Selasa, 04 Oktober 2011

Sinopsis Protect The Boss Episode 10

MP-00528

 

Sinopsis Episode 9 di Kutudrama: [klik di sini]

Hari yang aneh bagi Eun-seol. Bagaimana tidak? Mendadak semua pedagang kaki lima memberinya hadiah gratis. Mulai dari kacamata trendi, sebuket bunga mawar, gelang, waffle, dan boneka beruang besar. Tapi Eun-seol tidak bodoh, mana ada makanan gratis di dunia ini? Ia pikir ini pasti perbuatan Ji-heon untuk menyogoknya agar bisa bolos kerja hari ini. Eun-seol mulai kesal.

Eun-seol berjalan mencari-cari Ji-heon. Seseorang muncul dari balik tembok tempat ia bersembunyi sejak tadi. Bukan Ji-heon tapi Moo-woon. Eun-seol terpana melihat Moo-woon tersenyum manis memandangnya. Eun-seol menyadari, Moo-woon lah yang melakukan semua ini.

“Orang bilang, semakin banyak memberi, semakin banyak keberuntungan yang kita terima. No Eun-seol bisakah kau membagi keberuntunganmu denganku? Sekarang aku memintamu berkencan denganku dan aku tidak bisa ditolak. Aku membutuhkan sedikit keberuntungan,” kata Moo-woon dengan wajah penuh harap. Siapa yang tega menolaknya?

 MP-00009 MP-00022

Ji-heon masuk kerja tapi tidak menemukan Eun-seol jadi ia berbalik pergi. Tapi rekan kerjanya segera menariknya masuk.

Moo-woon masih menunggu jawaban Eun-seol. Eun-seol berkilah tidak mau membagi keberuntungannya dengan Moo-woon. Ia mendapat keberuntungan sebanyak itu (semua hadiah gratis), mengapa Moo-woon mau mengambilnya lagi?

“Siapa bilang aku mau mengambilnya lagi? Aku cuma memintamu untuk membaginya denganku.”

“Maafkan aku tapi sepertinya direktur yang ini dan yang itu tidak pernah mendengarkan perkataan orang lain. Bukan, kau pura-pura tidak mengerti. Sudah kukatakan aku lebih cocok dengan tipe asisten manager (bukan direktur seperti Ji-heon dan Moo-woon) dan hal itu belum berubah.”

Moo-woon hanya tertawa dan berkata Eun-seol keterlaluan. Ia hanya meminta kesempatan. Walau pada akhirnya Eun-seol akan bersama dengan seorang asisten manager, setidaknya berikan dia kesempatan agar ia tidak memiliki penyesalan. Eun-seol menggeleng.

Moo-woon meminta Eun-seol menganggapnya sebagai kencan terakhir. Eun-seol tidak percaya, berikutnya Moo-woon pasti bilang kalau itu kencan terakhir. Kalau begitu anggap saja aku sebagai teman, sahut Moo-woon. Lalu berikutnya kau akan bilang kalau kita bukan hanya teman tapi sepasang kekasih, sahut Eun-seol lagi. Moo-woon tersenyum dan tidak menyerah.

MP-00024 MP-00032

“Kalau begitu anggap saja kau membantu orang yang menyedihkan. Aku sangat sibuk dengan pekerjaan sepanjang minggu ini. Apa kau tidak bersimpati sedikitpun?”

Eun-seol masih ragu-ragu. Moo-woon berkata kalau begitu anggap saja bukan kencan tapi menepati janji, bukankah kau berjanji bermain lagi denganku? Moo-woon mengajak Eun-seol bermain dan tidak menyebutnya berkencan.

Eun-seol beralasan ia harus melihat Ji-heon bekerja. Moo-woon berkata Eun-seol bodoh (bekerja ekstra di akhir pekan). Eun-seol tidak tahu harus bagaimana lagi, ia tidak melakukan apa-apa tapi orang tetap menganggap ia merayu Moo-woon. Jika mereka pergi bermain bersama, Moo-woon akan lebih menyukainya. Akhirnya Eun-seol akan merasa bertanggung jawab. Dan yang lebih penting, ia akan lebih menyakiti Moo-woon.

Moo-woon membantahnya. Hari ini ia yang berusaha merayu Eun-seol, bukan sebaliknya. Ia sudah cukup terpikat oleh Eun-seol selama ini, bagaimana bisa ia terpikat lebih jauh lagi. Eun-seol mengingatkan Moo-woon tidak boleh sedih kalau rayuannya tidak berhasil. Tentu saja, kata Moo-woon, masih ada hari lainnya. Katamu ini terakhir kalinya, sembur Eun-seol.

Moo-woon berkata jika Eun-seol masih menolak, ia akan menuntut Eun-seol. Ia sudah membuat reservasi di restoran Korea, Jepang, Cina, dan Italia. Ia bahkan membuat reservasi di Ocean World. Jika Eun-seol menolak maka Moo-woon akan kehilangan banyak uang dan akan menuntut Eun-seol. Eun-seol akhirnya menyerah, walau ia tidak tahu keputusannya benar atau tidak. Eun-seol menelepon Ji-heon.

MP-00043MP-00044  

Ji Heon sedang menghadapi kesulitan di kedai kopi tempatnya bekerja. Ia tidak bisa membuka keran air panas dengan benar hingga menyemprot. Rekan sekerjanya mengomel kalau seorang nakasan (parasit, orang yang menggunakan koneksi untuk mendapat pekerjaan) tidak akan bisa melakukannya. Bayangkan kalau dia tahu Ji-heon itu siapa hehehe^^

“Kau harus mengikuti training baru kembali ke sini, Ahjusshi,” ujarnya pada Ji-heon.

“Ahjusshi?? Kita mungkin seumur mengapa kau memanggilku Ahjusshi?” sahut Ji-heon dengan kesal. Ia mendengar ponselnya berdering dan mengangkatnya. Ia tersenyum ceria karena Eun-seol meneleponnya. Batu baru saja menyelamatkanmu, kata Ji-heon pada rekannya.

Ia terkejut saat Eun-seol memberitahunya akan terlambat datang, bahkan mungkin tidak jadi datang. Bagaimana bisa Eun-seol menaruhnya di tempat mengerikan seperti itu dan meninggalkannya begitu saja?! Moo-woon mengambil alih telepon Eun-seol dan berjanji akan ke tempat Ji-heon untuk membeli kopi. Lalu ia menutup teleponnya. Ji-heon terpana mendengar suara Moo-woon.

MP-00060  MP-00066 

Ayah Ji-heon mengajak Sekretaris Kim melihat Ji-heon sebelum pergi rapat.

Setelah telepon itu, Ji-heon membuka celemeknya dan segera keluar dari konter. Untuk apa lagi kalau bukan untuk mencari Eun-seol dan Moo-woon. Rekannya menahannya. Ji-heon berkata ia tidak bisa bekerja sekarang. Apa ada yang meninggal, tanya rekanya. Bukan seperti itu, sahut Ji-heon. Rekannya menyuruh Ji-heon kembali bekerja.

“Ini darurat,” kata Ji-heon tak sabar.

“Keadaan darurat seperti apa?”

