Rabu, 22 Februari 2012

Novel VS Drama The Moon that Embraces The Sun (Bagian 2)

131

Setelah Yeon-woo mendapatkan kembali ingatannya maka kita bisa lebih membandingkan drama ini dengan novelnya karena situasinya sekarang sama. Wol menyembunyikan jati dirinya sebagai Yeon-woo.

Mengenai pembalasan dendam Yeon-woo, aku belum melihat indikasi itu dalam novelnya. Mungkin karena selama ini bagian yang diterjemahkan hanyalah mengenai Hwon dan Wol. Sama sekali tidak membicarakan konspirasi para menteri, Ibu Suri, maupun Yang Myung. Oleh karena itu aku tidak bisa membahas apakah Yeon-woo akan membalas dendam atau tidak.

Melihat karakter Yeon-woo, sulit membayangkan dia membalas dendam. Tapi kemungkinan itu ada karena mungkin saja seperti Yang Myung yang merasa terdesak hingga mengeluarkan sisi gelapnya, Yeon-woo pun demikian. Walau aku sangat berharap hal itu tidak terjadi. Tinggal 6 episode lagi dan begitu banyak hal yang masih tertutupi, rasanya terlalu lambat jika Yeon-woo merencanakan balas dendam.

Ok, kembali pada novelnya. Terakhir kali dalam Novel Vs Drama bagian 1, adalah mengenai kematian mantan kasim kepala.

PS: maaf piku-pikunya dikit banget soalnya ngga ada dalam dramanya^^

Dalam novelnya, mantan kasim kepala bunuh diri setelah menemui Hwon di istana dan hal itu diketahui oleh para menteri. Sedangkan dalam dramanya, tidak ada yang mengetahui Hwon mencari mantan kasim kepala itu kecuali Woon dan kasim Hyung. Karena itu dalam bab 16 novelnya, para menteri mempertanyakan penyebab kematian mantan kasim kepala.

Seorang menteri mencoba menanyakan hal ini pada Hwon. Hwon dengan tenang berkata pastinya mereka sudah mendengar kalau mantan kasim kepala bunuh diri tanpa ada sebabnya. Mereka berkata bagaimana bisa Hwon tidak tahu penyebabnya padahal mantan kasim kepala baru saja menemui Hwon di istana pagi hari ini.

Hwon melihat petugas Euigeumbu dan menteri hukum. Ia memutar otak siapa yang akan ditugaskannya untuk menyelidiki kematian mantan kasim kepala. Akhirnya ia berkata ia benar-benar tidak tahu alasannya dan memerintahkan Euigeumbu menyelidiki kematian mantan kasim kepala.

Para menteri protes, bukankah seharusnya Hwon menugaskan Menteri Hukum. Hwon marah tapi ia menahan kemarahannya (ia marah karena menteri mempertanyakan wewenangnya). Ia bekata kematian mantan kasim kepala tidak ada hubungannya dengan pelanggaran hukum jadi ia memerintahkan Euigeumbu untuk menyelidikinya.

Para menteri terlihat tidak setuju. Hwon melihat reaksi para menteri dan bangkit berdiri untuk kembali ke kediamannya.

MP-00645 MP-00649

Di kediamannya, Hwon tidak bisa menahan kemarahannya. Ia melempar mahkotanya ke lantai (mungkin ikseongwan/ topi kerajaan). Kasim Hyung panik dan segera memungut topi itu. Ia meminta Hwon segera memakainya kembali.

Hwon tidak mempedulikannya sementara para dayangnya bersimpati melihat Hwon seperti itu. Hwon mondar mandir untuk meredakan kemarahannya.

Lalu ia berkata pada Woon yang seperti biasa berdiri di ujung kamarnya, bahwa mungkin ini (kematian mantan kasim kepala) adalah hal baik. Woon tidak berkata apa-apa tapi Hwon tahu Woon berpikiran sama dengannya.

Hwon memerintahkan kasim Hyung untuk membawa semua buku yang ditulis oleh cendekiawan Sungkyungkwan. Ia ingin mencari seseorang yang bisa ia percaya untuk menyelidiki kematian mantan kasim kepala sekaligus kematian Yeon-woo. Tiba-tiba ia teringat sarjana Sungkyungkwan yang pernah membantunya dalam masalah seleksi Puteri Mahkota. Ia memutuskan memerintahkan sarjana itu (Hong Gyu-tae) untuk menyelidiki.

