki hubungan kakak beradik yang spesial,” kata Jun tersenyum. Sama sekali tak tahu kalau Seo Ri dan Poong Yeon bukan kakak beradik asli.

Poong Yeon berkata ia tidak menyangka bertemu kembali dengan Yeon Hee dengan cara seperti ini. Yeon Hee  kesulitan hendak menjelaskan dari mana. Pong Yeon bertanya apa Jun yang menyebabkan Yeon Hee seperti ini.

“Bukan,” kata Yeon Hee., “Ada urusan yang harus kuselesaikan. Ayah sehat dan baik-baik saja, kan?”

Poong Yeon tidak menjawab.

“Karena aku….” Yeon Hee tidak sanggup meneruskan.

“Apa terjadi sesuatu pada hari itu?” tanya Poong Yeon.

Yeon Hee menunduk. Poong Yeon menggenggam tangan Yeon Hee. Ia berkata mereka bisa pelan-pelan membicarakannya seiring waktu. Mereka bisa bertemu besok, lalu besoknya lagi, dan seterusnya untuk membicarakan semuanya satu per satu.


Dua orang pengawal menemui Poong Yeon dan berkata Raja mencarinya sejak kemarin karena ada hal penting. Poong Yeon keberatan meninggalkan Yeon Hee tapi ia tidak bisa meninggalkan tanggungjawabnya. Ia berjanji dengan Seo Ri untuk bertemu kembali besok di tempat  yang sama.

Sebelum pergi, Poong Yeon berkata pada Jun kalau ia akan menanyai Jun jika mereka bertemu lagi nanti.

“Aku tidak melakukan kesalahan apapun,” jawab Jun tegas.


Raja mengeluh pada Poong Yeon kalau ia sudah diisolasi dan terikat. Hanya Poong Yeon yang bisa ia percayai. Karena itu ia ingin Poong Yeon melakukan sesuatu untuknya.

“Kudengar Ibu Suri melahirkan puteri yang terkutuk dan puteri itu penyebab dari penyakitku. Jadi aku harus menemukannya untuk menyembuhkan penyakitku dan mengendalikan Ibu Suri.”

Poong Yeon terlihat skeptis dan bertanya apakah itu yang dikatakan Hong Joo. Raja agak kesal karena Poong Yeon sepertinya meremehkannya karena sudah mempercayai perkataan seorang shaman.

Tapi Poong Yeon bukanlah seorang penjilat. Ia berkata terus terang kalau ia merasa Raja sudah dibutakan oleh kata-kata Hong Joo karena menderita oleh penyakitnya.

“Kudengar ayahmu menyelamatkan puteri yang seharusnya dibunuh. Kepala Shaman menggunakan penyakitku untuk bisa kembali ke Seongsucheong dan ayahmu memanipulasi Ibu Suri untuk membangun kembali divisi Tao.”

Poong Yeon terkejut mendengar ayahnya sudah kembali. Raja berkata kembalinya mereka ke istana yang terjadi bersamaan dan tiba-tiba pasti ada alasannya. Dan ia percaya puteri terkutuk itu alasannya.

“Poong Yeon, jika nyawaku dalam bahaya apa yang akan kaulakukan?”

“Aku akan menyerahkan nyawaku untuk Yang Mulia,” jawab Poong Yeon tanpa ragu.

“Tentu saja. Jika begitu…apa kau bisa memutuskan hubungan dengan ayahmu untukku? Aku harus tahu apakah aku bisa mempercayai shaman itu dan apakah puteri itu masih hidup atau tidak.

Karena itu jangan libatkan perasaan pribadimu dan selidiki ayahmu demi aku dan negeri ini. Jika apa yang disampaikan shaman itu benar, kau harus membawa puteri itu diam-diam padaku.”


Seo Ri, Heo Jun, dan Yo Gwang dalam perjalanan pulang. Mereka mendengar suara ribut-ribut.  Beberapa orang menyeret seorang gadis karena telah menghina seorang bangsawan.

Jun terkejut saat melihat gadis itu adalah Soon Deuk. Seo Ri merasa kasihan pada Seoon Deuk dan bertanya mengapa mereka memperlakukannya seperti itu. Yo Gwang menjelaskan kalau gadis itu dipermalukan di depan umum.

Soon Deuk diikat di sebatang pohon. Ia berteriak kalau ia tidak melakukan kesalahan. Heo Ok dengan sombong mengatakan kesalahan Soon Deuk adalah menghina bangsawan dan dengan demikian menghina sistem hierarki masyarakat.  Ia akan menyeret Soon Deuk keliling kota hingga Soon Deuk mengakui perbuatannya. Soon Deuk malah dengan berani mengancam akan mengorek usus Heo Ok dengan sendok jika ia tidak dilepaskan. Sadis amat hihi^^

“Apa kau pikir Heo Jun akan datang? Dia tidak akan datang! Kami tidak  ada hubungan. Jadi untuk apa ia menyelamatkanku?” Serunya. “Jika kau hendak memancingnya, pilih umpan yang benar. Dasar bodoh!!”

Heo Ok mengeluarkan pedangnya dan mengancam akan membunuh Soon Deuk.