Ji-heon tak bisa mengatakannya. Rekannya mulai mnyebutkan keadaan “darurat” yang dihadapi para pegawai di kedai kopi itu. Pegawai yang satu rumahnya baru kebanjiran dan keluarganya hampir tersapu banjir, tapi ia terus bekerja karena kedai sedang penuh. Pegawai yang lain mendapati kekasihnya dan sahabatnya pergi ke hotel bersama (eh…49 Days??) tapi tetap tersenyum saat melayani pelanggan dan menunggu giliran kerja usai untuk menangis keras-keras.

Ji-heon tak mengerti mengapa rekan-rekannya terus bekerja dalam situasi seperti itu. Demi gaji, kata rekannya. Ji-heon bisa saja dipecat tapi yang paling penting ia bisa saja menyebabkan masalah bagi pegawai lainnya. Kekurangan satu orang saja bisa membuat pegawai lain bertambah sibuk dan kesulitan. Untunglah Ji-heon bukanlah Ji-heon yang dulu. Ia mengambil kembali celemeknya dengan berat hati.

MP-00077 MP-00082

Tapi malang bagi Ji-heon, ia tak sengaja menabrak pelanggan hingga minuman yang dibawa pelanggan itu jatuh. Ji-heon meminta maaf tapi pelanggan itu tidak mau terima karena Ji-heon meminta maaf begitu saja (Ji-heon malihat baju si pelanggan tidak ternoda). Tepat saat itu, Presdir Cha diam-diam melihat situasi tersebut. Cepat-cepat rekan Ji-heon meminta maaf pada si pelanggan sambil membungkukkan kepala Ji-heon berulang kali. Ji-heon tidak mau. Si pelanggan bertambah marah dan ingin bertemu dengan manajer.

Presdir Cha tidak terima anak kesayangannya diperlakukan seperti itu. Ia meminta Sekretaris Jang mencari tahu nama rekan kerja Ji-heon dan nama pelanggan tersebut. Sekretaris Jang mengerti. Tapi Presdir Cha memarahinya, ia tidak sungguh-sungguh dengan perkataannya. Ia kesal karena mengetahui tapi tidak bisa membantu Ji-heon.

Presdir Cha menoleh melihat Ji-heon yang sedang membersihkan tumpahan di lantai. Ia menunduk sedih, Ji-heon tidak pernah mengotori tangannya.

MP-00090 MP-00093

Tersentuh banget dengan adegan ini. Presdir Cha sangat menyayangi Ji-heon tapi ia sadar ia harus membiarkan Ji-heon menghadapi kesulitannya sendiri agar Ji-heon bisa dewasa. Hanya saja perasaan sayang itu sangat terlihat hingga membuat orang tersentuh.

MP-00101 MP-00105

Eun-seol pergi “bermain” dengan Moo-woon. Moo-woon mengajak Eun-seol melakukan hal yang umum dilakukan orang lain tapi belum pernah dilakukannya. Menonton film. Film kartun lagi^^

Jjaah..Moo-woon ini lucu banget, bener-bener kaya anak abg baru jatuh cinta. Dia pengen memegang tangan Eun-seol dan sedikit-sedikit memajukan tangannya ke tangan Eun-seol, tapi Eun-seol menarik tangannya (entah pura-pura tidak tahu atau tidak sengaja). Moo-woon tersenyum salah tingkah.

Lalu mereka berjalan-jalan di taman. Saat sebuah sepeda melintas, Moo-woon segera menarik Eun-seol ke dalam pelukannya. Hihihi…jangan-jangan Moo-woon juga suka nonton drama Korea^^

MP-00113 MP-00119

Eun-seol buru-buru melepaskan diri, dia tidak merasa sepeda itu akan menabraknya. Moo-woon tertawa malu dan kembali berjalan sambil celingak celinguk.

“Kau melihat ke belakang untuk melihat ada sepeda lagi atau tidak,” tembak Eun-seol. Bwahahaha… Moo-woon membantah tapi Eun-seol tertawa geli tak percaya.

Mereka pergi bersepeda dan duduk-duduk di taman. Eun-seol bercerita mengapa ia menjadi jagoan seperti sekarang. Ketika masih kecil, ia pindah ke Seoul dan ingin mempunyai banyak teman. Tapi anak-anak lain sibuk belajar bahkan di akhir pekan. Yang tersisa adalah anak-anak “preman”. Myung-ran salah satunya.

MP-00132 MP-00141

Moo-woon terus memperhatikan Eun-seol. Eun-seol berkata Moo-woon akan melubangi wajahnya dengan tatapannya. Moo-woon tidak mengakuinya, tatapannya tidak seintens itu. Eun-seol sampai merasa wajahnya panas. Hahaha ya iyalah^^

MP-00150 MP-00156

Kasian Na-yoon, makan sendirian di kantor. Lucu liatnya, satu orang aja bisa bikin heboh hehehe…tersedak, teriak gara-gara minum teh terlalu panas. Ia tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya dan akhirnya menelepon…..Moo-woon.

“Ini aku. Sibuk?”

“Ya, aku sibuk,” jawab Moo-woon.

“Aku tahu, sudah ya,” kata Na-yoon sedih. Ia lalu menelepon Eun-seol.

“No Eun-seol juga sibuk,” sahut Moo-woon mengangkat telepon Eun-seol yang terletak di meja (sepertinya Eun-seol sedang ke toilet). Na-yoon bengong, speechless. Sabar ya, Na-yoon^^

MP-00168 MP-00185

Moo-woon dan Eun-seol makan siang bersama. Moo-woon bertanya apa rayuannya berhasil. Eun-seol tersenyum, memikirkan apa yang harus ia katakan.

“Hari ini, walau aku belum jadi pria tapi aku sudah berhenti jadi Moo Neunim. Jika aku berhasil turun ke level manusia, berarti aku berhasil.”

“Sejujurnya, kau sudah turun sejak dulu,” kata Eun-seol. Ia menirukan tinju Moo-woon (saat Moo-woon memukul Ji-heon di restoran). “Seperti ini, apa kau ingat?” Hehehe…Moo-woon jadi malu. Gaya tinju Moo-woon memang kaya gaya cakaran kucing. LOL^^

Moo-woon membantah, tinjunya seperti gaya petinju profesional. Mungkin Eun-seol yang salah ingat atau salah lihat karena gerakannya yang terlalu cepat. Eun-seol berkata ia memiliki kemampuan mengamati yang bagus. Moo-woon tak bisa mengelak lagi dan menunduk malu. Eun-seol berkata ia tidak pernah melihat pria berkelahi seperti itu (jambak-jambakkan).

MP-00192MP-00200

Eun-seol akhirnya mengatakan ia tidak menyukai orang-orang di sekitar Moo-woon. Baik sebagai Moo Neunim maupun sebagai pria, dunia Moo-woon membuatnya tak merasa nyaman dan tidak cocok dengannya. Ia hanya ingin tetap sebagai sekretaris atau sebagai teman. Ia tidak ingin lebih dari itu.

Moo-woon terpaku. Tak menyangka Eun-seol akan menolaknya secara langsung. Eun-seol meminta maaf.