Hwon berada dalam dilema. Ketika ia memikirkan Yeon-woo, ia merasa bersalah pada Wol. Ketika ia memikirkan Wol, ia merasa bersalah pada Yeon-woo.

Hwon melihat Wol yang membiarkan rambutnya terurai. Wol tidak berani menatap Hwon karena Hwon belum berpakaian lengkap (mungkin masih mengenakan pakaian lapisan dalam, belum mengenakan jubah luar). Hwon membuka tangannya dan menyuruh Wol masuk dalam pelukannya.

Tapi Wol kali ini tak bergeming. Walau Hwon memerintahkannya untuk kedua kalinya, Wol tetap duduk diam. Hwon menghela nafas panjang dan menurunkan tangannya. Ia tahu Wol sebenarnya ingin menghambur dalam pelukannya tapi tak bisa.

Hwon bertanya apakah Wol tahu kalau kemarin Hwon pergi ke Seongsucheong untuk mencarinya. Wol tetap berdiam diri seribu bahasa.

Wol merasa menyesal telah memperlihatkan perasaannya pada Hwon kemarin (saat mereka berjalan-jalan). Ia meyakinkan dirinya bahwa hal seperti itu tidak boleh terjadi lagi. Yeon-woo telah mati dan sekarang hanya ada Wol. Karena Yeon-woo tidak bisa hidup sebagai dirinya maka ia hanya bisa menjadi seorang shaman.

Hwon berkata tadinya ia mengira semua shaman berpakaian putih tapi ternyata tidak, hanya Wol yang mengenakannya. Ia bertanya apa alasannya, apakah karena Wol adalah shaman yang menyerap energi jahat. Atau memang keinginan Wol untuk mengenakan pakaian putih.

Wol tetap diam. Hwon melihat bulan lalu tersenyum sedih. “Ketika aku pertama kali melihatmu dalam pakaian putih, aku memikirkan sesuatu. Setelah pemilihan puteri mahkota, gadis yang dieliminasi harus mengenakan pakaian berkabung berwarna putih selama sisa hidup mereka. Karena itu setiap kali aku melihat wanita berpakaian putih, aku berpikir wanita itu milikku meski aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Sama seperti aku mengetahui seorang Raja tidak bisa bersama dengan seorang shaman.”

Hwon terus memperhatikan wajah Wol, berharap melihat suatu ekspresi di sana. Itu karena Hwon melihat ekspresi seorang wanita kemarin dan ia berharap ia melihat ekspresi yang sama hari ini. Tapi hari ini wajah Wol tetap tenang bahkan ia tidak mengangkat wajahnya.

“Melihatmu seperti ini, aku merasa seakan pernah melihatmu sebelumnya. Sejak pertama aku melihatmu, aku merasa wajahmu tidak asing. Mungkin ini adalah takdir,” ujar Hwon.

Woon, yang selama ini duduk di sudut kamar, juga merasa wajah Wol tidak asing. Woon tahu Wol mirip dengan siapa. Ia mirip dengan Yeom. Tapi Woon berusaha mengenyahkan pikiran itu. Semakin ia merasa Wol mirip Yeom, semakin ia berpikir Wol dan Yeon-woo adalah orang yang sama.

Woon berpikir Yeon-woo benar-benar sudah mati dan orang yang mengubur Yeon-woo adalah uibin (Yeom) sendiri. Satu lagi perbedaan dengan dramanya. Dalam drama, Yeom bahkan tidak ada saat Yeon-woo meninggal.

Ketika itu Yeom ingin ikut dengan Yeon-woo (Awww…ia ingin ikut mati bersama Yeon-woo). Karena itu Yang Myung dan Woon menjaganya 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Saat itupun Woon merasa ada yang aneh. Mengapa mereka tidak menunggu 3 hari untuk menguburkan Yeon-woo (Biasanya orang menunggu selama 3 hari sebelum mengubur seseorang karena siapa tahu orang itu bangun, mungkin khawatir orang mati itu hanya mati suri).

Saat itu Yeom juga mempertanyakan mengapa Yeon-woo dikubur bahkan tanpa menunggu sehari saja. Woon pun merasa aneh saat itu tapi karena mereka masih sangat muda dan tidak mengerti proses penguburan maka ia pikir semua baik-baik saja.

Saat Woon memikirkan semua itu, Hwon terus mengajak bicara Wol. Ia berkata apa gunanya ia memiliki banyak uang emas, ia bahkan tidak bisa mengganti sepatu jerami Wol dengan sepatu yang lebih baik dan tidak bisa mengganti pakaian berkabung Wol dengan Dang Yi (pakaian Cina kuno). Ia meminta maaf pada Wol.