Seo Ri dan Yo Gwang terkejut mendengar Soon Deuk menyebut Jun.  Yo Gwang bertanya apa keributan ini sengaja dibuat untuk menangkap Jun. Jun tidak menjawabnya dan mengajak mereka pergi dari sana.


“Mereka baru sadar hanya jika orang tua mereka dihukum,” kata Heo Ok keras. “Di mana ibumu?”

Mendengar itu, Heo Jun tak bisa menahan diri lagi. Ia berbalik dan berlari ke arah Soon Deuk. Ia berhasil menjatuhkan Heo Ok dan para anak buahnya. Lalu ia membebaskan Soon Deuk.

“Apa kau bisa lari?” tanya Jun.

“Tentu saja, dengan sangat cepat,” jawab Soon Deuk.

Yo Gwang memberi tanda pada Seo Ri untuk bersiap.  Jun menatap Yo Gwang. Yo Gwang mengangguk.

Jun mengibaskan pedangnya lalu lari dengan Soon Deuk. Yo Gwang mengejutkan anak buah Heo Ok yang mengejar mereka, lalu ikut melarikan diri bersama Seo Ri. Mereka berempat berhasil lolos.

“Ini berbahaya. Apa yang kaulakukan? Meski dia membuatmu marah….” Protes Yo Gwang.

“Aku belum selesai,” kata Jun serius. Ia berlari kembali.


Seo Ri takut kutukannya kembali aktif. Ia berlari mengejar Jun.

Heo Ok dan anak buahnya mencari Jun. Jun diam-diam memukul kepala anak buah Heo Ok hingga pingsan. Lalu memukul Heo Ok dengan keras.

Jun membawanya ke sebuah pondok tak terpakai. Hmmm…sepertinya itu tempat penampungan yang terbakar di mana ibu Jun ditinggalkan Heo Ok.

Seo Ri hendak ikut masuk tapi Jun melarangnya masuk lalu menutup pintunya.
Jun menghunus pedangnya pada Heo Ok.

“Apa yang harus kulakukan agar kau berhenti?” tanyanya marah.

“Berhenti? Aku akan berhenti hanya jika kau mati. Apa kau pernah memikirkan apa yang sudah kulalui? Jika kau tidak begitu berani, aku tidak akan dibandingkan denganmu. Dan ibuku tidak akan memperlakukanku seperti seorang idiot yang tak mampu. Tanpamu aku juga tidak akan seperti ini!!”

“Itukah sebabnya kau membunuh ibuku? Karena kau tidak menyukaiku?”


“Aku? Aku tidak membunuhnya. Ibumu yang merangkak sendiri ke dalam api. Coba pikirkan. Bagaimana bisa budak yang melarikan diri diijinkan untuk hidup? Kau yang menyeret ibumu ke dalam api itu.“

Jun menurunkan pedangnya. Ia membenarkan ia tidak bisa melindungi ibunya karena ia tidak memiliki kekuatan.

“Karena itu satu-satunya cara aku menghentikanmu adalah ini. Kau tahu di mana kita berada?”

Heo Ok melihat sekeliling dan menyadari di mana ia berada. Mari kita selesaikan di sini, ujar Heo Jun.

Ia menghunus pedangnya ke leher Heo Ok. Heo Ok mundur ketakutan dan memohon agar Jun tenang. Seo Ri mendengar kata-katanya dan nampak khawatir.

Heo Ok memohon agar Jun sadar karena ia adalah kakak Jun satu-satunya. Tapi Jun tidak berhenti dan mengangkat pedangnya. Heo Ok memejamkan matanya ketakutan.

“Hentikan!!” teriak Seo Ri. Ia menggeleng memohon Jun tidak melakukannya.

Dengan berlinang air mata, Jun menatap Heo Ok. Lalu mengayunkan pedangnya.


Poong Yeon berlari sekencang-kencangnya ke markas divisi Tao. Ia melihat sosok yang dikenalinya berdiri membelakanginya.

“Ayah….” Panggilnya.

Hyun Seo berbalik dan tersenyum lembut melihat puteranya. Poong Yeon menahan tangisnya.


Heo Ok membuka matanya. Ia masih hidup. Dengan panik ia berlari keluar dari sana.
Jun duduk lemas di tanah. Seseorang menghampirinya. Jun menengadah dan melihat ibunya. Hantu ibunya. Ia mulai menangis.

“Ibu…Maafkan aku telah menjadi putera yang lemah. Aku tidak bisa membalaskan kematianmu. Aku tidak bisa membunuhnya…”

Ibu Jun berlutut di depan puteranya. Ia membelai pipi Jun dan tersenyum lembut. Lalu memegangi kedua pipinya dengan penuh kasih sayang. Tanpa bicara ia menepuk putera anaknya, seperti memberikan pujian. Jun menatap ibunya dengan penuh kerinduan.

Hantu ibu Jun bangkit berdiri dan tersenyum. Lalu menghilang setelah diliputi cahaya yang menyilaukan. Tanda hantu di leher Jun menghilang dalam sekejap.

Jun menangis tanpa suara. Seo Ri berjongkok di dekatnya dan memegang pundaknya untuk menghiburnya.


Pada saat itu, sebuah lilin di kuil Chungbing tiba-tiba menyala. Hong Joo mendadak roboh ke tanah dan memuntahkan darah. Ia nampak ketakutan dan sangat kesakitan.