Moo-woon bercerita waktu ia masih sekolah, ia suka bermain dengan timbangan. Ia meletakkan berbagai macam benda di atas timbangan dan berusaha menyeimbangkan timbangan itu. Tapi itu bukan hal mudah. Sulit menemukan benda berbeda yang mempunyai berat yang sama. Timbangan itu selalu lebih berat ke satu sisi.

Sama seperti dirinya dan Ji-heon. Ia tahu saat ini Eun-seol lebih berat ke arah Ji-heon. Tapi jika ada tujuan, maka ada harapan. Walau Eun-seol tidak menyukai dunianya tapi ia berharap Eun-seol tinggal untuk sekarang ini.

MP-00212 MP-00213

Ji-heon mulai terserang rasa panik. Ia tidak suka melihat orang banyak, sementara antrian mulai panjang untuk membeli kopi. Rekan kerjanya tidak mau tahu dan menyuruh Ji-heon menerima pesanan.

Ternyata pesanan kopi itu tidak sederhana ya. Ngga kaya beli nasi goreng 1 porsi. Es latte ukuran medium, kuat, jangan gunakan susu biasa, gunakan susu kedelai, ekstra krim. Belum lagi yang beli beberapa cangkir dengan pesanan yang berbeda-beda. Doenk…aku juga ngga sanggup kayanya. Mending bikin sinopsis hehehe^^

Ji-heon sangat bingung. Akhirnya ia punya ide. Bayangkan semua pelanggannya sebagai Eun-seol! Ji-heon mengucapkan mantra itu beberapa kali lalu membuka matanya.

Berhasil! Parade Eun-seol pun dimulai. Dengan berbagai gaya dan logat hehehe…sampe Ji-heon bilang terlalu banyak No Eun-seol^^ Ji-heon berhasil melakukan pekerjaannya dengan baik.

MP-00228  MP-00243

Eun-seol dan Moo-woon pergi ke kedai kopi tempat Ji-heon bekerja. Ji-heon mengejutkan mereka dengan muncul tiba-tiba dan memandang mereka dengan tatapan “mengerikan”. Tanpa berkata sepatah katapun Ji-heon menarik Eun-seol dan menghalangi Moo-woon. Ia menyuruh Moo-woon pergi sambil mengacung-ngacungkan lap meja. Sigh, this immature boy (udah boy, immature pula….eh mana ada boy yang mature yah???).

MP-00261 MP-00262

Na-yoon melepaskan kebosanannya dengan pergi berbelanja. Tak disangka-sangka ia malah bertemu ibunya. Na-yoon hendak kabur lagi tapi ibunya memegang tangannya. Bagaimana bisa Na-yoon tidak ingin tertangkap basah saat tahu ibunya anggota VVIP departemen store tersebut. Na-yoon menyindir ia pikir ibunya tidak akan pergi berbelanja saat putrinya sedang kabur dari rumah.

Ibunya membela diri, ia berbelanja untuk refreshment, menjernihkan kepalanya. Bukankah Na-yoon sedang kabur, kenapa pergi shopping? Aku sedang melakukan penelitian pasar, kilah Na-yoon.

Ibunya bertanya apa Na-yoon suka dengan keadaan seperti ini. Na-yoon membenarkan bahkan mengundang ibunya datang ke rumah Eun-seol. Ibu Na-yoon kesal sekali. Na-yoon buru-buru pergi tapi ibunya menyuruh para bodyguard menangkapnya. Maka berlarilah Na-yoon dengan menenteng seluruh belanjaannya dan mengenakan high heels. Duh, awas jatuh!! Sayang, akhirnya Na-yoon tertangkap.

MP-00267 MP-00289

Di mobil, ia menegaskan pada ibunya bahwa ia tidak mau mengikuti kencan buta lagi. Dan ia tidak mau diperlakukan sebagai tahanan. Ibu Na-yoon diam saja. Na-yoon berkata ia tidak punya teman sama sekali. Ia tidak pernah bisa berteman.

Semuanya karena ibunya. Teman yang satu dianggap kurang berkelas. Yang lain dianggap terlalu bergantung pada Na-yoon dan dikhawatirkan mengkhianati Na-yoon. Dan sekarang dia seperti ini, seperti Moo-woon dan Ji-heon. Apa ia tidak bisa seperti orang normal? (Eh maksudnya Ji-heon dan Moo-woon juga ngga normal?)

Ia menjadi seperti ini karena mengikuti jejak langkah ibunya. Ibu Na-yoon menyalahkan Na-yoon yang tidak menurut hingga ia bersikap demikian. Na-yoon kesal sekali karena ibunya tidak mengerti sama sekali keinginannya. Ibunya juga berpikir sulit untuk berbicara dengan Na-yoon.

Saat mobil berhenti di lampu merah, Na-yoon ingat dengan perkataan Moo-woon. Jika tertangkap, kabur lagi…dan begitu seterusnya. Nanti akan diketahui siapa pemenangnya, pada akhirnya ibu Na-yoon akan menyerah. Na-yoon meneguhkan hatinya dan berjalan keluar dari mobil. Ibunya terkejut.

Na-yoon mengancam akan berteriak kalau ia adalah penerus Grup P, Seo Na-yoon, yang menderita siksaan emosional. Jika ibunya terus mengekangnya, ia akan berbicara pada media. Ia juga berhenti dari perusahaan ibunya dan bertekad menghidupi dirinya sendiri mulai sekarang. Ibu Na-yoon shock tapi tak bisa melakukan apapun. Go Na-yoon!!

MP-00332 MP-00333

Ji-heon terus memandangi Eun-seol sambil bekerja. Bukan dengan tatapan penuh cinta tapi dengan marah. Ia bahkan tanpa sadar membentak pelanggan. Ji-heon terkejut dengan nada suaranya sendiri. Rekannya lagi-lagi menegurnya dan menyuruh Ji-heon minta maaf pada pelanggan. Ji-heon kali ini meminta maaf baik-baik. Eun-seol diam-diam senang melihat kemajuan Ji-heon.

Sepertinya ibu Na-yoon berubah pikiran untuk mendukung ibu Moo-woon dalam proses akuisisi. Saking tak percayanya, ibu Moo-woon membeo terus perkataan ibu Na-yoon hingga ibu Na-yoon kesal. Ia sedang merasa kesepian karena ulah Na-yoon dan setelah dipkir-pikir ia juga hanya memiliki satu teman yaitu ibu Moo-woon. Ibu Moo-woon masih tak percaya hanya itu alasannya.

Ini adalah masalah penting. Jika akuisisi ini berhasil maka ia dan Moo-woon akan menjadi yang terkuat. Ibu Na-yoon bertanya apa ibu Moo-woon yakin akan menang, karena ia dengar Grup TJ juga terlibat dalam pertempuran ini. Ibu Moo-woon terkejut.

MP-00374 MP-00375

Presdir Cha bertemu dengan Presdir Kim dari Grup TJ. Presdir Kim tidak masalah bergabung dengan Grup DN tapi bukankah hal ini menunjukkan kalau Presdir Cha dan Presiden Shin Seok-hee (ibu Moo-woon) sebenarnya bermusuhan? Hal ini akan menimbulkan kehebohan. Presdir Cha hanya tersenyum, bisnis adalah bisnis, bukan permusuhan.