Hwon tidak berpikir seperti Woon. Pikiran Hwon hanya dipenuhi dengan Wol. Ia ingin memberi Wol sesuatu. Apapun tidak masalah asalkan ia bisa memberi sesuatu padanya. Ia menyuruh kasim Hyung mengambilkan gayageumnya. Setidaknya, ia ingin memberi sebuah melodi untuk didengar Wol.

Samar-samar mata Wol bergerak gelisah tapi Hwon tidak melihatnya. Wol tahu Hwon dapat memainkan gayageum dengan baik (hmmm…kurasa adegan ini tidak akan ada dalam dramanya. Hwon memainkan gayageum? Mending nyanyi aja ya, Sam-dong versi Joseon hehehe^^)

Namun saat Hwon mulai memainkan gayageum, ia memikrkan Yeon-woo. Sesekali ia melirik Wol tapi Wol tetap tak berekspresi. Ia mulai khawatir Wol tidak suka mendengar gayageum.

Ia menanyakan pendapat Wol. Wol dengan singkat menjawab gayageum itu dimainkan dengan baik. Itu adalah jawaban seorang shaman. Ia harus menjawab karena jika tidak maka ia akan dianggap tidak sopan.

Wol membuka mulutnya tapi tiba-tiba ia merasa ingin menangis sehingga ia menutup mulutnya kembali rapat-rapat. Untuk mencegah dirinya menangis, ia mengatupkan giginya dan mengigit bibirnya. Ia tidak ingin memperlihatkan perasaannya lagi.

Hwon melihat itu dan ia pun berusaha menyembunyikan kepedihan dari wajahnya. Ia berkata ia tidak akan menanyakan alasan air mata Wol.

Setetes air mata Wol jatuh. Walau hanya setetes, Hwon tersentuh dan anehnya sedikit meredakan kepedihannya. Ia ingin Wol terus menangis (untuk mengeluarkan kesedihannya) sehingga ia kembali memainkan gayageum. Walau air mata itu milik Wol namun tangisan itu datang dari gayageum yang dimainkan Hwon.

MP-00650 MP-00654

Malam itu Wol tetap berjaga di sisi Hwon saat Hwon tidur. Ketika kembali ke Seongsucheong, ia disambut oleh Seul. Shaman Jang masuk ke kamar Wol. Wol tersenyum pahit pada shaman Jang. Shaman Jang berkata ia sebenarnya tidak mau datang karena senyum Wol.

Wol berkata ia akhirnya mengerti mengapa shaman Jang berkata menjadi seorang shaman lebih buruk daripada mati. Ia tidak mengerti mengapa perasaan manusia bertambah dan bukannya berkurang (artinya ia semakin mencintai Hwon). Shaman Jang berkata itu semakin banyak air mata yang akan Wol curahkan. Jika perasaan Wol berkurang maka akan semakin sedikit air mata.

Dalam keputusasaannya Wol meminta shaman Jang menutup matanya (membunuhnya). Bisakah shaman Jang menghilangkan Wol dari pikiran Yang Mulia dan membunuh Wol. Yeon-woo sudah tidak ada, jika Wol tidak ada maka Hwon akan semakin nenderita. Jadi sebaiknya ia dihilangkan dari ingatan Hwon dan semuanya akan baik-baik saja. Jika tidak bisa, bisakah shaman Jang menghilangkan ingatan Yeon-woo dari pikiran Wol (justru ini yang terjadi pada dramanya dan tidak mengurangi kepedihan Wol sama sekali).

Seul memegangi tangan Wol, berharap bisa berbagi kesedihan dengan Wol dan menguranginya.

“Di tanah Hanyang ini, aku bahkan tidak bisa menemui ibu dan kakakku yang sangat kurindukan. Apakah ibuku telah menua atau apakah kakakku bertambah tampan? Aku bahkan tidak bisa melihat mereka. Aku tidak tahu di mana kubur ayahku. Jadi, jika aku tidak menyimpan ingatan ini, perasaanku akan berkurang. Jika Ibu sanggup, bisakah hilangkan semua ingatan ini untukku?”

Shaman Jang menghela nafas panjang. Jika ia bisa melakukannya maka ia akan menghilangkan ingatannya sendiri terlebih dulu. Shaman Jang meninggalkan kamar Wol diikuti Seul. Shaman Jang berpuisi mengenai kerinduan sepihak Seul pada Yeom.