Poong Yeon menanyakan keadaan ayahnya. Hyun Seo meminta maaf karena sudah membuat Poong Yeon khawatir. Ia memiliki alasan tidak bisa menghubungi Poong Yeon selama ini. Ia menanyakan keadaan istrinya.

“Ibu menunggu Ayah setiap hari. Kenapa Ayah tidak pulang? Aku mendengar Ayah telah kembali dari Yang Mulia.”

Hyun Seo berkata ia berencana pulang setelah menyelesaikan tugasnya di istana.  Ia meminta Poong Yeon menjaga ibunya baik-baik dan memberitahunya jika terjadi sesuatu.

Poong Yeon berkata ia sangat takut kalau yang ia lihat pada hari itu adalah hari terakhir ia melihat ayahnya. Hyun Seo bertanya apakah Poong Yeon sudah bertemu dengan Yeon Hee.

“Aku sudah bertemu dengannya,” jawab Poong Yeon tersenyum senang.

Hyun Seo terlihat sedih. Poong Yeon bertanya apakah ayahnya tidak penasaran dengan  kabar Yeon Hee. Ia hendak menceritakannya namun ayahnya memotong perkataannya.

“Apakah perasaanmu pada Yeon Hee belum berubah?”

Poong Yeon berkata perasaannya sudah berubah. Ini bukan lagi cinta monyet semasa remaja. Ia tidak akan bertanya lagi kenapa Yeon Hee harus tinggal sendirian, apo yang terjadi di Hutan Hitam hari itu. Ia tidak akan bertanya lagi dan tidak lagi memerlukan alasan.

“Apapun yang terjadi, aku tidak akan melepaskan Yeon Hee. Sejak hari itu, aku hidup dengan pemikiran seperti itu,” katanya.

“Meski kau akan mati karena perasaanmu padanya, kau tidak akan berhenti?”

“Meski hidupku dalam bahaya, aku tidak akan berhenti,” Poong Yeon menegaskan.


Sebuah bom asap dilemparkan di halaman Seongsucheong. Pasukan Ibu Suri yang menjaga di sana berjatuhan satu per satu. Si Jubah Merah menyusup ke dalam.

Hong Joo berkata tidak ada yang menyalakan lilin tapi lilin itu menyala dengan sendirinya. Ia harus bertemu puteri sesegera mungkin.

Heo Jun, Seo Ri, dan Yo Gwang akan berpisah dengan Soon Deuk. Soon Deuk berkata ia tidak mau lagi terlibat dengan urusan kotor Jun, jadi ia tidak mau dilibatkan.

“Apa? Kotor? Kenapa kau mengatakannya sambil melihat padaku?” protes Yo Gwang.

Jun mengingatkan kalau Heo Ok sangat licik. Ia bertanya apa Soon Deuk memiliki tempat bersembunyi. Jika tidak, Soon Deuk boleh ikut dengan mereka.

Tentu saja Yo Gwang protes keras. Ia berkata Soon Deuk tak boleh ikut dengan mereka karena tempat mereka bukan fasilitas sosial untuk orang miskin.

“Memangnya siapa kau bisa-bisanya memperlakukanku seperti pengemis?” sembur Soon Deuk. “Kau yang gaya rambutmu seperti pengemis.”

“Pengemisss?!!”

Soon Deuk berkata meski ia menipu orang tapi ia tidak suka berhutang budi pada orang lain. Jadi Yo Gwang tak perlu khawatir. Ia menepuk-nepuk dada Yo Gwang.

“Heo Jun, jika kau benar-benar membutuhkan bantuanku, kau bisa mencariku di penginapan Ban Chon. Pastikan kau membawa banyak uang. Kau tahu betapa mahalnya tarifku, kan?” katanya.

“Aku mengerti,” Jun tersenyum.

Soon Deuk pun pergi.

“Ada apa dengan gadis mungil itu?” ujar Yo Gwang tak habis pikir. Hehe….dua orang ini lucu juga ya^^


Hyun Seo membuka kembali lembaran terakhir Mauigeumseo dan membacanya. Tiba-tiba seluruh lilin di ruangan padam. Ia merasakan sesuatu.

Sosok PM Sunhoe mendatangi Ibu Suri yang sedang tidur.

“Ibu….Ibu…” panggilnya.

Ibu Suri terbangun dan terkejut melihat puteranya. Tapi lalu ia meyakinkan dirinya kalau yang berdiri di hadapannya adalah ilusi dan bukan puteranya yang sebenarnya.

“Pergilah…” ia membalikkan tubuhnya.

“Ibu…selamatkan aku…kumohon selamatkan aku, Ibu,” PM terus memohon.


Ibu Suri menguatkan hatinya. Tapi ketika ia menoleh dan melihat puteranya pergi, ia bangun dan mengikuti puteranya hingga ke aula istana.

“Ibu…kumohon selamatkan aku. Ibu, aku sangat kesakitan..tolong selamatkan aku,” PM menangis.

Hong Joo muncul membawa pot tempat roh PM. Ibu Suri bertanya dengan marah apa yang akan diperbuat Hong Joo sekarang.

Hong Joo menggerakkan tangannya di atas pot itu. Putera Mahkota memegangi lehernya dan terlihat kesakitan.