Seorang pelayan tak sengaja menumpahkan air hingga mengenai celana Presdir Cha. Presdir Kim memarahi pelayan itu. Presdir Cha jadi teringat pada Ji-heon yang mengalami kejadian yang sama dengan pelayan tersebut. Pelayan itu terus membungkukkan badan meminta maaf, sama seperti Ji-heonnya.

Ia memaafkan pegawai itu, semua orang bisa membuat kesalahan. Presdir Cha meminta Presdir Kim merahasiakan koalisi mereka.

MP-00376 MP-00391

Ayah Eun-seol masih tinggal di rumah Myung-ran. Ia browsing di internet mengenai Presdir Cha. Ia kesal karena Presdir Cha memiliki nama yang sama dengannya, Bong-man. Jadi Cha Bong-man dan No Bong-man hehehe^^

Myung-ran juga tertawa begitu menyadari hal itu. Ayah Eun-seol tambah kesal dan mengomeli Myung-ran yang terus minum susu. Myung-ran bertanya dengan hati-hati sampai kapan ayah Eun-seol akan tinggal di rumahnya. Apa tidak apa-apa meninggalkan rumah begitu lama?

Ayah Eun-seol berkata ia akan menyewakan rumahnya. Myung-ran ternganga. Membayangkan rumah di gunung dengan tulisan: Disewakan. Myung-ran bertanya siapa yang akan menyewa rumah di gunung yang terpencil. Ayah Eun-seol tak mampu menjawab dan sibuk mencari telepon yang berdering. Tapi itu bukan teleponnya melainkan bunyi telepon Myung-ran.

MP-00402 MP-00414

Myung-ran keluar menemui Na-yoon. Ia menebak Na-yoon melarikan diri dari rumah lagi. Myung-ran tak mengerti mengapa para chaebol terus bersikap seperti ini. Meninggalkan rumah yang bagai istana dan merangkak ke dalam tenda yang kecil.

“Kalau begitu apa aku harus pergi?” tanya Na-yoon sedih.

Myung-ran tak tega dan berkata Na-yoon harus membayar. Na-yoon tersenyum senang dan berjalan masuk ke rumah.

Eun-seol menunggu Ji-heon bekerja hingga ketiduran di meja. Setelah semua pegawai pergi dan Ji-heon menyelesaikan pekerjaannya, ia duduk di hadapan Eun-seol yang masih tidur. Ia mengulurkan tangan dan tersenyum lembut membelai kepala Eun-seol. Eun-seol terbangun. Ji-heon kaget hingga terjatuh dari kursi.

Ji-heon membawakan makanan utuk Eun-seol dan menyuruhnya makan. Eun-seol berterima kasih dan menyuruh Ji-heon makan juga karena sudah bekerja keras seharian.

MP-00434 MP-00439

Hal ini membuat Ji-heon kembali ingat mengapa tadi ia marah. Eun-seol memuji Ji-heon hebat dan melakukan pekerjaannya dengan baik. Ji-heon berkata hari ini ia bertahan karena ia mendapatkan energi begitu banyak dari kemarahannya. Pada Moo-woon dan Eun-seol.

Eun-seol tidak menanggapi kemarahan Ji-heon. Ia malah menyuruh Ji-heon dan Moo-woon berhubungan baik. Eun-seol melihat keduanya saling menyukai bahkan lebih dari rasa suka Moo-woon dan Ji-heon pada Eun-seol. Tapi karena mereka berdua sepupu, mereka terus bertengkar seperti anak kecil.

Ji-heon bertanya apa Eun-seol gila. Eun-seol menyuruh Ji-heon tidak bertengkar, itu salah satu PR darinya. Ji-heon membuang muka tak setuju tapi ia lalu menyetujui untuk melakukannya asal Eun-seol jujur.

Ia ingin Eun-seol menceritakan selama 10 menit dengan jujur apa saja yang dilakukannya bersama Moo-woon hari ini. Eun-seol menyuruh Ji-heon bertanya pada Moo-woon. Tapi Ji-heon mendesak.

“Baiklah, akan kukatakan. Direktur, kau harus mendengar baik-baik karena ini menyangkut kalian berdua. Aku tidak menyukai dunia kalian. Itu tempat yang sangat aneh. Karena itu aku tidak mau pergi ke sana. Baik padamu maupun padanya. Aku hanya ingin tinggal di duniaku sendiri yang kecil.”

Ji-heon menatap Eun-seol.

MP-00466 MP-00467

Begitu pulang, Moo-woon langsung diberitahu ibunya bahwa ibu Na-yoon telah berubah pikiran. Ibu Moo-woon berpikir ada hal lain di balik semua itu. Moo-woon bersedia membantu ibunya. Ibunya kaget, benarkah? Ini seperti matahari terbit di Barat.

Moo-woon bahkan berkata akan bekerja lebih keras lagi. Tentu saja ibunya sangat senang. Moo-woon berkata ia ingin mempunyai kekuasaan untuk mengubah dunianya. Karena ada seseorang yang tidak menyukai dunianya sekarang ini. Ibu Moo-woon tak mengerti tapi tak bertanya apa-apa lagi.

MP-00477 MP-00479

Ji-heon mengantar Eun-seol pulang. Na-yoon dan Myung-ran yang baru pulang berbelanja menegur mereka. Eun-seol kaget melihat Na-yoon, Ji-heon juga.

Ji-heon mengomeli Na-yoon yang telah menumpang di rumah Eun-seol padahal Eun-seol miskin. Na-yoon membela diri, ia membayar sewa dan bahkan berbelanja. Eun-seol menyuruh Ji-heon pergi. Tapi Na-yoon ingin berbicara dengan Ji-heon.

Ji-heon dan Na-yoon berbicara di tangga luar rumah. Na-yoon ingin membicarakan putusnya hubungan mereka. Kalau dipikir-pikir mereka tidak pernah mengakhiri hubungan dengan resmi.

“Kita sudah putus,” sahut Ji-heon.

“Walau kau bilang putus, aku tidak. Kedua pihak harus sepakat, bukan?”

MP-00503 bl-00001

“Bukankah aku sudah berkali-kali mengatakannya?”

“Bukankah aku selalu membantahnya? Tapi tidak memutuskan hubungan, jelas sebuah kesalahan. Kita seharusnya putus. Itulah sebabnya aku dengan resmi membiarkanmu pergi.”

“Kau...” Ji-heon hendak mengatakan sesuatu.

“Kau mau bilang walau aku tidak membiarkanmu pergi, kau tetap akan pergi? Aku tahu itu. Ada perbedaan antara kau pergi dengan sendirinya dan aku membiarkanmu pergi. Bagimu tidak berbeda, bagiku perbedaannya besar.”

Ji-heon hendak mengatakan sesuatu tapi akhirnya ia menyerah dan membenarkan perkataan Na-yoon. Na-yoon ini punya kebiasaan berasumsi dan tidak mau mendengar dulu perkataan orang lain.

Na-yoon meminta maaf atas apa yang terjadi pada Kak Ji-seok (kakak Ji-heon). Ia mulai menangis. Ji-heon berkata tidak perlu minta maaf, Na-yoon juga sudah menderita.