Menjelang pagi, tiba-tiba turun salju. Para dayang harus membersihkan salju di jalan yang akan dilalui Hwon menuju aula istana. Ketika Hwon melihat salju di tanah, ia mengeryit.

“Sejak kapan turun salju?”

“Setelah Yang Mulia bangun tidur,”

Hwon lega mendengarnya. Jika salju turun sebelum Wol pergi dari kediamannya, artinya Wol harus berjalan melewati salju itu dan dengan sepatu yang dikenakan Wol maka pasti kaki Wol akan kedinginan dan menjadi basah.

Tuh kan, Hwon dalam novel dan dalam drama jauh berbeda. Jika dalam novel Hwon sangat terbuka ingin menyatakan perasaannya pada Wol, dalam drama Hwon lebih “dingin” namun dengan demikian dalamnya perasaan Hwon pada Wol malah lebih terlihat melalui ekspresi wajah Hwon saat melihat Wol.

Salah satu kesulitanku menerjemahkan novel ini adalah karena minimnya sumber dan informasi mengenai urutan peristiwa yang terjadi. Ada satu terjemahan mengenai guna-guna yang digunakan pendeta Hyegak pada Hwon untuk mencegah malam pernikahan.

HP MP-00657

Sama seperti dalam dramanya, Hwon terkena guna-guna saat malam pernikahan dan jatuh pingsan. Hwon segera dibawa kembali ke kediamannya dan mulai sadarkan diri.

Woon bertanya pada para pelayan apa yang menyebabkan Hwon seperti itu. Para dayang ketakutan dan berkata Hwon mendadak sakit saat malam pernikahan.

Ketiga profesor dari departemen astrologi menanyakan keadaan Hwon. Hwon berkata ia baik-baik saja, tadinya ia berpikir ia akan mati dan ia tidak sedang berpura-pura. Seorang profesor berkata ketika gong dibunyikan (gong tanda Hwon pergi tidur), ada aura jahat yang datang dari suatu tempat.

Hwon menanyakan maksud perkataan profesor itu tapi karena ragu-ragu profesor itu tidak menjawab dengan sungguh-sungguh. Profesor fengshui berkata aura jahat itu ditujukan pada Hwon tapi hanya bertujuan membuat Hwon sakit sementara bukan untuk membunuh Hwon.

Hwon bertanya siapa yang membuat guna-guna itu dan apa motifnya. Tidak ada yang bisa menjawab. Hwon memerintahkan mereka menyelidikinya.

Para profesor itu menemui Wol di rumahnya. Seorang dari mereka bertanya apakah Wol merasakan sesuatu yang tidak beres (karena biasanya shaman peka terhadap semua jenis aura terutama aura jahat). Tapi Wol menjawab ia tidak merasakan apapun dan bertanya apa ada yang terjadi. Mereka berkata tidak ada apa-apa dan pergi meninggalkan Wol.

Salah satu dari mereka berhenti berjalan dan curiga mengapa sebagai jimat Raja, Wol tidak bisa mendeteksi kalau Raja sakit. Dan Wol bahkan tidak tahu apa yang terjadi pada Raja. Mereka jadi meragukan apakah Wol seorang shaman atau bukan. Untunglah seorang dari mereka yakin Wol adalah shaman betulan karena selama sebulan ia menjadi jimat Hwon, kesehatan Hwon hampir pulih sepenuhnya.

Dalam kamar Hwon, semua orang ragu-ragu untuk meninggalkan Hwon sendirian. Hwon meminta mereka kembali ke tempat masing-masing kecuali mereka semua ingin tidur di kamarnya.

Hwon memanggil Woon dan mengatakan sebuah puisi tentang melihat bulan kembali. Sepertinya ia senang ia gagal melakaankan malam pernikahan karena dengan demikian ia bisa melihat Wol kembali.

Woon tidak menjawab. Ia berharap Hwon bertemu kembali dengan Wol. Bukan, mungkin ia juga ingin melihat Wol lagi karena hari ini adalah hari terakhir Wol berada di istana dan dia tidak ingin kehilangan Wol. Ia ingin mengatakan sesuatu mengenai Istana Bulan Perak tapi terlalu banyak telinga di sana.

Karena itu Woon mengucapkan sebuah puisi Cina. Puisi ini menyatakan kerinduan mendalam pada seseorang.