“Kau!!” seru Ibu Suri marah.

“Yang Mulia tidak membutuhkan Putera Mahkota, bukan?” ujar Hong Joo mengancam.

Ibu Suri berkata ia tidak akan lagi membiarkan Hong Joo mempermainkan keluarga kerajaan. Hong Joo bertanya itukah alasan Ibu Suri berpihak pada Hyun Seo. Untuk menghentikannya? Apa Ibu Suri hendak mencari puteri setelah mengurungnya dengan dijaga para pengawal?


“Hentikan sekarang juga!!” Seru Hyun Seo.

Hong Joo berhenti saat melihat Hyun Seo. Tapi ia mengeraskan hatinya dan kembali menggerakkan tangannya untuk menyakiti roh PM.

“Yang Mulia lebih memilih puteri daripada pangeran, bukan?”

“Jangan terpedaya olehnya,” Hyun Seo mengingatkan Ibu Suri.

Ia menghunus pedangnya. Tapi tatapn Hong Joo membuat tangan Hyun Seo menghitam dan ia tidak bisa mengendalikan tangannya. Hong Joo melarang Hyun Seo mendekatinya jika tidak mau berpihak padanya.

Ia terus menyiksa roh PM. Ibu Suri panik melihat keadaannya dan memohon agar Hong Joo berhenti. Hyun Seo berteriak meminta Ibu Suri tidak goyah.

Ia berusaha mengendalikan tangannya yang menghitam, lalu mengayunkan pedangnya menebas roh PM. Roh PM menjadi asap lalu masuk kembali ke dalam pot di tangan Hong Joo.


Ia menantang Hyun Seo untuk memecahkan pot itu. Dengan begitu roh PM akan berkeliaran selamanya di dunia ini. Ibu Suri nampak ketakutan.

“Terima kasih sudah menunjukkan padaku kartu paling berhargamu,” kata Hyun Seo.

Hong Joo mengaku kalah. Bagaimana jika Hyun Seo bunuh diri setelah membuat roh PM berkeliaran sendiri di alam lain selamanya? (hanya Hyun Seo dan PM Sunhoe yang bisa membunuh Seo Ri, dan hanya Seo Ri yang bisa menghentikan Hong Joo). Jadi ia akan menghancurkan sendiri pot itu. Ia bersiap menjatuhkan pot itu.

“Aku mengerti!” seru Ibu Suri. “Aku akan menghentikan perintah penahananmu dan membebaskan anak buahmu. Jadi kumohon jangan lakukan itu!”

Hyun Seo menurunkan pedangnya karena Ibu Suri  sudah mengatakan seperti itu. Hong Joo menyalahkan Hyun Seo yang tidak membunuh puteri sejak dulu hingga terjadi hal seperti ini.

“Pikirkan baik-baik siapa yang hendak menyelamatkan Putera Mahkota dan siapa yang hendak menghentikannya,” katanya pada Ibu Suri.


Seo Ri seakan tak percaya melihat lilin menyala di luil Chungbing. Yo Gwang bingung kenapa lilin itu menyala sendiri. Apa Seo Ri membuat keinginan seseorang terkabul tanpa sepengetahuannya? Seo Ri menggeleng, tapi lalu ia teringat Jun meminum ramuan pelihat hantu.

“Ada seseorang yang meminum ramuanku,” kata Seo Ri.

Jun terkejut saat Seo Ri dan Yo Gwang tiba-tiba mengerubunginya dengan gembira.
“Berkat kau lilinku menyala,” kata Seo Ri tersenyum.

“Kita sekarang bisa menyalakan lilin tanpa plakat keinginan,” kata Yo Gwang.

Jun ikut senang mendengarnya.  Ia berkata ia senang bisa membantu. Apalagi setelah melihat senyum lebar Seo Ri.

“Tapi sekarang kita harus mencari tahu cara mendapatkan keinginan orang-orang pada kita. Kita tidak bisa berkeliling menanyakan pada mereka apa keinginan mereka,” kata Yo Gwang khawatir.

“Tidak bisakah kita mengkhawatirkan itu nanti? Aku sedang sangat senang saat ini,” kata Seo Ri terus tersenyum.


Poong Yeon berada dalam dilema memikirkan permintaan Raja padanya untuk menginvestigasi ayahnya dan mencari puteri. Hmmm…apa Poong Yeon sama sekali tidak terpikir kalau puteri yang hilang itu adalah Yeon Hee?

Hyun Seo menyelidiki kaitan antara PM Sunhoe dan Raja Seonjo. Raja Seonjo terlahir di hari kerbau jam 3-5 subuh. PM Sunhoe terlahir di hari ular pada rentang jam yang sama. Ular, ayam, dan kerbau bersatu untuk menghasilkan energi fisik. Sedangkan macan, kuda, dan anjing bersatu untuk menghasilkan kekuatan spiritual.

Berdasarkan perhitungannya, tubuh dan jiwa PM Sunhoe dan Raja Seonjo dapat bersatu pada hari ayam jam 7-9 malam. Hyun Seo menemukan apa yang hendak dilakukan Hong Joo.