Na-yoon menyadari tidak ada kesempatan bagi mereka berdua. Ini benar-benar akhir dari semuanya. Ji-heon menarik nafas dan mengangguk. Na-yoon menguatkan dirinya dan tersenyum di antara deraian air mata yang terus mengalir. Ia bertanya Ji-heon akan menemaninya makan sekali-sekali, bukan? Ji-heon mengiyakan.

“Sekarang sepertinya sudah benar-benar berakhir,” kata Na-yoon lirih. Ia tak mampu lagi menahan tangisnya dan menangis tersedu-sedu. Ji-heon kebingungan, ia mengulurkan 2 jari untuk menepuk-nepuk pundak Na-yoon.

bl-00024 bl-00030

So proud of Na-yoon, she’s the best second female lead ever. Dia berani melangkah dan tidak membiarkan dirinya dilukai oleh pria yang jelas-jelas tidak menyukainya lagi. Jika dia tidak menyukaimu then you have to move on…dunia tidak selebar daun kelor (gitu lho kata peribahasa hehe^^)

Eun-seol menyuruh ayahnya tidur di tempat sauna karena Na-yoon sedang sedih dan juga akan menginap.

Eun-seol kasihan melihat Na-yoon yang terus menangis dan memeluknya. Myung-ran ikutan memeluk Na-yoon. Tapi Na-yoon mendorong Eun-seol lalu menangis keras memeluk Myung-ran.

bl-00036 bl-00039

Untuk menghibur Na-yoon, mereka mengadakan pesta kecil dan minum-minum di rumah. Na-yoon memutuskan tidak akan mencari pria lagi, ia akan menjadi aktivis jomblo. Terserah kau saja, ujar Myung-ran. Eun-seol juga ingin ikutan dan membuat kelompok jomblo.

“Kau, sadarlah sedikit. Pria dan cinta itu bergantung pada waktu dan kesempatan. Jika melewatkannya maka kau akan berakhir seperti aku. Jangan bicara yang bukan-bukan, kau harus terus bertahan,” Na-yoon menasihati Eun-seol.

Na-yoon lalu sadar, apa dia sudah gila (mengapa dia malah mendukung Eun-seol?). Myung-ran menenangkan Na-yoon baik-baik saja, cuma sedikit mabuk. Eun-seol berkata di saat suram seperti ini, hanya ada satu caranya.

Ia dan Myung-ran mulai berjoget dan bermain. Na-yoon berdiri dan ingin ikutan. Tapi begitu Na-yoon heboh berjoget, Eun-seol dan Myung-ran duduk kembali dengan tenang. Hahaha…kasian banget ya Na-yoon ini, clueless…less^^

MP-00510 MP-00539

Ayah Ji-heon duduk sendirian di taman, menunggu Ji-heon pulang. Ji-heon menghampiri ayahnya dan melihat ayahnya sedang murung. Ia pikir hasil tes kesehatan ayahnya tidak baik. Presdir Cha berkata ia belum tes kesehatan tahun ini karena terlalu sibuk. Kalau begitu apa karena menopause pria, tanya Ji-heon. (bwahahaa…)

Presdir Cha tidak membentak Ji-heon seperti biasanya, malah menyuruh Ji-heon duduk. Ji-heon langsung pasang kuda-kuda, merasa heran dengan skap ayahnya. Akhirnya Ji-heon duduk, tapi begitu Presdir Cha menyebut nama Eun-seol, Ji-heon langsung berdiri.

“Aku tidak akan pernah memecat Sekretaris No. Apapun yang ayah katakan, tidak! Sudah pasti tidak boleh,“ ujar Ji-heon tegas. Sigh, kaya Na-yoon kan?

“Dasar berandal, apa kau tidak bisa sabar? Mengapa kau tidak mendengar dulu apa yang orang lain ingin katakan? Kau tidak boleh memecatnya. Bahkan jika kau ingin memecatnya, aku tidak akan ijinkan.”

MP-00544 MP-00556

Ji-heon bingung dengan perkataan ayahnya. Mengapa tidak bisa memecat Eun-seol? Presdir Cha tidak mau membahasnya tapi Ji-heon mendesak. Presdir Cha jadi kesal dan membentak Ji-heon. Ji-heon menatap ayahnya takut-takut. Presdir Cha menarik nafas dan meminta maaf karena telah membentak Ji-heon.

Ji-heon merasa ayahnya aneh. Presdir Cha berkata ia hanya ingin berbagi perasaan dengan Ji-heon tapi kenapa rasanya tidak nyambung, apa karena Ji-heon tidak fokus? Ji-heon duduk kembali dan menyuruh ayahnya berbicara.

Presdir Cha berkata ia menyetujui hubungan Eun-seol dnegan Ji-heon tapi untuk itu Ji-heon harus punya kekuasaan. Ia tidak akan membicarakan kekurangan Eun-seol dan ia mengetahui kelebihan Eun-seol lebih dari orang lain. Tapi ia tetap ragu dengan pendapat orang lain. Selama ada perbedaan status, orang-orang dalam lingkungan sosial mereka akan mendesak Eun–seol keluar. Jika Ji-heon ingin melindungi Eun-seol, ia harus melindungi diri sendiri terlebih dulu dengan menjadi lebih berkuasa. Malam itu Ji-heon memikirkan perkataan ayahnya.

MP-00562 MP-00563

Eun-seol mengantar ayahnya pulang ke terminal bus. Ayah Eun-seol bertanya bagaimana dengan kedua chaebol itu. Eun-seol bertanya bukankah ayahnya tidak setuju. Ayahnya menegaskan ia tidak setuju tapi yang paling penting bagaimana perasaan Eun-seol. Eun-seol harus jujur dan memperhatikan perasaannya sendiri. Walaupun semua orang menentang tapi asalkan Eun-seol berhati mantap maka tidak ada yang bisa mengubahnya.

Eun-seol tidak ingin menyakiti siapapun dengan memilih salah satu dari keduanya. Ayah Eun-seol berkata justru dengan seperti ini, Eun-seol telah menyakiti keduanya. Jika Eun-seol menetapkan pilihannya maka hanya satu yang terluka, walau orang yang tidak dipilih itu pasti menyedihkan sekali.

MP-00578 MP-00579

Keluarga Cha makan bersama di restoran atas undangan ibu Moo-woon. Nenek curiga mengapa menantunya mendadak mengajak makan di luar. Ibu Moo-woon berkata ia tidak enak selalu merepotkan nenek jika makan di rumah. Presdir Cha berkata semua itu pelayan yang memasak, nenek tidak melakukan apa-apa. Nenek mendelik kesal hahaha^^

Ibu Moo-woon berterima kasih karena Presdir Cha membantu dalam akuisisi. Ia jadi melihat adik iparnya dengan pandangan baru (padahal ibu Moo-woon curiga dengan Presdir Cha). Kau tidak perlu melihatku dengan pandangan baru, sahut Presdir Cha. Dan keduanya pun mulai berdebat.

Moo-woon mengambilkan makanan untuk Ji-heon tanpa Ji-heon ketahui. Ji-heon mengambilnya dan memakannya. Ia marah-marah karena Moo-woon memberinya bawang dan ia tidak suka bawang. Moo-woon dan Ji-heon mulai berdebat. Presdir Cha dan ibu Moo-woon menegur keduanya karena terus bertengkar.