Hwon terkejut dan melihat Woon. Woon tidak berkata apa-apa lagi, ia berharap Hwon mengerti perasaannya. Hwon menyikut lengan Woon sambil tesenyum hangat. Sejak kecil, ia selalu berharap mempunyai seorang teman yang bisa mengerti isi hatinya dan sekarang sepertinya ia telah menemukannya. Karena puisi Woon benar-benar tepat untuk menggambarkan perasaan Hwon saat ini.

Woon melihat bulan di luar jendela. Ia mencoba mengoreksi Hwon bahwa puisi itu adalah perasaannya sendiri tapi sebelum ia sempat bicara tiba-tiba Hwon batuk kembali. Setelah batuknya reda, Hwon meminta teh untuk membantunya tidur.

Setelah Hwon tidur, Wol dibawa masuk untuk berjaga di sisinya. Wol duduk diam seperti biasa di sisi Hwon. Woon memperhatkan Wol untuk terakhir kalinya.

MP-00662 MP-00668

Aku tidak tahu adegan tadi terdapat dalam bab berapa. Apakah sebelum bab 15-16 atau sesudahnya. Jika dramanya seperti novelnya, maka adegan guna-guna itu terjadi setelah bab 16. Karena keadaan Hwon sudah pulih maka ia harus mengadakan malam pernikahan dan jimat Wol tidak diperlukan lagi. Dan setelah malam itulah malapetaka mulai terjadi karena Wol dituduh mengguna-guna Hwon.

Namun satu pertanyaan muncul di benakku, apa yang dimaksud Woon mengenai rahasia Istana bulan Perak? Apakah Woon sudah tahu identitas Wol yang sebenarnya?

Drama versus Novel berikutnya akan membahas mengenai Yeom yang akhirnya mengetahui kalau Yeon-woo belum mati. Dan Hwon menyadari bahwa Wol adalah Yeon-woo dan menanyakannya langsung pada Wol. Jejejengg... 

Bagi yang ingin membaca beberapa bab novel ini, selain bab 1-6 yang sudah diterjemahkan oleh Dee Kutudrama dan Blue Belectricground, ada beberapa bab yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris (perhatian: bagian yang diterjemahkan hanya bagian Wol dan Hwon jadi tidak lengkap dan tidak berurutan).

Credit to: @redpinkboxes

http://www.twitlonger.com/show/fl1mld

http://www.twitlonger.com/show/fim37d

http://www.twitlonger.com/show/fo7uoc

http://www.twitlonger.com/show/fl2ub8

http://www.twitlonger.com/show/fl5b0j

http://www.twitlonger.com/show/fp5cas

http://www.twitlonger.com/show/fthv3c

8 komentar:

  1. mba, cepetan donk sinopsis 15nya... heheheheh

    BalasHapus
  2. semakin penasaran nih unnie fanny..... :)... aq jadi takut akhirnya sad ending,, hhu,,,,,,tetep semangat ya unnie bikin sinop+recap novelnya,, hhe,,,aq selalu ngikutin perkembangan drama ini dari awal,,,,gumawo unnie,,, :)

    BalasHapus
  3. agak bingung baca novel vs dramanya,mungkin karena terjmahannya kurng lngkap kali,yg pasti ditunggu sinopsis slanjutnya..^^

    BalasHapus
  4. sinopsis ep 15 n 16 gue harap besok udah ada.:)

    BalasHapus
  5. bagusan novelnya mbak... imajinasiny tak terkendali... smpet baca ampe abis yg pke bhasa mndarin (hangul korea susah alny) yg bagian hwon diguna2 itu pas hri trakhir wol di istana.. dramanya ga bgitu ngikutin alur novel.. but at least, kduanya baguslah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku jg tertarik sm novelnya, kira2 yg bhs indonesianya ada ga ya?? *aku ga bs bhs mandarin soalnya ^^*

      tuk mba fanny, gomawoyo :)

      Hapus
    2. yg indonesia ga ad T.T...syang banget...
      happy ending kok.. di soompi uda ad terjemahan chapter 47 nya..

      Hapus
  6. see.. pikiran kita sama kan fan? heheee.. ga mgkn wol bls dendam dgn karakter spti itu. mengungkap kebnran pasti, bls dendam.. ? I don't think so. :) jgn blg komenmu diawal krn baca opini seseorg.. (huhf.. abaikan fan, yg penting km ngerti maksudku. heheee..) n thx u so much mau nerusin drama vs novelnya. fanny, you are wonderfull! kau tau yg kumau.. :D gumawo.. nana

    BalasHapus

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)