Seo Ri mendapati dirinya terikat di atas sebuah dipan dalam sebuah ruangan. Rambutnya memutih dan ia mendengar ada seseorang yang berjalan menghampirinya. Ia berusaha meronta  namun tak bisa melepaskan diri.

Raja Seonjo menyibak tirai demi tirai menuju tempat Seo Ri terbaring. Namun ketika tirai terakhir terbuka, PM Sunhoe yang muncul. PM Sunhoe mengeluarkan sebilah pisau lalu menancapkannya ke tubuh Seo Ri.

Seo Ri berteriak keras dan terbangun. Mimpinya terasa sangat nyata hingga ia memeriksa apakah benar itu hanya mimpi.


Ia termenung hingga pagi. Lalu ia membuka sebuah kotak yang berisi lonceng Poong Yeon.
Ketika ia keluar, ia melihat Yo Gwang hendak pergi. Yo Gwang berkata ia akan perfi ke kuil Taeil untuk mencaritahu bagaimana cara menyalakan lilin dengan tulus.

Seo Ri memberitahu Yo Gwang kalau ia sudah memutuskan akan membawa Poong Yeon ke kuil Chungbing saat mereka bertemu hari ini.


Poong Yeon nampak gelisah saat akan bertemu Yeon Hee hari ini. Ia sibuk mencari barang yang bisa diberikan pada Yeon Hee. Ia hendak membelikan jepit rambut namun tidak tahu bagaimana memilihnya. Akhirnya ia menyuruh Sol Gae yang memilihkan.

Sol Gae mengambil jepit rambut bunga putih dan memberikannya pada Poong Yeon. Lalu ia mengambil sebuah jepit daun. Poong Yeon bertanya apa Sol Gae menginginkan jepit tersebut.

“Tidak, untuk apa  aku menggunakannya,” kilah Sol Gae cepat-cepat sambil berlalu pergi.

Poong Yeon juga hendak membelikan hanbol untuk Yeon Hee namun ia tidak tahu ukurannya. Ia menyorongkan Sol Gae untuk diambil ukurannya. Sol Gae terpaksa menurut.


Jun mendadak menolak menemani Seo Ri bertemu dengan Poong Yeon. Jun berkata ia tidak mau pergi karena takut pada hantu. Segala macam hantu ada di dunia ini  dan yang paling menakutkan adalah hantu perawan tua.

“Kemarin kau kan bilang tanda pelihat hantumu sudah lenyap,” ujar Seo Ri.

“Ah kenapa perutku mendadak sakit,” tiba-tiba Jun memegangi perutnya.

Seo Ri tahu Jun berbohong. Ia berkata tidak bisakah Jun membantunya keluar karena ia juga sudah menemani Jun keluar. Akhirnya Jun mengalah dan berkata ia akan pergi. Tapi ia ingin Yeon Hee berbicara tak formal padanya.

“Kita tidak sedekat itu,” ujar Seo Ri cuek. Jun cemberut.


Poong Yeon sudah tiba lebih dulu di tempat pertemuan, diikuti Sol Gae. Poong Yeon terlihat banyak pikiran dan tidak mempedulikan keadaan sekelilingnya hingga Sol Gae agak kesal. Sol Gae meminta Poong Yeon menunggu di sana. Ia akan pergi mengambil pakaian yang tadi mereka beli.

Baru beberapa langkah, Poong Yeon memanggil Sol Gae. Ia memberikan jepit rambut daun yang tadi dilihat Sol Gae.

“Aku yakin suatu hari nanti kau akan menggunakannya,” katanya sambil tersenyum.

Sol Gae terdiam beberapa saat. Akhirnya ia pergi.


Tukang pakaian memaksa Sol Gae mencoba lebih dulu pakaian yang ia buat. Sol Gae awalnya menolak tapi lalu ia mencobanya.

Saat ia sedang berpakaian, di pundaknya terlihat ada sebuah tanda. Tanda yang sama dengan tanda yang ditunjuk Man Wol di tanah. Dan di dekat pundak Sol Gae ada bekas sabetan pedang yang cukup dalam. O…ow….

Sol Gae mengenakan pakaian itu lalu mencoba jepit pemberian Poong Yeon. Untuk sesaat ia menikmati melihat dirinya dalam cermin, seperti wanita pada umumnya. Tapi kemudian ia melepaskan jepit itu, seakan menyadari ini tidak seperti dirinya yang biasanya.


Hyun Seo menemui Ibu Suri dan memberitahu apa yang sudah ia temukan. Ia berkata takdir PM Sunhoe dan Raja Seonjo sangat cocok.  Ia menduga karena itulah Hong Joo mendekati Raja Seonjo.

“Aku melihat PM Sunhoe melalui tubuh Yang Mulia. Hong Joo berkata ia akan menempatkan PM di atas tahta. Ia mungkin berencana untuk mengambil alih tahta,” kata Ibu Suri.

Hyun Seo berkata rencana itu hanya bisa berhasil jika Hong Joo melakukan sesuatu. Yaitu membuat PM Sunhoe membunuh puteri. Ibu Suri terkejut. Kenapa PM harus membunuh saudara kembarnya sendiri?

Hyun Seo berkata karena hanya PM Sunhoe yang bisa membunuh puteri. Dan jika itu terjadi, kutukan puteri akan mengenai keluarga kerajaan.