“Lihat siapa dulu yang berbicara, “sindir nenek.

Ji-heon dan Moo-woon pamit karena masih ada pekerjaan. (Ji-heon kumur-kumurnya lucu, masa kepalanya yang digoyang-goyang hahaha). Ibu Moo-woon pamit dengan sopan. Tapi begitu ia membelakangi nenek dan Presdir Cha, wajahnya berubah kesal.

MP-00594 MP-00597

Nenek menginterogasi Presdir Cha. Ia bisa merasakan Presdir Cha menyembunyikan sesuatu darinya dan itu bukan hal yang baik. Presdir Cha mengelak. Nenek dengan kesal mengacungkan tangannya tapi Presdir Cha mengingatkan mereka sedang berada di tempat umum. Nenek menurunkan tangannya dan mengancam Presdir, awas saja kalau Presdir Cha membuat masalah.

Presdir Cha kembali ke kantor. Ia bertemu dengan Manager Hwang di dalam lift. Presdir Cha terus melirik kesal manager yang mengkhianatinya itu. Manager Hwang jadi salah tingkah dan mencoba berbasa basi. Sekretaris Jang yang menjawab. Setelah Manager Hwang keluar lift, Presdir Cha mengungkapkan perasaannya pada Sekretaris Jang.

Sebenarnya setelah pertemuan tadi ia melunak pada ibu Moo-woon dan hendak membatalkan rencananya. Tapi kemarahannya kembali timbul setiap kali melihat Manager Hwang. Ia memerintahkan Sekretaris Jang untuk melaksanakan rencananya sekarang.

MP-00602 MP-00606

Eun-seol pergi ke kedai kopi untuk melihat Ji-heon bekerja. Ia teringat pada perkataan ayahnya agar jujur pada perasaannya sendiri. Na-yoon yang baru datang memergoki Eun-seol sedang memperhatikan Ji-heon. Ia mengagetkan Eun-seol. Dengan kesal Na-yoon berkata ia datang atas panggilan Eun-seol untuk masalah promosi. Ji-heon heran melihat Eun-seol dan Na-yoon datang bersama. Kombinasi yang aneh, pikirnya.

Moo-woon berkerja keras hingga Sekretaris Yang mengingatkannya agar beristirahat sebentar. Ia senang Moo-woon kembali seperti dulu lagi, ada waktunya Moo-woon bolos rapat dan melewatkan waktu kerja. Moo-woon tersenyum, ia akan mencapai tujuannya dan ia ingin Sekretaris Yang terus membantunya.

MP-00618 MP-00620

Tujuannya tetap sama yaitu menjadi yang terbaik seperti yang ibunya harapkan, tapi kali ini motivasinya berbeda. Ia minta Sekretaris Yang mempersiapkan segala sesuatunya karena jika ada kesalahan maka resikonya cukup besar. Sekretaris Yang mengangguk mengerti. Moo-woon menerima telepon dan mendapat kabar yang mengejutkan.

Ibu Moo-woon dan ibu Na-yoon sedang membicarakan rencana mereka. Tampaknya mereka menjadi penawar tertinggi saat ini. Tapi Grup TJ bernilai lebih tinggi dan hal ini mengkhawatirkan ibu Na-yoon. Ibu Moo-woon menenangkan ibu Na-yoon, ia sudah mempersiapkan segalanya. Ibu Moo-woon menerima telepon dari Moo-woon yang membuatnya terkejut.

MP-00632 MP-00636

Moo-woon mendatangi Presdir Cha. Ia minta Presdir Cha tidak mencampuri akuisisi ini. Jika tidak ia akan menuntut. Presdir Cha berkata ia tidak ada kontrak formal apapun dengan ibu Moo-woon. Walau begitu Presdir Cha yang mendorong mereka untuk ikut akuisisi dan mempergunakan informasi mereka untuk kepentingan sendiri.

Presdir Cha berkata ibu Moo-woon yang telah menusuknya lebih dulu dari belakang. Moo-woon membela ibunya hanya hendak melindungi asetnya dan mengembangkan perusahaan.

Presdir Cha berkata jika Moo-woon menarik semua sahamnya maka ia akan membantu Moo-woon dan ibunya (dengan kata lain, kemungkinan Moo-woon untuk meneruskan perusahaan semakin kecil). Presdir Cha menyarankan Moo-woon dan ibunya memulai lagi dari awal.

“Memulai dari awal? Perusahaan ini seharusnya diwarisi oleh ayahku, Paman,” kata Moo-woon marah.

“Kata siapa? Ayahmu tdak mau berbagi dengan siapapun bahkan denganku, adiknya. Kakakku menendangku, adiknya, hingga ke dasar. Mengapa ayahmu disisihkan? Semua karena keserakahannya. Dia melawan orang tuanya dan memulai perang antara ayah dan anak. Itulah sebabnya aku mewarisi perusahaan ini. Aku berusaha memelihara kakakku. Mungkin saja ayahmu marah padaku hingga akhir hidupnya. Kulakukan sebisaku untukmu dan ibumu. Aku menerimamu dan bahkan menjadikan ibumu pemegang saham seperti yang diinginkannya. Tapi keserakahannya tak ada akhirnya.”

“Kau menyalahkan kami seakan-akan semua karena kesalahan kami.”

“Itu tidak benar, kau tidak salah. Jadi mari kita singkirkan keserakahan kita dan kau berhentilah terlibat dalam keserakahan para orang tua. Mari saling membantu.”

Moo-woon berkata ia akan memikirkannya setelah masalah akuisisi ini beres. Presdir Cha menyuruh Moo-woon memikirkan lebih dulu. Moo-woon marah dan bertekad untuk menang. Presdir Cha mempersilakan Moo-woon melakukannya. Selama ini ia memperlakukan Moo-woon dengan baik karena mereka masih keluarga. Ia tidak ingin mengabaikan Moo-woon.

MP-00641 MP-00658

Na-yoon dan Eun-seol membicarakan promosi kedai kopi. Na-yoon membaca berita dan memanggil Ji-heon. Presdir Cha dan ibu Moo-woon dikabarkan bertengkar. Itu sudah normal, kata Ji-heon tak terkejut padahal mereka bukan anak kecil lagi. Na-yoon memberitahu perselisihan kali ini menyangkut akuisisi. Ji-heon terkejut. Melihat reaksi keduanya, Eun-seol tahu ada yang tak beres.

Presdir Cha merenung di kantornya. Moo-woon kembali ke kantornya dengan perasaan sampur aduk. Ia melihat meja Eun-seol yang kosong dan tambah sedih. Ji-heon, Eun-seol, dan Na-yoon keluar dari lift.

Moo-woon menatap Ji-heon lalu Eun-seol. Ji-heon mengerti, ia berkata Moo-woon boleh meminjam Eun-seol. Ji-heon berjalan ke kantornya diikuti Na-yoon. Eun-seol bertanya apa Moo-woon tidak apa-apa.

MP-00683 MP-00685

“Hanya 10 detik. Aku hanya membutuhkan 10 detik,” kata Moo-woon.

Dan selama 10 detik berikutnya, Moo-woon hanya berdiri memandangi Eun-seol. Eun-seol semakin merasa bersalah pada Moo-woon. Moo-woon menyadari itu, ia berterima kasih pada Eun-seol, sekarang ia sudah merasa lebih baik. Namun ia tidak mau Eun-seol merasa kasihan padanya. Ia harap Eun-seol terus bimbang antara Ji-heon dan dirinya. Moo-woon berjalan kembali ke kantornya.

MP-00691 MP-00693

Na-yoon menceritakan rencana promosi pada Ji-heon. Tapi Ji-heon sepertinya tidak mendengarkan. Ia bertanya sampai kapan Na-yoon akan tinggal di rumah Eun-seol. Na-yoon tidak tahu, ia heran ibunya tidak bereaksi sedikitpun. Ji-heon sepertinya mencurigai sesuatu. Na-yoon juga berkata tidak biasanya ibunya sediam ini, ia jadi merasa takut.

Tapi Na-yoon heran mengapa Ji-heon dan Moo-woon selalu menyukai dua orang yang sama, dulu dirinya dan sekarang Eun-seol. Alangkah baiknya jika mereka menyukai dua orang yang berbeda. Juga alangkah baiknya jika ia dan Eun-seol tidak pernah bertemu dengan Cha-Cha boys. Mereka semua bisa bahagia. Ji-heon hanya diam.

MP-00709 MP-00710

Eun-seol masuk ke kantor Ji-heon dan Ji-heon langsung memeluknya. Eun-seol meronta dan bertanya apa yang Ji-heon sedang lakukan. Ji-heon khawatir energi Eun-seol habis terserap oleh Moo-woon jadi ia memberi pasokan energi (ehm…recharge maksudnya?? Chun-jeon!!!).

Eun-seol mendorong Ji-heon kuat-kuat. Na-yoon mendorong Ji-heon balik.

“Aku kembali ke pelukanmu lagi,” ujar Ji-heon tersenyum. Hahaha^^

Na-yoon melepaskan pegangan mereka dan keluar kantor Ji-heon dengan kesal menuju…..kantor Moo-woon. Sekretaris Yang menghalanginya karena Moo-woon berpesan tidak mau diganggu. Na-yoon meminta waktu 10 detik saja, ia hendak mengembalikan sesuatu.

MP-00711 MP-00712

Na-yoon mengembalikan kartu kredit Moo-woon. Ia melihat wajah Moo-woon yang suram dan bertanya apa ia perlu menghibur Moo-woon. Moo-woon tersenyum kecil dan berkata ia sudah tidak apa-apa sekarang. Na-yoon jadi kecewa. Ia berjanji akan mencarikan informasi untuk Moo-woon. Lalu ia keluar.

Tak lama kemudian Ji-heon masuk. Ia berkata sebaiknya Moo-woon dan ibunya berhenti. Walau ia tidak pintar tapi Moo-woon seharusnya lebih tahu. Ini adalah permainan di mana dalam kemenangan, masih mungkin ada kekalahan. Moo-woon meminta Ji-heon keluar, ia sedang sibuk. Ji-heon menurutinya.

Ji-heon menemui ayahnya dan bertanya mengapa ayahnya melakukan hal seperti ini. Ini demi kau, sahut ayahnya. Tapi aku tidak menginginkannya, ujar Ji-heon. Ayah Ji-heon mengaku ia juga merasa tidak enak dan meminta Ji-heon tidak membicarakannya lagi. Ji-heon meminta ayahnya menghentikan sekarang juga apapun itu, ia merasa sangat terganggu dengan “bisnis” ini. Ji-heon pergi dengan kesal.

MP-00727 MP-00732

Belum juga Presdir Cha sempat memarahi Ji-heon, nenek datang tergopoh-gopoh menghampiri. Ia memarahi Presdir Cha dan hendak memukulnya. Presdir Cha menangkis dengan tangannya yang memegang gunting tanaman. Nenek terkejut dan bertambah kesal. Ia mendorong kepala Presdir Cha dengan gemas. Presdir Cha tersenyum geli melihat ibunya.

Belum sempat Presdir Cha menghentikan senyumnya, ibu Moo-woon datang dan langsung memarahinya. Ia menyesal telah berterimakasih atas bantuan Presdir Cha padahal ternyata ia dikhianati. Presdir Cha membela diri ia benar-benar tulus, ibu Moo-woon yang duluan. Tapi ia tidak mengatakan apa-apa tentang Manager Hwang. Seandainya ibu Moo-woon tidak mengkhianatinya, ia tidak akan melakukannya. Jika ibu Moo-woon menepati janji, ia pasti membantu.

Ibu Moo-woon jelas tidak mau. Ia bertekad akan membalas dendam pada Presdir Cha dan menghancurkannya. Ibu Moo-woon melempar sebelah sepatunya pada Presdir Cha. Karena hari sedang panas, kakinya terasa sakit. Presdir Cha mengambilkan sepatu itu dan menyuruh ibu Moo-woon memakainya tapi ibu Mooo-woon malah melepas sepatu sebelah lagi dan melemparnya. Kemudian pergi dengan kesal tanpa alas kaki.

MP-00752 MP-00755

Keesokan harinya, Predir Cha menerima laporan dari Sekretaris Jang bahwa grup TJ menaikkan tawaran. Saat itu, Manager Hwang juga sedang berada di kantor bersama Presdir Cha dan mendengar semuanya. Ia diam-diam melapor pada ibu Moo-woon.

Moo-woon memberitahu ibunya agar tidak melewati harga yang sudah ditetapkannya apapun yang terjadi. Sebaiknya kali ini penawaran itu dibiarkan saja. Moo-woon berkata ibunya tidak boleh mempercayai ibu Na-yoon. Ibu Moo-woon berpikir sejenak dan mengajukan penawaran terakhir.

Jadi ini adalah perang antara Grup TJ (yang didukung Presdir Cha) dengan Grup SN (yang dimiliki ibu Moo-woon). Moo-woon mendatangi ibunya, bukankah ia sudah bilang jangan melewati harga yang sudah ia tetapkan. Ibunya berkata tidak apa-apa, mereka masih bisa menaikkan sedikit.

MP-00757 MP-00763

Ibu Moo-woon bertemu dengan ibu Na-yoon. Ibu Na-yoon berjanji akan menolong ibu Moo-woon sebisa mungkin tapi sebagai gantinya, ibu Na-yoon meminta saham-saham itu sebagai jaminan. Ia meyakinkan ibu Moo-woon kalau ia berada di pihaknya.

Presdir Cha menarik nafas panjang. Sekretaris Jang berkata Presdir terlihat tidak dalam kondidi baik. Tentu saja tidak, sahut Ji-heon sambil berjalan masuk. Baik menang atau tidak dalam akuisisi ini, ayahnya tetap pemenangnya.

Jika mereka menang akuisisi, jelas mereka menang. Tapi seandainya kalah, ibu Moo-woon telah membayar dengan harga tinggi yang berarti kerugian besar juga. Ji-heon terlihat kesal dan kecewa dengan ayahnya. Presdir Cha bertanya apa Ji-heon benar-benar tidak menyukai bisnis. Ji-heon membenarkan. Ia semakin tidak menyukainya. Bahkan saat menang, wajah ayahnya tidak terlihat baik (bukan wajah seseorang yang menang). Ji-heon berjalan keluar meninggalkan ayahnya.