“Kenapa anak-anakku haru mengalami hal yang begitu mengerikan? Kenapa Boo-ku harus mengalami hal seperti ini setelah kematiannya? Boo-ku yang malang….Puteraku yang malang….” Ibu Suri menangis.

“Takdir mereka akan bertemu pada hari ayam jam 7-9 malam. Sebelum waktu itu, Hong Joo akan berusaha membawa puteri ke istana.”

Ibu Suri bertanya apa yang harus mereka lakukan sekarang. Dengan putus asa ia berkata mungkin ia tidak bisa membantu apapun. Hyun Seo berkata mereka harus menghentikan Hong Joo. Tapi Ibu Suri tidak yakin Hyun Seo bisa menghentikan Hong Joo dengan tubuh melemah seperti sekarang.

“Ini bukanlah apa-apa. Saya tidak bisa mengatakannya sekarang, tapi ada seseorang yang akan menyerahkan hidupnya demi puteri. Ia akan membebaskan kutukan untuk puteri,” kata Hyun Seo.

Ibu Suri meminta Hyun Seo memastikan semua ini terjadi.


Di sisi lain, Hong Joo berkata pada Raja Seonjo kalau mereka akan mengadakan ritual untuk membersihkan kutukan begitu puteri ditemukan. Selama ritual itu dijalankan, Raja Seonjo harus meminjamkan tubuhnya.

Raja terkejut. Apa maksudnya dengan meminjamkan tubuhnya? Hong Joo berbohong ia juga harus menghilangkan energi jahat yang berada dalam tubuh Raja.

“Anggap saja sebagai tidur siang yang lama dan nyenyak. Begitu Yang Mulia bangun, penyakit Yang Mulia sudah sembuh. Yang Mulia akan merasa seperti terlahir kembali.”

“Jika aku melakukan apa yang kaukatakan, apakah akan mengakhiri rasa sakit ini?” tanya Raja Seonjo.

“Ya, Yang Mulia.”


Yo Gwang gembira ketika ia mengetahui Hyun Seo masih hidup dan telah kembali. Hyun Seo memuji Yo Gwang karena sudah melindungi Yeon Hee selama ini.

Yo Gwang menggeleng dengan sedih. Karena kecerobohannya, rangkaian jimat di kuil Chungbing hancur. Hyun Seo berkata rangkaian jimat itu tidak hancur karena Yo Gwang.

“Aku yang melakukannya.”

Yo Gwang terkejut.

“Pria di sisi Yeon Hee adalah jimatnya, bukan?: tanya Hyun Seo.

Yo Gwang terkejut. Apa Hyun Seo sudah melihat Jun? Ia berkata tidak tahu bagaimana Jun bisa memperoleh lambang tersebut.

“Untunglah,” kata Hyun Seo. Ia meminta Yo Gwang melakukan sesuatu untuknya.


Jun berjalan asal-asalan di belakang Seo Ri hingga Seo Ri bertanya apa Jun akan bersikap seperti ini sepanjang perjalanan.

“Jangan pedulikan aku. Kita kan tidak sedekat itu,” sindir Jun. Yeee…ada yang ngambek ;p

“Apa kau ingin aku membuatkan bola-bola nasi nanti? Saat orang merasa murung, mereka akan merasa lebih baik setelah makan. Mungkin sesuatu yang manis akan lebih baik.”

“Itu tidak akan membuatku merasa lebih baik,” ujar Jun.

“Arak beras manis?” Seo Ri tersenyum manis pada Jun.

Jun yang malang tidak bisa lama-lama ngambek karena senyum Seo Ri. Ia langsung ikut tersenyum.

“Kau merasa lebih baik setelah memikirkan makanan, kan?” Seo Ri senang Jun kembali tersenyum.

“Iya, sangat senang,” Jun terus tersenyum.


Tiba-tiba seseorang berpenutup wajah hitam muncul dari balik semak-semak lalu melemparkan pisau kecil ke arah Jun. Pisau itu menyerempet bahu Jun. Astaga….jangan sampai luka pisau kecil disangka luka sabetan Poong Yeon nantinya >,<

Jun membawa Seo Ri melarikan diri untuk menghindari serangan orang itu.

Poong Yeon melihat mereka dari kejauhan dan langsung mengejar mereka. Sol Gae yang baru tiba melihat Poong Yeon sedang berlari ke arah hutan. Ia melihat bungkusan kain yang dibawanya.

Jun mendorong Seo Ri untuk menghindari serangan pisau. Lalu orang itu melemparkan bom asap ke antara Seo Ri dan Jun. Akibatnya keduanya kesulitan untuk melihat.

Orang berpenutup wajah itu menyerang Heo Jun. Keduanya jatuh berguling-guling ke bawah.

Seo Ri kebingungan saat tidak menemukan Jun di sekelilingnya.


Jun berusaha naik untuk kembali pada Seo Ri, tapi turunan itu terlalu curam. Sementara penyerang mereka berhasil naik ke atas dan membuka penutup wajahnya. Yo Gwang.

Kilas balik pada permintaan Hyun Seo malam itu. Hyun Seo berkata Hong Joo sudah semakin dekat dengan kuil Chungbing. Hanya masalah waktu sebelum Hong Joo menemuikan Yeon Hee. Ia menyuruh Yo Gwang memisahkan Yeon Hee sementara dari Jun.

“Biarkan Poong Yeon melihat kutukan Yeon Hee.  Jika perasaannya tidak berubah setelah melihat kutukan Yeon Hee, ia akan menjadi orang terakhir yang bisa mematahkan kutukan Yeon Hee."


Yeon Hee mencari-cari Jun dan terus memanggil namanya (biasanya Yeon Hee memanggil Jun dengan sebutan ‘sunbae-nim’, panggilan formal untuk kakak senior).

“Yeon Hee….”

Yeon Hee berbalik dan terkejut melihat Poong Yeon.

Mengapa Hyun Seo ingin Poong Yeon melihat kutukan Yeon Hee? Karena pada lembar terakhir Mauigeumseo, dikatakan bahwa pengorbanan cinta sejati yang bisa menyalakan lilin terakhir.

Selama ini ia menyembunyikan halaman terakhir itu untuk melindungi Poong Yeon. Tapi jika ini takdir Poong Yeon, maka ia tidak bisa menghalanginya.

“Ayahmu akan mengantarmu pada kematianmu,” batinnya sedih.

Di suatu tempat di dalam hutan, Sol Gae berganti pakaian. Ia mengenakan pakaian dan topeng si Jubah Merah.


Poong Yeon bertanya apa yang dilakukan Yeon Hee di tempat ini. Ia menarik tangan Yeon Hee untuk ikut bersamanya. Tapi Yeon Hee merasakan sesuatu. Ia terdiam dan menarik tangannya.

Tanda kutukan di lehernya menyala. Rambutnya pelan-pelan memutih. Poong Yeon tertegun melihat peristiwa itu. Tanpa sadar ia melangkah mundur. Air mata Yeon Hee mengalir.


Si Jubah Merah muncul dari balik pepohonan dan berjalan ke arah mereka. Poong Yeon mengeluarkan senjatanya. Tapi kutukan Yeon Hee membuatnya melemah. Tanda kutukan muncul di belakang lehernya.

Yeon Hee menoleh melihat si Jubah Merah. Jubah Merah menghunus pedangnya dan hendak menyerang. Mata Yeon Hee berubah warna menjadi abu-abu.

Ia menatap si Jubah Merah. Jubah Merah terlontar ke belakang. Dengan kekuatannya, Yeon Hee membuat Jubah Merah melayang di udara.


“Yeon Hee…” panggil Poong Yeon.

Mata Yeon Hee kembali normal. Ia menoleh dan hendak mendekati Poong Yeon. Tapi Poong Yeon merangkak menjauh seakan takut pada Yeon Hee. Yeon Hee terhenyak. Poong Yeon terlihat kesakitan.

Jubah Merah jatuh ke tanah. Ia melemparkan pisau ke arah Yeon Hee. Pisau itu menancap di punggung Yeon Hee.  Pada pisau itu sepertinya terpasang kertas mantra atau jimat. Yeon Hee tersungkur ke tanah.

Namun yang membuatnya terpukul bukanlah senjata itu, melainkan reaksi Poong Yeon saat melihat dirinya.


Yo Gwang tiba di tempat itu, namun ia hanya melihat Poong Yeon membungkuk di tanah. Beberapa saat kemudian Jun tiba. Ia melihat Yeon Hee dipanggul si Jubah Merah.

“Yeon Hee!!” teriaknya.


Ia langsung berlari mengejar disusul oleh Yo Gwang. Tanda kutukan di belakang telinga Poong Yeon perlahan memudar. Ia segera bangkit dan ikut mengejar.

Sayangnya…Yeon Hee berhasil dibawa ke tempat Hong Joo. Ia terbangun dalam keadaan terikat di atas semua dipan. Persis seperti yang ia lihat dalam mimpinya.

Tirai terbuka. Hong Joo tersenyum padanya.

“Lama tak jumpa, anakku. Kulihat kau belum lupa padaku.”


Komentar:

Jika aku menjadi Poong Yeon aku juga akan frustrasi dan kesal. Ia tidak pernah diberitahu dengan jelas mengenai apa yang terjadi. Baik ayahnya dan Yo Gwang hanya mengatakan “ada alasannya”. Apa sulitnya mengatakan apa alasannya?

Sepertinya Hyun Seo akhirnya memperlihatkan kutukan Yeon Hee pada Poong Yeon karena Poong Yeon dengan tegas berkata ia rela mati demi Yeon Hee dan tidak ada yang bisa mengubah perasaannya.

Tapi, Poong Yeon juga rela mati demi Raja Seonjo kan? Jika ia tahu sang puteri adalah Yeon Hee, kira-kira apa yang akan dilakukan Poong Yeon? Apakah sama seperti yang pernah ayahnya lakukan, menyembunyikan Yeon Hee?

Lalu yang kukhawatirkan mengenai Poong Yeon adalah ia sepertinya memiliki perasaan tidak suka pada Jun sejak awal mereka bertemu. Entah karena cemburu, entah karena ia sudah menilai Jun memiliki hubungan dengan Si Jubah Merah. Kira-kira apa yang akan ia lakukan jika ia tahu Jun adalah jimat Yeon Hee dan harus selalu berada di dekatnya?