Presdir Cha memegangi dadanya seperti kesakitan. Sekretaris Jang menanyakan keadaan Presdir Cha dengan khawatir. Presdir Cha berkata ia kadang-kadang bertanya apakah ini adalah hal yang benar untuk dilakukan.

 MP-00773 MP-00780

Eun-seol melakukan pekerjaannya sambil menemani Ji-heon bekerja. Ia terus memandangi Ji-heon dan tanpa sadar tersenyum. Setelah selesai bekerja, Ji-heon ingin mengantar Eun-seol pulang dan meraih tangannya. Serta merta Eun-seol memelintir tangan Ji-heon. Setelah itu sempat-sempatnya Ji-heon memeriksa denyut nadi Eun-seol sambil takut-takut.

MP-00793 MP-00795

Setibanya di depan rumah Eun-seol, Ji-heon mengajak Eun-seol berbicara.

“Kau pernah bilang tidak suka duniaku. Aku punya ide. Tolong pikirkan sebentar. Bagaimana jika aku yang ke duniamu?” tanya Ji-heon.

Eun-seol terpana.

“Tidak bisa!” seru Moo-woon. Mereka menoleh. Moo-woon menghampiri mereka. “Aku akan mengubah dunia kita sampai Eun-seol puas dengannya.”

Nah, bingung deh. Seseorang yang bersedia masuk dunia kita? Atau seseorang yang ingin mengubah dunianya agar kita nyaman di dalamnya? Pilih mana ayooo?

MP-00802 MP-00803

MP-00811 MP-00812

Komentar:

Sebenarnya aku tidak terlalu mengerti urusan bisnis ini tapi aku coba jelaskan. Mudah-mudahan pengertianku benar ya^^

DN grup menjual beberapa sahamnya. Presdir Cha melakukan itu selain untuk perusahaan tapi juga untuk membantu ibu Moo-woon. Ibu Moo-woon ingin lebih dan menggunakan Manager Hwang untuk mengikuti pergerakan Presdir Cha. Bahkan meminta bantuan dari ibu Na-yoon agar bisa membeli lebih banyak lagi. Jika ibu Moo-woon menang maka gabungan saham Moo-woon dan ibu Moo-woon menjadi paling besar.

Setelah Presdir Cha mengetahui pengkhianatan managernya, ia berbalik mendukung TJ Grup. TJ Grup adalah grup yang bersaing dengan ibu Moo-woon untuk membeli saham-saham itu. Dengan kata lain Presdir Cha mendukung TJ Grup untuk membeli saham-sahamnya sendiri (ini sebenarnya tidak diperbolehkan).

Manajer Hwang mendengar TJ Grup menaikkan tawaran. Itu hanya akal-akalan Presdir Cha agar Manager Hwang melapor pada ibu Moo-woon. Ibu Moo-woon terpaksa harus menaikkan tawarannya melebihi TJ Grup agar bisa menang. Moo-woon sudah meminta ibunya agar melepas saham-saham ini jika tawarannya melebihi batasan yang sudah ditentukannya.

Tapi, entah karena keserakahannya, entah ingin membuat Presdir Cha tak enak hati, ibu Moo-woon malah sengaja membeli saham-saham itu dengan harga tinggi. Ini seperti yang Ji-heon katakan. Ibu Moo-woon menang tapi ibu Moo-woon juga kehilangan uang dalam jumlah besar. Di samping itu ibu Na-yoon juga meminta saham-saham tadi hingga saham ibu Moo-woon dan Moo-woon tidaklah sebesar yang diinginkannya.

Ibu Moo-woon melakukan ini agar Moo-woon mendapat kekuasaan yang lebih besar. Akhirnya Moo-woon juga setuju karena ia ingin mengubah dunianya untuk Eun-seol.

Ayah Ji-heon melakukan ini dengan alasan yang sama. Setelah mengetahui kondisi putranya, ia bertekad tidak akan membiarkan perusahaannya jatuh pada orang lain. Dan ia berpendapat Ji-heon membutuhkan kekuasaan itu jika ingin memperistri Eun-seol.

Sinopsis Episode 11 di Kutudrama: [klik di sini]

 

13 komentar:

  1. salam kenal mbak fanny,,,
    teruskan sinopsis Protect the Bossnya ya,, mbak fanny dan mbak dee,, aku udah nonton,, tapi banyak gag ngertinya coz,, Subnya ancur banget,, maklum beli dvd bajakannya,,

    BalasHapus
  2. lanjutin ea kakak . .

    akku pnasaran ama episode selanjut na . .
    semangad kakak ..

    BalasHapus
  3. lanjutin ea kakak . .

    akku pnasaran ama episode selanjut na . .
    semangad kakak ..

    BalasHapus
  4. makasih mbak buat pnjelasannya,sblumnya smskli ga ngrti mslh bisnisnya,pokoknya lnjutin smpe akhir,Fighting!!!

    BalasHapus
  5. ditunggu banget loh episode2 selanjutnya...cepetan ya

    BalasHapus
  6. Dear Mbak Fanny...
    Anyeong....
    Salam kenal dari saya..salah satu penggemar sinopsisnya mbak Fanny.hhehe..
    Keep going y mbak..
    Oya, kalo sempet mampir k blog saya.berhubung masih baru jadi mohon maaf kalo banyak kekurangannya =___="
    sankyu....

    BalasHapus
  7. Kata-kata ji heon terakhir persis kaya Tao Ming Tze di Meteor Garden. Waktu akhirnya dia pindah rumah ke samping rumah Jan Di (sapa ya nama taiwannnya? Lupa). Si Jandinya sampe berkata sendiri, aku sedang berpikir-pikir untuk melewati jembatan menuju dunianya, tapi dia, tanpa berpikir, malah langsung melompat masuk ke duniaku." Aww.. so sweet.. :)

    BalasHapus
  8. @kelompok 5: semangad!!^^

    @veely: sama-sama^^

    @noer_aida: sedang kami usahakan :)

    @orchidya: annyeong, salam kenal juga^^ pasti mampir and don't worry keep writing, kita semua juga msih banyak kekurangannya hehehe^^

    @dee: jandi=san chai.so sweet...jadi pilih mana dee? Moo-woon atau Ji-heon? hihihi^^

    BalasHapus
  9. Makasih yaa ka sinopsisnya bagus bgt..Aq suka bgt sm PTB ini tapis ayang amat disayang pemain utama wanitanya si no eun seoul sama sekai tidak cantik & sudah tua.. Jadi kurang bagus kalo disandingkan dengan kedua chaebol yang gantenk2 iut ka..

    BalasHapus
  10. @nyomiko: sama2^^ mungkin memang peran Eun-seol tidak digbrkan cantik tapi jagoan dan penuh semangat hehehe :)

    BalasHapus
  11. Penjelasannya mantap abiss.. tq Fanny recapnya ^^
    enjoy banget bacanya..

    BalasHapus
  12. seru bgt sinopsisnya...

    BalasHapus

Terima kasih komentarnya^^
Maaf aku tidak bisa membalas satu per satu..tapi semua komentar pasti kubaca ;)