Di satu sisi aku senang Yeon Hee bisa memperlihatkan kekuatannya, karena dengan begitu kita tahu ia lawan yang seimbang dengan Hong Joo. Dan lagi Hyun Seo juga menginginkan Yeon Hee berhenti bersembunyi. Masalahnya, kutukan Seo Ri juga berimbas pada Poong Yeon. Setiap kali kutukan itu aktif maka Poong Yeon juga akan menderita.

Menurutku Poong Yeon terlalu terkejut melihat perubahan Yeon Hee sehingga ia bergerak menjauh. Seakan ia tidak bisa menerima apa yang terjadi. Tapi dilihat dari  
kepribadiannya, kurasa Poong Yeon tidak akan meninggalkan Yeon Hee karena kutukan itu.

Akhirnya terjawab sudah kalau si Jubah Merah adalah Sol Gae. Pertanyaannya adalah apakah ia  menjadi Jubah Merah dalam keadaan sadar, atau ia berada di bawah pengaruh sihir Hong Joo? Karena rasanya aneh gadis seperti Sol Gae memiliki kekuatan untuk membopong Seo Ri dan berlari secepat itu.

Ibu Suri juga cukup membingungkan dengan pikirannya yang plin-plan. Ia ingin menghentikan Hong Joo tapi selalu lemah setiap kali Hong Joo mengeluarkan kartu as-nya, yaitu PM Sunhoe. Bahkan saat Hyun Seo memberitahu kalau Hong Joo ingin PM Sunhoe membunuh Puteri, yang ditangisi Ibu Suri hanyalah PM Sunhoe ckckck…..

Aku jadi bertanya-tanya sebenarnya apa kekuatan Hyun Seo dibandingkan dengan Hong Joo. Apakah Hyun Seo tidak bisa menggunakan doa atau ritual untuk membuat roh PM Sunhoe tenang di alam baka? Atau tidak adakah cara untuk merebut roh PM Sunhoe dari Hong Joo?

Perpisahan Jun dan ibunya sungguh mengharukan. Ibu Jun tidak mengatakan apapun, tapi dari belaiannya ia seakan menyampaikan kalau Jun sudah melakukan yang benar dengan tidak membunuh Heo Ok. Dan bahwa kematiannya bukanlah kesalahan Jun. Dan ia tahu Jun akan baik-baik saja meski tanpa dirinya.

Sekarang mengenai lilin yang menyala. Hehe…maaf panjang ^^

Apakah seseorang harus meminum ramuan Seo Ri dan keinginannya dikabulkan baru lilin di kuil Chungbing menyala? Bukankah keinginan Poong Yeon juga terkabul dengan bertemunya ia dengan Yeon Hee dan ayahnya? Tapi lilin itu menyala setelah pertemuan Jun dan ibunya. Dan Seo Ri menganggap lilin itu menyala karena Jun.

Lalu bagaimana dengan lilin terakhir yang disebutkan dalam lembaran terakhir Mauigeumseo? Pengorbanan cinta sejati yang akan membuat lilin terakhir menyala.
Jelas Heo Jun tidak akan mati dan hidup lama. Begitu juga Raja Seonjo. Lalu kira-kira siapa? Poong Yeon? Seo Ri? Atau jangan-jangan Hong Joo dan Hyun Seo? Yang pasti aku berharap happy ending ;p


12 komentar:

  1. Aaaaahhhhh,,,, mAkin gak sabar nunggu kelanjutan sinopsisnyA,,,, fighting mbak fanny

    BalasHapus
  2. Poong yeon sama bapaknya sama sama teka teki mbak

    Kita ga bisa liat perasaan mereka kayak kitangeliat perasaan jun hahahaha
    Kurang suka ibh suri emang dari awal, sampesekarang blm ngerasa dja kangen putri cantiknya
    Gimana ya kalonanti seo riketemu ibunya??
    Aih...jun ah kayak enrique jamanjoseon lol

    BalasHapus
  3. Wawwwww daebaaak daebak mba fanny komentarnya... udah ga bisa ngomong apa2 lg.. mba fanny... fighting. .. ajha ajha...!!

    BalasHapus
  4. Gpp mba panjang2 jg,justru pling suka ama komennya mba fani,jd lbih jelas lg ama ceritanya hehehe.. Mksih y mba,ditunggu slnjutnya

    BalasHapus
  5. Mksh mbk bwt sinopsis nya...
    Gk sbar nunggu lnjutannya...
    Fighting!!

    BalasHapus
  6. Fighting mbak fanny....
    Di tunggu next nya...

    BalasHapus
  7. hwaiting kak,,,nggk sabar nunggu lanjutannya

    BalasHapus
  8. Nungguin lanjutannya nih kak. Semangat ya

    BalasHapus
  9. Semangat mbak fanny! Ditunggu episode selanjutnya.. Segera ya mbak hehe ^^ udah penasaran banget nih :D

    BalasHapus
  10. salam kenal kak, ( pendatang baru), smangat kak tulisnya, tdk sabar baca selanjutnya. :)

    BalasHapus
  11. salam kenal kak, ( pendatang baru), smangat kak tulisnya, tdk sabar baca selanjutnya. :)

    BalasHapus

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)